Meskipun demikian, perkembangan teori tidak dapat mengedjar kemadjuan praktek revolusi, sehingga pada pokoknja tidak dapat terwudjud perpaduan jang tjukup antara Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia. Hal ini nampak djelas dilapangan pendidikan, seperti Marx-house, kursus² dan artikel² dibeberapa organ² revolusioner.
Kongres Nasional ke-IV PKI
Untuk mengkonsolidasi semua hasil² kegiatan Partai, maka pada bulan Djanuari 1947 dilangsungkan Kongres Nasional ke-IV PKI di Solo jang merupakan kedudukan Markas Besar PKI ketika itu. Dalam Kongres ini telah diputuskan antaralain, mengenai program: „terwudjudnja masjarakat Sosialis di Indonesia” pada waktu itu djuga, disamping itu menjetudjui politik „persetudjuan Linggardjati” jang bersifat kapitulasi terhadap kaum imperialis Belanda; mengenai organisasi, Kongres pada pokoknja masih memakai ketentuan² Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tahun 1924. Kongres ke-IV memilih CC baru, jang terdiri dari Kawan² Sardjono, Winanta, Ngadiman Hardjosubroto, Maruto Darusman, Sutrisno, Suripno dll. Dalam Kongres itu djuga atas usul CS Surakarta terpilih Kawan Aidit sebagai anggota CC. Sesudah Kongres ke-IV ini, CC PKI pindah dari Solo ke Jogjakarta.
Karena ketiadaan garis politik, organisasi dan ideologi jang tepat, sebagaimana jang digambarkan oleh putusan Kongres Nasional ke-IV Partai, maka pengaruh PKI dikalangan massa jang luas dan chusus dikalangan kaum tani dan angkatan bersendjata dan begitu djuga dikalangan aparat² pemerintahan mengalami kemunduran. Dan ini memudahkan kaum reaksi untuk melumpuhkan kekuatan² Partai.
Djelaslah karena usaha² djahat kaum reaksioner dan karena kaum Komunis belum menjadari benar² akan
50