Liem Tjiong tidak mau mengerti, ia protes dengan keras :
„Tjiangkun, djangan sembarangan menuduh orang, aku kemari atas undanganmu, itulah pedang pusaka jang kau ingin melihatnja, dan ini didalam sakuku ada surat atasnamamu.” Ko Kiu tertawa ter-bahak²:
”Aku tidak kenal padamu, mengapa aku bisa menulis surat dan mengundang mu ? Hahaha....haha.... alasanmu jang bukan² akan menambah berat hukumanmu, tahu ?“ Liem Tjiong bandel:
“Tjiangkun, aku bukannja seorang jang takut mati! Tetapi kata2ku njata berbukti. Ambil dalam sakuku ini surat jung ada tanda tanganmu, djuga djelas dengan setempel Pek Hoo Tong Batjalah, dan buka mata Tjiangkun lebar². “ Ko Kiu marah sekali :
“Rangket pendjahat itu dengan pukulan rotan 40 kali ! Berani betul ia menghina dan memandang rendah padaku. Ketahuilah aku Ko Kiu komandan Kim leWee, bisa memberikan putusan segera padamu
Kalau aku memerintahkan pantjung kepalamu, hari ini djuga djiwamu akan melajang, tahu? Djangan banjak tingkah, buku maksud djahatmu sudah d,elas. Karena aku mengerti hukum dan wet negara, maka aku akan menghadapkanmu kedalam sidang pera-
26