Lompat ke isi

Graaf de Monte-Cristo/Bab 26

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

​​​​

Halaman:Graaf de Monte-Cristo Bagian 5.pdf/74 Mortes, djalanan di depan itoe roemah makanan ada djadi sepi sekali, dari sebab banjakan orang jang djalan dengan berkandaran di ajer.

Toewan roemah-makanan itoe saorang jang soedah beroemoer lebih dari ampat poeloeh tahon; badannja tinggi-besar dan koewat, matanja dalam bersorot tadjam, hidoengnja maniroe patokan betet, sedang giginja ada kalihatan poetih, seperti giginja binatang jang biasa makan daging; ia poenja ramboet ada berintik sabagimana brewoknja, warnanja hitam djengat dan baroe beroeban satoe-doewa sadja, sedang warnanja koelit moeka baroes diseboet hitam-manis.

Sahari-hari lelaki ini biasa berdiri dari pagi sampe sore di hadepan pintoe roemahnja itoe, soepaja boleh lantas dapat taoe dan merasa senang sedikit,kaloe ada orang jang mendatangi; aken tetapi, seperti telah terseboet di atas ini, djalanan di de­pan roemahnja itoe telah djadi sepi sekali, hingga djaranglah si toewan roemah-makanan itoe dapat tetamoe.

Toewan roemah itoe boekanlah lain orang adanja, hanja Gaspard Caderousse. Sedang ia ada segar dan koewat, ia poenja istri — Madeleine Radelle namanja, ada koeroes dan penjakitan, dan maskipoen pada doeloe hari istri ini ada berparas eilok, kaeilokannja itoe soedah terhilang, seperti soedah dimakani oleh penjakit demam jaug sering-sering datang serang padanja.

BAGIAN 5. Vel 10. Dari sebab sering dapat demam, maka seringlah istrinja Caderousse itoe berdiam sadja di loteng, berdoedoek di bangkoe atawa rebah di pembaringan dengan meroengkoet atawa dengan goemetar. Seringlah djoega istri itoe oering-oeringan dan tjomeli peroentoengan diri sendiri, hingga soewaminja djadi kesal dan lebih soeka diam di moeka roemah, dari pada berdiam dekat pada istri sendiri. Sering kali Caderousse berkata pada istrinja itoe: »Djanganlah oering-oeringan bagitoe! Segala perkara ada terdjadi dengan takdirnja Allah.

Aken tetapi maski Caderousse biasa berkata demikian, tiadalah loepoet ia merasa doeka. Doeloe hari poen ia ada mampoe djoega, dan ia soeka sekali berpake bagoes. Kaloe sadja ada sedikit karajaän di dalam negri, soedah tantoe orang dapat lihat Caderousse itoe berdjalan kaloewar sama-sama istrinja dengan berpakean rebo.

Aken tetapi dengan perlahan Caderousse itoe moelai termasoek ka dalam kamelaratan: boekan sadja barang-barang perhiasannja . moelai djadi koerangan dan lama-lama djadi habis samoewa ditoentoeti didjoewal, hanja pakeannja jang mana bagoes, toeroet djoega didjadiken doewit.

Sekarang ini, dari sebab soedah tiada bisa lagi berpake rebo, Caderousse dan istrinja soedah membri slamat tinggal pada segala kasoekaän jang sia-sia, dan tinggal mengoempat di itoe roemah di tampat sepi. Pada soewatoe hari, sedang Caderousse berdiri di depan roemah, ia dengar istrinja triak memang­gil padanja, hingga ia lantas berdjalan masoek dan naik ka loteng; tapi pintoenja roemah ia tida toetoepken, soepaja djikaloe ada orang meliwat di djalanan, orang ini tida nanti loepa akeu mampir boewat makan atawa rainoein.

Salagi Caderousse ada di loteng, adalah saorang lelaki jang berkoeda dan berpake seperti satoe pandita, mendatangi ka roemahnja Caderousse itoe, laloe toeroen dari koeda dan ikat koedanja itoe pada soewatoe besi jang ada pada daon-djendela; komoedian ia lantas mengetok-ngetok pada daonpintoe. Pada itoe waktoe djoega ada terdengar soewara andjing menggonggong, laloe datanglah satoe andjing hitam mengamperi bebrapa lengkah sambil menggerang kapada itoe pandita jang ada di loewar pintoe.

Sigra djoega kadengaran boenji kakinja Cade­rousse jang toeroen di tangga. »Hoes! diam, Margotin!" kata Caderousse itoe: »Djangan takoet, Toewan! andjing itoe menggonggong, tapi tida nanti menggigit. Kaoe tantoe ingin minoem anggoer, ja? kerna hawa ada panas sekali. O, bri maäf padakoe, Toewan pandita! saja tiada kira toewan jang datang. Apatah jang dikahendaki toewankoe? Saja sadia aken trima perintahmoe.

Itoe pandita memandang sakoetika lamanja pada Caderousse itoe, seperti hendak meminta biar Caderousse djoega melihat baik-baik kapadanja; tapi dari sebab Caderousse ada kalihatan tiada mendoega apa-apa, hanja melainken ada merasa heran, dari sebab belon disahoeti, lantas sadja pandita itoe berkata padanja:

»Apa kaoe ini boekan toewan Caderousse? »Ja, Toewan !" sahoet Caderousse dengan merasa heran: »saja ini bernama Caderousse dan ada sadia aken melajani padamoe."

—»Gaspard Caderousse, ja? dan doeloe kaoe tinggal di tingkatan kaämpat pada satoe roemah di djalanan de Meillan, ja?"

— »Ja, betoel sekali!"

—»Dan di itoe tempo kaoe djadi toekang pakeän?"

—»Ja, tapi pakerdjaän itoe soedah tiada bisa diteroesken. Brangkali dari sebab di Marseille ada panas sekali, hingga orang tida perloe lagi sama pakeän, maka achir-achir tida ada lagi orang datang bikin pakeän padakoe. Tapi sedang kita mengomong dan hal panas, apa toewan tiada soeka minoem apa-apa boewat senangken leher jang kering?"

—» Tantoe sekali saja soeka. sabotol anggoermoe jang paling orang nanti teroesken kita poenja bitjara.

—»Baik, Toewanku!"

Komoedian Caderousse itoe djalan pergi mengambil anggoer, dan tempo ia datang kombali, ia dapatkan toewan pandita ada doedoek di bang77 koe ketjil dengan menaro sikoet di atas medja dan djidat di atas telapak tangan.

»Apa kaoe ada sendiri sadja?" kata itoe pandita pada Caderousse jang datang membawa anggoer dan gelas.

»Ja, Toevvan, saja ada sendirian atawa ampir ada sendirian sadja, sebab saja poenja bini tida bisa membantoe kapadakoe dari sebab ia ada sa­kit salamanja."

».Ha! kaoe ada beristri,' kata poela itoe pandita sambil melihat koeliling, seperti hendak taksir hargajija perabot jang tida banjak adanja.

»Kaoe lihat, jang saja ini tida kaja, Toewan pandita!" kata poela Caderousse: »ja, soedah baginilah adanja peroentoengankoe : di doenia ini poen, kendati orang berhati toeloes, kaloe atsal melarat, soesah djoega aken terlepas dari kamelaratan."

Toewan pandita laufas mengawasi dengan mata tadjam kapada Caderousse itoe.

»Ja, saja brani bilang, jang saja ada berhati toeloes, Toewan!" kata poela Caderousse sambil tetap memandang pada moeka pandita dan merabah pada dada sendiri: »dan di ini djeman tida samoewa orang bisa bilang bagitoe dengan sapantasnja."

»Soekoer sekali, kaloe benar kaoe ini saorang berhati toeloes," kata itoe pandita: »kerna dengan lekas atawa dengan lambat, orang jang baik, nanti tergandjar; orang jang djahat, nanti terhoekoem; itoelah saja boleh tantoeken."

--» Satoe pandita boleh sekali berkata bagitoe; tapi boewat pertjaja atawa tida pertjaja hal itoe, masing-masing orang boleh toeroet hati sendiri."

--» Kaoe salah, kaloe kaoe bilang bagitoe, Toewan! kerna brangkali djoega di ini waktoe saja sendiri ada djadi kanjataan dari benarnja omong-koe jang tadi itoe."

--» Apatah toewankoe ini hendak bilang dengan berkata bagitoe?"

--» Saja maoe bilang, bahoewa lebih doeloe saja misti dapat taoe dengan pasti, kaloe-kaloe kaoe ini benar Gaspard Caderousse jang saja tjari."

--» Katerangan apatah jang saja misti kasih padamoe?"

--» Apa di tahon 1814 atawa 1815 kaoe ada kenal saorang pelajaran jang bernama Dantes?"

--» Dantes? Kaoe tanja, kaloe-kaloe saja kenal sama itoe Edmond! Saja rasa, memanglah saja ada kenal betoel padanja itoe: dia poen ada djadi satoe sobatkoe jang baik."

Sedang ia berkata bagitoe, moekanja Caderousse itoe ada berwarna merah, seperti moekanja orang jang merasa maloe, sedang itoe pandita ada mengawasi dengan tetap kapadanja.

»Ja," kata itoe pandita: »saja rasa djoega Dantes itoe ada diseboet Edmond.

-->Memang dia itoe diseboet Edmond Dantes! apatah sekarang telah djadi dengan itoe anak baik ? Apa kaoe kenal padanja? Apa ia masih hidoep? Apa ia telah terlepas dari pandjara dan ada beroentoeng?"

— »Ia soedah mati di dalam pandjara."

Caderousse djadi poetjat, laloe ia menengok ka samping dan menjoesoet ajer mata.

»Kasian sekali!" kata Caderousse itoe: »Tah, itoe poen ada djadi satoe kanjataän lagi atas hal jang tadi saja kata padamoe, Toewan pandita! Toehan Allah melinken ada baik sadja aken orang-orang jang djahat. O! njatalah jang doenia ini lebih lama lebih djadi boesoek kaädaännja. Haroes sekali toeroen hoedjan obat bedil doewa hari lamanja, laloe obat itoe tersoeloet oleh geledek, biar antero doenia djadi binasa!"

— »Kaoe ini ada kalihatan seperti ada bertjinta hati pada itoe Fdmond, Toewan!"

— »Ja, saja ada tjinta padanja, maskipoen pada satoe tempo saja taoe bentji padanja, dari sebab ia ada kalihatan amat beroentoeng; tapi dari itoe tempo sampe sekarang — demi kahormatankoe sen­diri— saja ada merasa sedih dan doeka, oleh kerna katjilakaännja jang besar sekali."

Di sitoe Caderousse itoe berdiam, demikianlali djoega si pandita; tapi sedang berdiam pandita itoe tiada; poetoes mengawasi pada Caderousse jang ada di hadepannja.

»Toewan djoega ada kenal pada itoe Edmond?" kata poela Oaderousse. Halaman:Graaf de Monte-Cristo Bagian 5.pdf/82 Halaman:Graaf de Monte-Cristo Bagian 5.pdf/83 Halaman:Graaf de Monte-Cristo Bagian 5.pdf/84 kata poela Dantes kapadakoe: »»kaoe nanti pergi ka Marseille, dan djoewal ini tjintjin, dan bagiken oewang pendapatannja dengan rata kapada lima orang; kerna melinken marika itoelah ada tjinta padakoe di doenia ini.'

»Bagiken kapada lima orang?" kata Caderousse pada itoe pandita: tapi kaoe melinken seboet namanja ampat orang sadja."

–––»Sebab orang jang kalima, telah meninggal. Jaitoe bapanja Dantes."

---»Ja! - kasihan sekali! - ja, itoe orang toewa telah meninggal."

»Saja dapat kabar itoe di Marseille," kata poela itoe pandita: »tapi dari sebab hal kamatian itoe telah berlaloe bagitoe lama, saja tida dapat dengar lain apa-apa dari hal itoe orang toewa. Apa kaoe boleh tjeritaken sedikit apa-apa dari hal matinja orang toewa itoe?"

»Tantoe!" sahoet Caderousse: »tida ada lain orang lebih taoe dari saja halnja orang toewa itoe: saja poen ada djadi tetangganja jang paling dekat. Ja, kira-kira satahon pada sasoedahnja Edmond ditangkap, itoe orang toewa meninggal doenia."

---»Tapi apalah lantarannja dia itoe meninggal?"

---»Doktor-doktor bilang, Dantes toewa itoe ada sakit di ampedal; orang-orang jang kenal pada orang toewa itoe, ada bilang, bahoewa ia telah meninggal dengan lantaran berdoeka hati. Tapi Halaman:Graaf de Monte-Cristo Bagian 5.pdf/86 »Dengan maksoed jang baik, Njonja!" kata si pandita; »Kaoe poenja soewami traoesah koewatir aken satoe apa, kaloe sadja ia bitjara dengan sabenarnja."

-»Traoesah koewatir! - ja, pada moela moeLa memanglah orang bri djandjian bagoes, tapi komoedian orang berkata sadja traoesah koewatir atawa traoesah takoet, laloe orang berdjalan pergi dengan tida sekali boektiken djandji; di lain hari katjilakaän datang menerdjang kapada kita, dengan tida kataoean dari mana datangnja."

- »Senangkenlah batimoe, Njonja! katjilakaän tiada nanti datang dari padakoe ini."

Njonja Caderousse mengoetjapken bebrapa per­kataän jang tida terdengar terang, laloe tinggal doedoek berdiam, dengari orang berkata-kata.

»Tapi," kata poela pandita: »apa itoe Dantes toewa tida sekali jang openi, maka ia misti mati denang lantaran lapar?"

»Boekan bagitoe, Toewan!" sahoet Caderousse: »Mercedes tida tinggalken dia, dan toewan Morreï poen tiada loepa aken membri toeloengan ; tapi orang toewa itoe merasa berat aken trima toeloe­ngan orang, lebih lagi toeloengannja itoe Fernand, jang Edmond sangka ada djadi satoe sobat "

- »Apa Fernand itoe boekan Sobatnja Edmond?"

- »Bagimanatah ia boleh djadi sobatnja Ed­mond, sedang ia kupingin Edmond sendiri poenja toendangan? Edmond jang berhati toeloes, ada sangka Fernand itue sobatnja, Kasian sekali! Soekoerlah djoega Edmond itoe soedah tiada da­pat taoe apa apa; saände ia taoe halnja ia poenja sobat, tantoelah ia tida bisa ampoeni sobat itoe di waktoe ampir poetoes djiwa. Boewat saja, saja ada lebih takoet koetoeknja orang jang ampir mati, dari pada takoet kadjabatannja orang hidoep."

»Dasar si goblok !" kata njonja Caderousse sendiri-diri.

»Apa kaoe taoe, kadjahatan apa jang Fernand telah berboewat kapada Dantes?" kata poela itoe pandita.

— » Apa saja taoe hal itoe ? Saja taoe dengan terang sekah !"

— »Tjobalah kaoe tjerita."

»Gaspard!" kata istrinja si toewan roemah : »kaoe boleh bilang apa jang kaoe soeka, kerna lidah kaoe sendiri poenja; tapi kaloe kaoe pertjaja baiknja pikirankoe, djanganlah kaoe bilang apa-apa lagi."

»Ja," kata Caderousse: »sekarang saja pertjaja, jang kaoe poenja pikiran ada baik sekali, istrikoe !"

»Kaloe bagitoe, kaoe tida maoe tjerita?" kata itoe pandita pada Caderousse.

r — »Apatah goena saja tjerita?" sahoet Cadeousse: »Saände Edmond masih hidoep dan ia datang padakoe boewat dapat taoe mana sobat, mana moesoeh, brangkali djoega saja nanti tjeritaken segala perkara jang saja taoe; tapi sekarang ia telah mati dau terkoeboer, tida bisa lagi membentji, tida bisa lagi membales sakit. Maka baik­ lah traoesah kita omongken lagi perkaranja."

— »Kaloe bagitoe, kaoe soeka saja serahken sadja pada Edmond poenja sobat-sobat palsoe, apa jang Edmond soedah niat kasih pada sobat-sobat jang benar?"

— »Hm! benarlah ingatanmoe, kaloe kaoe rasa barang itoe tiada pantas diserahken pada marika. Djoega apatah goenanja barang itoe dibriken pada marika? Apatah goenanja satetes ajer pada laoetan besar?"

»Ja," kata njonja Caderousse jang doedoek di tangga loteng: »tapi kaoe tida ingat, bahoewa orang-orang itoe bisa remoekken kapalamoe dengan gampang sekali!"

»Hm?" kata si pandita: »Apa orang-orang itoe ada kaja dan berkoewasa?"

— »Apa kaoe tida taoe marika itoe poenjahikajat?"

— »Tida; biarlah kaoe tjeritaken itoe padakoe."

Caderotisse berpikir sakoetika, laloe berkata: »Saja rasa, baiklah saja tida tjerita; djoega per­kara-perkara itoe tida bisa ditjeritaken di dalam sedikit tempo."

»Apalah boleh boewat!" kata poela si pandita: »Masing-masing orang boleh toeroet Soekanja sen­diri. Djoega boewat apatah saja dapat taoe hal ini atawa itoe? Kahendaknja Edmond ada njata sekali. Maka biarlah saja djoewal sadja ini tjintjin permata." Sambil bilang bagitoe, pandita itoe kaloewarken kombali itoe doos jang berisi tjintjin, boekaken itoe, dan kasih Caderousse lihat kombali itoe permata besar jang bergomilang.

»Tjobalah kaoe lihat ini intan, istrikoe!" kata Caderousse pada istrinja.

»Satoe intan!" kata njonja Caderousse itoe sam­bil berbangkit dan lantas toeroen: »Apatah halnja intan ini?"

»Apa kaoe tida dengar?" kata Caderousse: »ini intan besar ada harta peninggalannja Emond, dan misti dibagi lima di antara bapanja Edmond, Fernand, Danglars, Mercedes dan saja. Ini intan ada berharga 50,000 frank."

»O! permata bagoes sekali! moelja sekali!" kata si njonja.

»Saperampat bagian dari barang ini ada djadi poenjakoe, ja?" kata Caderousse.

»Ja," sahoet pandita: »dan lain dari pada itoe, saja rasa bagiannja Edmond poenja bapa misti dipetjah ampat dan kaoe dapat sabagian."

»Mengapatah misti terbagi ampat?" kata si njonja.

»Sebab itoe ampat orang ada djadi sobat-sobatnja Edmond," sahoet pandita.

»Orang jang djadi sobat, tiada nanti berboewat hianat," kata poela si njonja.

»Ja, ja," kata Caderousse: »itoelab djoega jang saja maoe bilang, Membri gandjaran pada orang