Lompat ke isi

Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri IV.pdf/9

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dangan berantai Lian Hwan Twee kembali mereka menggelinding kedalam semak². Mu-ka dan tubuh mereka penuh tanah dan berdarah,badju² mereka kojak² karena terkait oleh duri² rumput² liar.

Tang Kiauw aku merintih minta ampun;

Ampunilah aku, Hwee Sio ! Ampunilah aku . . .u. .

Kalau aku binasa. siapa jang memberi makan anak istriku.”

Tang Kiauw merangkak dan berlutut dihadapan Lo Tie Djim tetapi Hoonan kita ini memang berdarah panas. Ia tidak perdulikan permohonan Tang Kiauw, malahan mentjabut golok dan akan menabas bayang lehernja. Untunglah Liem Tjiong buru² mentjegah, dengan ter-hujung mendekati Lo Tie Djim:

„Loheng, ampunilah mereka, mereka berlaku terhadap diriku demikian karena terpaksa. Bila kita akan membunuh, haruslah membunuh biang keladinja, jakni djahanam Ko Kiu Orang² ini biarlah tahu rasa, dan kelak bisa merubah hidupnja. Bebaskan Loheng, djangan bunuh mereka.“

Demikian Liem Tjiong jang berhati penuh welas asih terhadap sesamanja, ia telah melupakan siksaan2 jang diperbuat mereka sebab dalam pengertiannja, jang bersalah adalah biang keladinja, mereka2 itu hanjalah mendjalankan titah. Dalam bahasa Djawa, sak derma titah Maka dibela oleh Liem Tjiong dengan gigih.

5