Graaf de Monte-Cristo/Bab 19
XIX.
PENJERANGAN KATIGA KALI.
Oleh kerna itoe harta besar jang telah lama dipikiri oleh Faria. sekarang ini boleh terbitken kasenangan besar aken Edmond Dantes jang Faria tjintai seperti anak sendiri. maka harta itoe djadi lebih beharga lagi di dalem ingatanuja Faria itve. Saban hari Faria omongken harta itoe, dan sering kali ia berkata pada Dantes, behoewa dengau oewang tigabelas atawa ampatbelas joeta gampang sekali orang boleh berboewat baik kapada sasama manoesia: aken tetapi pada tiap kali Faria berkata bagitoe. Dantes djadi beringat pada soempahnja sendiri. maka berkatalah ia di dalam hati, bahoewa dengan oewang ligabelas atawa ampatbelas joeta gampang sekali orang boleh berboewat djahat pada sasama manoesia,
Faria tida kenal pada itoe poelo Monze Cristo, tapi Dantes ada kenal betoel : ia poen soedah seringkali meliwat di dekat poelo itoe jang ada di antara poelo Corsika dan poelo Elba. Poelo Monte Cristo
itoe soewatoe poelo kosong: belon taoe ada orang tinggal di sitoe. Saiinteronja poelo itoe karang adanja, bangoennja lantjip ka atas. Dantes njataken pada Faria, di mana adanja poelo itoe. dan pandita ini lantas bri taoe pikirannja,” sabagimana jang ia rasa baik, aken Dantes pergi ka itoe poelo boewat tjari itoe harta.
Tapi Dantes tida mengarap dengan tetap, sabagimana Faria telah mengarap. Ia merasa, jang Faria itoe tiada gila, tapi ia koerang bertjaja. jang itoe pendaman masih ada.
Sadang bagitoe, pengarapannja doewa orang loetoepan itoe djadi terpoetoes, lantaran adanja satoe katjilakaiin. Tanahnja galderi jang ada di pinggir laoet, ada kalihatan bakalan goegoer, kerna tembok pinggiran jang menahan tanah itoe, telah djadi melekah dan dlojong, dan dari sebah bagitoe, orang toekar tembok itoe dengan jang baroe, dan orang oeroek djoega dengan batoe-batoe besar itoe lobang jang telah dibikin di bawahnja itoe galderi dan telah dioeroek kombali satengahnja oleh Edmond Dantes. Soekoer sekali Edmond itoe soedah toeroet adjarannja Faria, jang bri ingat padanja aken oeroeki itoe lobang: sainde tida bagitoe, tantoelah katjilakainnja doewa orang toetoepan itoe ada lebih besar lagi: kerna tantoe sekali orang dapat taoe, jang marika itoe ada niatan aken minggat dan lantas pisahken ia orang satoe dari lain.
Sekarang, kerna itoe lobang jaug telah tergali dengan soesah, telah dioeroeki dengan batoe-batoe besar, hilanglah djalanan aken Dantes dan Faria berdjalan minggat.
»Kaoce lihat njata,” kata Dantes dengan tersenjoem oeroeng pada Faria: -bahoewa Allah tida maoe kasih akoe terlepas. Akoe soedah djandji padamoe, aken tinggal berdiam di sini bersama-sama kaoe, sekarang sekalipoen akoe maoe loepaken djandjikoe itoe, akoe tida nanti bisa, maka akoe poen tida nanti bisa dapatken itoe harta, jang tida sampe didapatken olehmoe. Aken tetapi maskipoen tida dapatken harta itoe, adalah djoega padakoe ini soewatoe harta jang bosar, jaitoelah sekalian pengadjaran jang akoe dapat dari padamoe, sobat! Akoe ini ada merasa kaja dan beroentoeng besar: hartakoe itoe poen ada berharga lebih dari pada toempoekan emas potongan dan intan-intan, kendatipoen barang-barang ini tida sepertiawap emboen jang kalihatan seperti daratan di tengah laoet, tapi linjap terhilang, kaloe ia dihamperi. Tida ada satoe manoesia nanti bisa rampas hartakoe, kendatipoen manoesia itoe Cesar Borgia adanja. Dan harta itoe akoe dapat dari padamoe, sobat! Senang amat hatikoe, oleh kerna ada beserta kaoe dan boleh dengari bitjaramoe sahari-hari.”
Demikianlah halnja doewa orang toetoepan itoe, jang maskipoen ada di dalam katjilakaiin, tida bersengsara lagi di dalam hati. Faria tida mengarap lagi aken dapatken itoe harta pendeman: maka ia
harap sadja, jang Dantes nanti dilepasken atawa bisa lepasken diri sendiri, dan dapatken itoe harta besar.
Dari sebab merasa koewatir, kaloe-kaloe itoe soerat jang njataken adanja harta, nanti djadi terhilang, maka pandita Faria itoe soeroeh Dantes batja boenjinja itoe soerat, sampe boenji itoe soedah tertjangkok tetap di dalam ingatan. Komoedian Faria linjapken soerat itoe jang sabagian, soepaja sekalipoen lain orang nanti dapatken itoe soerat jang sabagian lagi, orang itoe tida nanti dapat taoe maksoed boenjinja.
Sahari-hari Dantes mengamperi pada Faria dan tinggal di kamar pandita itoe bebrapa djam lamanja: pandita itoe poen, maski soedah tida bisa goenaken tangan dan kaki sabiasanja orang, ia poenja ingatan tinggal terang djoega, dan tida ada sangkoetan satoe apa aken ia berkata-kata dan membri pengadjaran kapada Dantes.
Pada soewatoe malam Dantes djadi sedar dengan terkedjoet, kerna merasa seperti ada orang triak panggil padanja. Ia boekaken mata dan melihat koeliling di tampat gelap, sedang bagitoe, ia dengar soewaranja Faria jang merintih dan memanggil padanja. Dengan hati berdebar ia lantas berbangkit dan memasang koeping. Njatalah, bahoewa soewara jang terdengar itoe, ada di dalam kamar Faris.
»Astaga! apa ia kamboeh kombali ?” kata Dantes sambil berdjalan masoek ka dalam lobang, dan sigralah djoega ia sampe ka dalam kamar Faria. Di sinarnja api palita jang goeram, ia melihat pada Faria jang ada berdiri dengan pegangi pinggiran bale pembaringan. Moeka pandita ini ada poetjat sekali, keringat poen menoetoepi djidatnja.
»Kaoe lihat, sobat!” kata Faria dengan soewara perlahan: »dan kace taoe apa adanja ini: maka tiadalah perloe akoe bilang apa-apa lagi padamoe."
»Ach!” kata Dantes sambil mengela napas, laloe salakoe orang gila, ia mengamperi pada pintoe dan triak minta toeloeng. Tapi Faria sigra berkata:
»St! sobat! djangan triak bagitoe! kaoe sendiri nanti tjilaka! Sekarang djangan beringat Iain, hanja biarlah kita ingat sadja perkaramoe sendiri, Boewat gali itoe lobang jang akoe socdah gali, kaoe misti pake tempo bebrapa tahon, dan lobang itoe manti lantas dipepat, kaloe kataoein adanja oleh cipier. Senangken hatimoe! ini kamar jang sigra djoega akoe nanti tinggalken, nanti diisi oleh lain orang. Brangkali orang ini saorang moeda jang boleh membantoe padamoe aken bikin djalan pelari, sedang akoe ini djadi sadja satoe sangkoetan di dalam hal itoe. Soenggoeh, sekaranglah Allah moelai berkoernia kapadamoe : djoes ga soedah sedang akoe berangkat dari doenia ini.”
Edmond Dantes djadi sangat berdoeka hati, dan dengan soewara sedih dia berkata pada Faria:
»Ach, sobatkoe! djanganlah kaoe bilang bagitoe ,
Soedah satoe kali akoe dapat toeloengi kaoe. dan akoe nanti menoeloengi aken kadoewa kali.”
Komoedian Dantes itoe lantas angkatken kaki bale pembaringan, laloe kaloewarken Faria poenja ajer obat berwarna merah jang tersimpan di dalam flesch ketjil.
»Lihatlah!” kata poela Dantes itoe: sini obat jang moestadjab masih ada sedikit lagi. Bilanglah sigra, sobatkoe! apa jang akoe misti perboewat. Apa akoe misti berboewat djoega seperti doeloe?"
»Pertjoemah!" kata Faria sambil gojang kapala: »tida ada harapan lagi. “Tapi Allah maoe, biar manoesia perboewat apa jang boleh, aken pandjang: ken kahidoepan."
— »Ja, ja! akoe nanti perboewat apa jang boleh, aken toeloengi kaoe!"
— »Kaoe boleh tjoba, kaloe kaoe soeka. Sekarang akoe merasa amat dingin akoe merasa darah naik ka kapalakoe. Di dalam tempo lima minut lagi akoe nanti roeboeb, dan di dalam tempo saprapat djam lagi akoe nanti djadi majit.”
— "Ach, tida, sobatkoe! tida nanti djadi bagitoe!"
— »Kaoe misti berboewat sabagimana pada waktoe kaoe toeloengi akoe aken pertama kali, tapi djangan menoenggoe sampe akoe soedah berdiam betoel. Kaoe tetesken obat itoe doewabelas tetes ka dalam moeloetkoe, dan kaloe akoe tida djadi sedar, toewangkenlah samoewa obat itoe. Sekarang rebahkenlah akoe di pembaringan." Dantes lantas rebahken orang toewa itoe.
»Sekarang sobatkoel” kata poela Faria: »kerna akoe maoe tinggalken kaoc aken salamanja, akoe bersoekoer kapada Allah, jang telah datangken kaoe kapadakoe ini aken djadi pengiboer hati jang doeka, akoe harap, jang kaoe nanti beroentoeng bagoes. Akoe berkati kaoe, anakkoe!"
Dantes lantas berloetoet di depan pembaringan 1Faria, sambil taro kapala di pinggir pembaringan itoe.
»Tapi dengarlah apa jang sekarang akoe kataken padamoe di ini sait jang pengabisan,” kata poela Faria: sitoe harta pendemannja kardinaal Spada ada dengan sahenaruja. Dengan koernia Allah dini waktoe akoe dapat melihat ka dalam boemi. Akoe lihat harta pendeman itoe ada di dalam gowa, dan akoe merasa mabok, oleh kerna gomilangnja harta itoe. Kaloe kaoe beroentoeng bisa terlepas dari ini pandjara, biarlah kaoe ingat, bahoewa pandita Faria jang bertjilaka dan dikataken gila oleh orang samoewa, tida gila adanja. Biarlah kaoe "lantas pergi ka Monte-Cristo, ambil itoe harta pendeman dan goenaken itoe aken senangken badan dan hati, kerna kaoe soedah menanggoeng banjak kasengsarain."
Satelah habis bilang bagitoe, Faria itoe lantas keredjatan. Dantes angkat kapala pandita itoe, jang lantas berkata padanja: »Slamat tinggal! slamat tinggal...”
nanti doeloe! nanti doeloe! djanganlah kaoe tinggalken akoe!” kata Dantes dengan berdoeka sangat:
»Matakoe gelap," kata poela Faria dengan soewara perlahan: »slamat tinggal, dan djanganlah kaoe loepaken Monte-Cristo !”
Sahabis bilang bagitoe, lantas sadja Faria itoo berdiam dan moeloetnja djadi berboesa, sedang antero badannja berkeredjatan. Sasoedah badannja itoe tida bergerak-gerak lagi, Dantes lantas ambil piso, boekaken moeloet si pandita dan tetesi obat ka dalamuja. Tempo soedah menoenggoe lama, dan Faria tida djoega djadi sedar, Dantes lantas toewang saidlanja obat jang katinggalan ka dalam moeloet Faria.
Komoedian orang toewa itoe djadi keredjatan kombali dan memboekaken mata, tapi sigra djoega ia tida bergerak lagi. Edmond tinggal menoenggoe, tapi mingkin lama, toeboehnja Faria djadi semingkin dingin, debar-debar hatinja poen semingkin hilang. Achir-achir njatalah kapada Dantes, bahoewa Faria itoe telah wafat.
Di itoe waktoe mata-hari soedah moelai terbit, dan Dantes melihat njata, jang moekanja Faria telah djadi bersemoe biroe, terlibih poela bibirnja.
Sebab soedah moclai siang, maka poelanglah Dantes ka kamarnja sendiri, dan sigra djoega cipier datang padanja aken bawa makanan. Njata pada Dantes, jang cipier itoe belon datang pada Faria, kerna makanan aken pandita itoe masih ada padanja.
Satelah cipier itoe soedah berlaloe. Dantes poen masoek ka dalam lobang tanah, boewat dengar dari sitoe, apa jang djadi di dalam kamar Faria.
Ia dapat dengar pintoe kamar diboekaken dan triaknja itoe cipier jang djadi kaget: komoedian ia dengar soewaranja bebrapa orang dan dengar djoega soewaranja goiverneur, jang soeroeh "orang pergi memanggil doktor.
Komoedian gouverneur itoe berlaloe, dan Dantes dapat dengar satoe soldadoe berkata kapada temau:
»Ha! sekarang si gila ini berangkat pergi tjari ia poenja harta pendaman. Slamat djalan!"
»Dengan ia poenja kakajaan itoe ia tida nanti bisa membajar harganja pakean jang ia nanti bawa ka dalam koeboer,” kata satoe soldadoe jang lain.
»Djangan koevwatir,” kata poela itoe soldadoe jang pertama: pakean itoe jang terdapat di ini benteng d lf tiada mahal harganja.”
— »Akoe rasa, sebab dia ini satoe pandita, orang nanti pakein dia pakean jang lebih baik dari jang biasa.”
— "Kaloe bagitoe, ia nanti dapat satoe karoeng.”
Edmond Dantes dengari omongnja soldadoe-soldadoe itoe, tapi tiada mengarti betoel.
Sigra djoega ia tida dengar lagi soewara orang, hingga ia rasa, jang soldadoe-soldadoe itoe telah
berlaloes tapi maski bagitoe. ia tida brani naik ka dalam kamar Faria, kerna boleh djadi djoega ada di sitoe saorang jang doedoek mengawal mait.
Maka dengan tida bersoewara Edmond tinggal berdiam di dalam itoe lobang tanah. Sasoadahnja berselang lama sedikit, adalah terdengar oleh Edmond soewara kakinja banjak orang jang mendatangi. Orang orang jang datang itoe gouverneur serta doktor dan bebrapa officier.
Sakoetika lamanja orang-orang ini tida terdengar berkata-kata, maka njatalah pada Dantes, jang di itoe waktoe doktor ada lagi periksa kaidatinnja badan Faria. Komoedian Dantes dengar doktor itoe berkata, bahoewa itoe pandita telah djadi mati dengan terkoenjoeng-koenjoeng.
»Kasian!” kata gouverneur: »dia ini saorang gila jang tida menjoesahi, malah senangken hatinja orang dengan ia poenja omongan gila.”
»Ja,” kata cipier: »saja rasa, sekalipoen dia tida tertoetoep dan terdjaga, dia tida nanti minggat, kendatipoen dia misti berdiam di sini limapoeloeh tahon lagi.”
»Saja rasa,” kata gouverneur kapada doktor: »maskipoen kaoe telah bilang, bahoewa orang ini telah mati, dan saja pertjaja jang kaoe tida salah melihat, haroes djoega saja dapatken kanjatain lain, bahoewa orang ini benar telah mati.”
Itoe doktor lantas periksa kombali badan Faria, komoedian ja berkata pada gouverneur: "Djangan toewan koewatir: soedah njata sekali jang orang ini benar soedah mati”
"Ja,” kata poela gouverneur: "kaoe taoe, toewan! jang di dalam perkara bagini, saja misti toeroet betoel pada boenjinja atoeran jang telah ditantoeken: maka maski kaoe telah taoe, jang orang ini soedah mati, biarlah kaoe lakoeken djoega apa jang telah dititahken di dalam oendang-oendang.”
"Bikin panas sapotong besi!” kata doktor pada cipier: "tapi sabenarnja tiada perloe,” kata poela dokter itoe pada gouverneur.
Dantes merasa kaget, oleh kerna dengar perintahnja doktor.
Soedah berselang lama sedikit, Dantes dengar Cipier berkata:
"Inilah besi panas, Toewan |"
Komoedian Dantes dengar satoe boenji peperipisan, seperti boenjinja daging basah jang dibakar, Dantes merasa mengkirik boeloe di badan, kerna ja taoe dari mana terbitnja soewara itoe: ialah dari dagingnja Faria jang dikenai besi panas.
"Sekarang kaoe lihat njata, Toewan !” kata doktor pada gouverneur: "bahoewa orang ini telah mati betoel-betoel: sainde tida bagitoe, sekalipoen tida merontak, tantoelah ia berkoetik djoega. Sekaranglah ia telah semboeh dari penjakit gila dan terlepas dari pandjara.”
"Apa orang ini boekan itoe pandita jang bernama Faria?" kata satoe officier pada gouverneur.
"Ja,” sahoet gouverneur itoe: "dia ini saorang toewa jang berilmoe dan beriidat baik : di dalem segala perkara ia maoe mengalah, tapi di dalem hal berbantah dari perkara adanja ia poenja harta pendaman, ia tida sekali maoe kalah.”
"Itoelah penjakitnja,” kata doktor.
"Dia belon sekali taoe menjoesahi, ja?" kata poela Gouverneur pada cipier.
"Belon sekali, Toewan!” sahoet itoe cipier: "malah doeloe hari ia sering senangken hati hamba dengan ia poenja tjerita jang banjak sekali: dia poen taoe segala perkara. Pada satoe kali, tempo istri hamba dapet sakit, ia soedah oendjoeki obat, dan istri haraba djadi semboeh dengan obat itoe."
"Hm-hm!” kata doktor: "saja tida taoe, kaloe saja ada periksa badannja kambrat sendiri. Saja harep, Toewan Gouverneur,” katanja poela sambil tertawa: "kaoe nanti soeroeh rawati majit ini dengan sapantesnja.
"Djangan koewatir!” sahoet gouverneur:" satoe karoeng jang paling baroe, nanti dipergoenaken aken dia ini.”
"Apa dia misti dikaroengken di hadepanmoe, Toewan?” kata cipier pada gouverneur.
"Ja,” sahoet Grouverneur: "tapi biarlah kaoe berlakoe dengan sigra: kami tida bisa diam antero hari di sini.”
Kombali Dantes dengar soewara kakinja orang-orang jang berdjalan pergi dan jang berdjalan datang. Njatalah pada Dantes, jang orang orang itoe lagi oeroesi majit Faria.
Komoedian Dantes dengar soewaranja gouverneur jang berkata: "Sekarang soedah seleseh : kasih tinggal sampe sore."
"Sampe bagimana waktoe?" kata cipier.
— "Sampe poekoel 10 atawa 11."
— "Apa misti ditoenggoein ?”
— "Boewat apa ditoenggoein ? Koentjiken sadja pintoenja kamar ini, sabagimana biasa."
Sigra djoega sekalian orang jang ada di kamar itoe, soedah berlaloe, dan pintoenja kamar soedah dikoentjiken, Sasoedahnja tida kadengaran satoe apa, Dantes angkatken dengan perlahan batoe penoetoepnja lobang, laloo melihat koeliling di dalam kamar itoe: komoedian baroelah Dantes naik ka itoe kamar,