dak Rakjat pekerdja. Mereka berusaha memetjahkan masalah pasar dengan djalan memperbudak nasion² jang lemah, dengan lebih mengintensifkan penindasan kolonial dan mem-bagi² kembali dunia dengan mengadakan perang baru. Mereka mau merintangi pertumbuhan kekuatan² revolusi dengan menghantjurkan gerakan revolusioner kaum buruh dan tani serta dengan mengadakan serangan militer pada Uni Sovjet — benteng proletariat dunia”.
Tentang kebiadaban fasisme, Kawan Dimitrov pendekar proletariat sebagai penggugat fasisme jang ulung dalam Kongres ke-VII Komintern bulan Agustus 1935, pernah menjatakan demikian: „Fasisme Hitler bukan hanja nasionalisme burdjuis, tetapi adalah sovinisme kebinatangan. Ia adalah sistim pemerintahan dari gangsterisme politik, suatu sistim provokasi dan penjiksaan jang dilakukan pada kaum buruh dan elemen² revolusioner dari kaum tani, burdjuasi ketjil dan intelegensia. Ia adalah tjara barbar dan kebinatangan Zaman Tengah, ia adalah agresi jang tak terkendalikan dalam hubungan dengan nasion² lain”.
Naik panggungnja fasisme Hitler di Djerman, telah membawa perubahan situasi internasional. Menghadapi situasi baru ini, Uni Sovjet mengarahkan perdjuangannja untuk pembentukan front perdamaian terhadap negara² agresor jang hendak mentjetuskan peperangan. Kongres ke-VII Komintern tsb. diatas telah memutuskan sebuah program untuk pembentukan front antifasis. Dalam penggalangan front ini diperlukan kerdjasama jang lebih luas antara kaum Komunis dengan elemen² burdjuis jang demokratis.
Untuk melaksanakan garis politik anti-fasis ini di Indonesia dalam tahun 1935 Musso, pemimpin Komunis jang 10 tahun sebelumnja meninggalkan Indonesia, kembali dari luarnegeri. Musso bekerdja keras dengan bantuan grup² Partai untuk menjampaikan garis politik jang baru ini dan untuk membentuk pimpinan Central
37