Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri IV.pdf/65

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Malam ini saldju turun dengan lebatnja, tap ... tap ... tap ... suara djatuhnja saldju diatas genteng kuil tua itu terdengar dengan djelas Diluar angin mulai bertiup lagi dengan kentjang, se-akan² ikut bersuka ria atas kematian manusia2 sesat jang berdjiwa binatang. Diangkasa awan hitam tebal. se-olah2 menutupi dan melindungi Liem Tjiong jang kini sedang terpekur dihadapan medja sembahjang.

Liem Tjiong menantjapkan sembilan batang Hioswa [dupa] setelah menaikkan perlahan2 3 kali, jang mempunjai makna bahwa ia bersudjud kehadirat Tuhan J M E kemudian ia menekuk kedua lututnja dan berkui [berlutut]. terdengar suaranja jang lemah dan parau penuh perasaan:

”Aku memandjatkan doa kehadirat Mu ja Thikong [Tuhan], semoga perbuatanku ini mendapatkan hukuman jang ringan, sebab aku membunuh mereka karena terpaksa oleh keadaan. Bila aku berdiam diri, maka akulah jang mendjadi bangkai.....

Aku mengerti bahwa Langit dan Bumi sebagai saksi, dan Thi Kong pun lebih djelas mengetahui akan segala apa jang terkandung dalam pikiran² manusia. Ko Kiu ingin menghabisi djiwaku, sampai aku difitnah dan dihukum buang ke Tjhung Tihiu Too, tetapi masih djuga mengirim pembunuh2 bajaran untuk membunuhku, Ja, Thikong, inilah kepala2 mereka jang berdjiwa djahat, telah kupenggal

61