nampak kuil jang sudah tua, hati Liem Tjiong mendjadi lega, pikirnja; dikuil itu pasti ada orang orang sutji jang menghuninja, sehingga. aku boleh mampir dan mentjari keterangan
Ia lalu mengambil pauwhoknja dipanggul diatas pundaknja, dengan langkah bersemangat ia melandjutkan perdjalanan. Matahari telah tepat di-tengah2 langit, shbingga teriknja melebihi batas, Liem Tjiong berdjalan sambil berlari, ia ingin tjepat2 sampai kekuil tua itu.
Antara djam 3 siang, ia telah tiba dikuil itu, ternjata kuil ini adalah tempat pemudjaan malaikat Thoo Tee Kong (Malaikat-bumi), tetapi entah beberapa lama kelenteng ini tak diurus, terlihat dengan tegas dari tembok temboknja jang hitam ke - hidjau2an karena lumut, genteng2 jang banjak petjah, serta sawang-sawang jang menempel disegala sudut.
Liem Tjiong berdiri agak lama, didalam hatinja agak ketjewa. sebab ternjata disekitar sini tidak ada satu rumahpun penduduk jang tinggal, kelenteng inipun terpentjil dan kosong. Setelah merenung sesaat Liem Tjiong lalu membalikkan tubuhmja dan langsung membalikkan tubuhnja dan langsung mendaki naik untuk pergi keposnja jakni Gudang Merang.
Kira2 satu djam perdjalanan sampailah kini ia ditempat tudjuan.
Gudang merang, namanja sadja gudang (dalam arti bangunan besar dari tembok atau kaju2 jang kokoh), tetapi gudang Me-
48