Pelajan warung itu hanja menoleh sebentar dan melandjutkan pekerdjaan mereka. Lama mereka bertiga menanti, tetapi tidak muntjul2 pelajan itu. Saking djengkelnja Liem Tjiong berteriak;
― „Hei! Pelajan, apakah kau tuli ? Me ngapa pesanan kami tidak dilajani ? Kami toh sama2 membajar, mengapa kau tak hirau kan kami ?"
Pelajan jang satunja lagi, jang sedang menjapu menghampiri dan membungkukkan badan untuk memberi hormat :
„Maafkan toaya, maafkan kami! Bukannja kami tidak menghiraukan tuan, tetapi karena disini ada sebuah peraturan jang harus kami taati. Maka tidak berani kami sembarangan untuk melajani tamu2 jang asing bagi kami" Tang Kauw dan Siek Pa heran, segera mengadjukan pertanjaan :
„Peraturan apakah itu ? Tolong berikan keterangan!" Pelajan itu tetap berdiri ditempatnja, dan mulailah memberikan keterangan! :
„Dikota kami ini ada seorang jang berdjiwa mulia jang bernama Tjha Tjin. Beliau suka memberikan pertolongan2 kepada siapa sadja jang sedang menderita. Setiap ada orang hukuman jang dibuang kemari, melaporkan pada Tjha Siauwya, setelah lapor kesana, barulah kami boleh melajani. Maka sebaiknja tuan2 sekalian mengundjungi kerumah beliau. Bila belum ada keterangan dari beliau warung
12