Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri V.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

nama nampak bulat penuh, seolah² wadjah seorang putri kraton jang tjantik djelita, pantjaran sinarnja jang kuning ke-emas²an itu membuat pantulan tjahaja disetiap benda jang tertimpanja mendjadi lebih indah dan berkilauan

Malam makin larut, sehingga djalan ketjil itu tambab sunji, sepandjang djalan hanjalah ditemani oleh suara burung malam, tjengkerik dirumput liar, dan sesekali aum srigala dikedjauhan.

Tiba² langkah Liem Tjiong terhenti, sebab di depannja kira² djarak 5-6 meter. nampak sesosok tubuh manusia jang sedang berdjalan dengan arah berlawanan, ditangannja membawa sebatang obor ketjil.

Liem Tjiong tjepat² membuang dirinia dan bergulingan ketengah semak belukar, ia mendekam dan menahan napas.

Tjelaka, djangan² aku telah masuk kedalam kepungan tentara negeri, tamala sudah riwajatku, demikian Liem Tjiong menduga duga. Langkah orang itu makin dekat, dan uba² berhenti di-semak² dimana Liem Tiong menjembunjikan diri dan mengadjukan penjataan :

„Adakah disitu Liem Kauw Thauw?“

„Bu... buk . . . .bukan! Aku adalah she Tio, namaku Tio Tjiong.“

Liem jong mendjawab dengan ber-gagap², karena terkedjut.

„Hahaaa, ahaaaaa. . . . djangan chawatir Liem Kauw Thauw, aku adalah utusan salah seorang kesatria dari gunung Liang San, aku mendapatkan perintah dari Pangiju un-

21