lampiaskan penasaran dihatiku. Toako Lo Tie Djim, sebab hampir semua tjukong2 kaja dan orang kaja sekarang ini, kesemuannja bisa terdjadi karena djalan jang serong, tidak halal dan menekan kehidupan rakjat. Jah, hal ini menekan kehidupan rakjat. Jah, hal ini merupakan peladjaran bagiku.
Dengan demikiran aku tidak akan berpandangan sempit lagi, Jah, aku telah menggebjah ujah . . . . . . . . . ."
Lie Tiong, lalu mempersilahkan untuk memulai perdjamuan, maka makan dan minumlah mereka dengan riang gembira.
Lie Tiong: "Adikku Tjiu Thong, lain kali kutjarikan djodoh jang sepakat denganmu, kau masih muda djangan kesusu!" Semua hadirin termasuk para Liauwloo terbahak2 . . . .
Demikian persidangan itu berdjalan lanjtar dan penuh kegembiraan. Lauw Thay Kong setelah urusan keluarganja dapat didamaikan, iapun merasa bersjukur dan menghaturkan terima kasih terutama kepada Lo Tie Djim. Setelah perdjamuan hampir selesai maka berdirilah Lauw Thay Kong untuk bermohon diri. Kemudian ia berpaling ke arah Lo Tie Djim dan mengadjaknja pulang.
Tetapi Lie Tiong dan Tjiu Thong menghalang halanginja kata mereka:
"Baiklah Lo Lauwtee tinggal bersama
17