Njala di Djakarta, Mowo di Solo, Proletar di Surabaja, Panas di Sumatera Barat, Titir di Bandung, Djam di Palembang, Berani di Pontianak, Suara Kita di Sumatera Timur, Djago-Djago di Sumatera Barat, De Klok di Djakarta dll. Penerbitan suratkabar-suratkabar Partai ini dilakukan dengan keuletan dan ketekunan jang luarbiasa oleh petugas-petugas Partai. Dengan kemampuan jang masih sangat terbatas Partai membuka kursus² untuk memberikan didikan politik dan ideologi kepada kader² dan para anggota. Kekurangan jang sangat terasa didalam mengadakan kursus² itu jalah, mengenai bahan peladjaran karena buku² teori sebagai akibat dari peraturan² jang dibikin oleh pemerintah kolonial Belanda, dilarang keras masuk ke Indonesia.
Adapun faktor² jang memungkinkan PKI dalam waktu jang singkat berkembang dengan tjepat dan mempunjai pengaruh jang besar dikalangan massa jalah, karena Rakjat sudah sangat menderita sebagai akibat penindasan, penghisapan dan penghinaan kolonialisme. Dalam situasi jang demikian itu PKI tampil kedepan dengan sikap politik jang pada pokoknja sudah tepat jalah, politik anti-imperialisme. Politik Partai ini diperlihatkan oleh kader² Partai dengan segala perbuatannja dalam memimpin Rakjat.
Tetapi, sebagaimana jang dinjatakan Kw. Aidit dalam Lahirnja PKI dan Perkembangannja:
„Simpati jang luas dari massa dan anggota Partai jang banjak tidak dapat dikonsolidasi oleh Partai. Partai memang telah berbuat jang penting dengan membangunkan semangat anti-imperialisme Belanda dikalangan Rakjat, tetapi Partai tidak mampu mengkonsolidasi apa jang sudah ditjapainja”.
Selandjutnja dikemukakan pula kesalahan² pokok pemimpin² PKI ketika itu, jalah:
”Mereka telah mendjadi mangsa dari sembojan² ke-kiri²an, tidak berusaha keras untuk mendjelaskan keadaan, mau memetjahkan semua soal dengan satu kali
22