Mereka steling dan bersiap siaga dengan mata dipentang lebar².
Setiao ada orang yang berlalu, mereka berjingkat dan saling pandang.
Dalam suasana yang kaku dan tegang itu, Hoo Tjeng membuka suara:
„Pagi ini pagi yang bahagia, jangan cemas, rumah dia masih tutup berarti dia belum pergi, hahaaaaa . . . . . . . burung masih disarangnya mengapa kita gugup dan cemas tak karuan. heheeeheheeehhhhh . . . .“ Hoo Tjeng ngoceh pula
Belum habis tawa Hoo Tjeng tiba² pintu itu terbuka. maka segera siraplah suara tawanya. semuanya tegang dan ber-siap².
Tetapi apa yang mereka tegangkan meleset. yang muncul adalah seorang perempuan. ia bejalan melenggang wajar dipinggangnya membawa kelentang tempat air minum.
„Oh itu adalah istrinya. mumpung istrinya sedang ambir air dikali. mari kita serbu dan bekuk dia“
Perintah Hoo Tjeng.
Maka Hoo Tauw dan beberapa anak buahnya itu lalu meluruk menerobos rumah gubug kecil itu.
Benar saja Pak Sing si penjual air minum dirembah Oei Ni Kong itu masih mendengarkur tidur dengan lelapnya sedikitpun ia tidak menduga dan mengira bahwa dirinya se-
55