Graaf de Monte-Cristo/Bab 18
XVIII.
HARTA PENDEMAN
Pada esoknja, di waktoe pagi, tempo Dantes datang ka dalam kamar Faria, ia dapatken pan- dita ini ada berdoedoek di pembaringan.
Faria ada pegang di tangannja sapotong kertas jang tergoeloeng, dan satelah Dantes datang, ia kasih Dantes lihat itoe. dengan tiada bilang satoe apa.
»Apa itoe?” kata Dantes.
»hihatlah baik-baik.” kata Faria dengan ter senjoem.
Dantes ambil kertas itoe, laloe berkata: »Akoe :
tida dapat lihat apa-apa. lain dari sapotong kertas jang terbakar saparonja dan ada ditoelisi dengan tinta loewar biaxa.”
»Kertas ini, sobat!” kata Faria: ,,ada harta ka- kajainkoe, jang sekarang ada djadi poenjamoe sa- paronja. Sekarang akoe boleh tjeritaken segala perkara kapadamoe ini, sebab akoe telah kenal baik pada hatimoe,
Djidatnja Dantes djadi keringatan. Sampe di itoe waktoe poen belon sekali Dantes taoe bitjara dari hal itoe harta. jang telah djadi lantaran aken Faria itoe dikataken gila. Sebab berhati haloes. Dantes itoe telah beringat. tiada patoet ja seboet- seboet itve harta: sedang begitoe, Farja poen tida tave omongken itoe. Maka Dantes telah kira, ka- loe Faria tida taoe omongken itoe, itoelah soewatoe tanda jang Faria soedah djadi semboeh dari pe- njakitnja. Tapi sekarang, sebab Faria moelai seboet hartanja, adalah didoega oleh Dantes, bahoewa dengan lantaran dilanggar penjakit sahingga pang- san, Faria itoe telah djadi salah kombali ingatannja.
»Harta kakajainmoe!” kata Dantes dengan soe- wara perlahan.
Faria tersenjoem laloe berkata:
nJa. — kaoe ini saorang berhati toeloes dan ber- idat baik, dan sekarang kaoe ada bingoeng sadikit : akoe lihat hal itoe dari pada kalakocanmoe, — Tida, sobat! senangkenlah hatimoe: akoe ini tida gila. Itoe harta ada dengan sabenamja, Dantes! dan kaloe akoe tida bisa mengambil itoe aken djadi poenjakoe, kaoelah nanti dapatken itoe aken djadi poenjamoe. 'Tida saorang maoe pertjaja atawa dengar bitjarakoe, sebab orang kiraken akoe ini saorang gila: tapi kaoe, jang taoe betoel, ba- hoewa akoe tida gila. biarlah kaoe dengar bitjara- koe: kamoedian kaoe boleh pikir sendiri, apa kaoe haroes pertjaja bitjarakoe ini, atawa tida.” »Ach!" kata Dantes di dalam hati sendiri: »penjakitnja kamboeh kombali.” Komoedian ia berkata pada Faria:
»Akoe rasa, badanmoe ada lelah dan tjape: apa kaoe tida ingin tidoer? Di hari esok, kaloe kaoe soeka tjerita. akoe nanti dengar hikajatmoe, di ini hari akoe maoe menoeloeng sadja. Lain dari bagitoe,” kata poela Dantes itoe dengan tersenjoem: »adakah perloe kita-orang ini mempoenjai harta dengan sigra?”
»Ja, Edmond! perloe sekali,” sahoet Faria: »siapatah taoe, kaloe di hari esok atawa noesa penjakitkoe datang kombali dan poetoesken djiwakoe. Ingatlah akoe nanti mati, kaloe penjakitkoe menerdjang aken katiga kali. — Ja, sering kali akoe beringat dengan doeka hati pada ini harta besar jang boleh diseboet kakajaän radja boewat sapoeloeh orang, dan sekarang tida didapatken oleh itoe orang-orang jang tida maoe dengar omongkoe. Sebab tiada soedi dengar omongkoe, marika itoe tida dapat kakajaän, akoe merasa poewas di hati, kaloe ingat pada ini hal; sebab bagitoe, akoe soedah berdiam. Tapi sekarang, oleh kerna akoe melihat kaoe jang masih moeda, sekarang akoe ada beringat, bahoewa kaoe boleh hidoep dengan beroentoeng, kaloe akoe kabarken rasiakoe kapadamoe, dan dari sebab ingat bagitoe, akoe djadi merasa koewatir, jang akoe nanti djadi mati, pada sabelon bilang padamoe, di mana adanja itoe harta.”
Dantes mengela napas dan menengok ka lain tampat, salakoe ada berdoeka hati, oleh kerna misti dengar Faria berkata-kata bagitoe.
»Kaoe poen tida soeka pertjaja bitjarakoe, Edmond!” kata poela Faria: »omongankoe tiada tjoekoep aken djadi saksi di hadepanmoe. Akoe merasa, jang kaoe ini misti melihat boekti. Baik; batjalah sekarang boenjinja toelisan di ini kertas, jang akoe belon sekali taoe kasih orang lihat.”
»Di esok pagi sadja, sobatkoe!" sahoet Edmond, jang merasa sangat doeka, oleh kerna ada rasa Faria djadi gila kombali.
»Di hari esok kita nanti bitjaraken ini perkara harta,” kota Faria: »tapi biarlah kaoe batja soerat ini sekarang djoega."
Sebab takoet Faria djadi goesar, Dantes lantas batja djoega itoe toelisan di sapotong kertas jang telah terbakar sabagian.
»Soedah kaoe membatja?” kata Faria, satelah Dantes soedah tida memandang lagi pada itoe kertas.
»Akoe melinken dapat lihat di kertas ini bebrapa perkataän atawa omongan jang tinggal sapotong-sapotong sadja,” kata Dantes: »bagiannja jang lain telah terbakar, hingga akoe tida mengarti boenjinja ini toelisan jang katinggalan.
»Ja, sobatkoe!” kata Faria: »kaoe jang baroe taoe membatja toelisan ini satoe kali sadja, tantoe sekali kaoe tida dapat taoe, apa maksoednja, tapi akoe jang soedah sering membatja itoe dengan berpikirpikir, akoe soedah dapat sampoernaken sekalian oedjar jang telah hilang sabagiannja.”
»Kaoe maoe bilang, jang kaoe soedah bisa da- patken segala perkatain jang telah terbilang dari toelisan ini?”
— Ja, akoe soedah dapatken itoe dengan be- tocl sekali: kaoe sendiri boleh pikir, apa itoe ada benar atawa) tida, kaloe kave soedah dengar bitja- rakoe: tapi lebih doeloe kaoe misti dengar hika- jatnja ini kertas.”
— “St! akoe dengar soewara kaki orang ber- djalan ..... ada orang menjamperi, biarlah akoe pergi...
Dengan sigra Dantes itoe masoek ka dalam lo: bang, sedang hatinja ada merasa girang, oleh kerna ia tida djadi terpaksa aken dengari omongnja itoe Faria, jang didoega olehnja telah dapat kombali penjakit gila. Sebab bagitoe, Dantes itoe soedah loepa aken kisarken batoe yenoctoep lobang: tapi Faria, dari sebab terkedjoet sangat, soedah bisa gerakken badannja dan toelak itoe batoe penoe- toep dengan sabelah kaki, laloe toetoepi itoe de-
ngan tikar, soepaja djangan nanti kalihatan, kaloe batoe itoe tida menoetoep betoel pada itoe lobang.
Itoe orang jang terdengar ada mendatangi, boe- kan lain adanja, hanja Gouverneur sendiri, jang ingin lihat halnja Faria: Gouverneur itoe poen telah darat kabar dari cipier, bahoewa Faria ada dapat sakit.
Pada waktoenja datang Gonverneur itoe. Faria ada berdoedoek di atas bale pembaringan dengan segarsegarken diri. soepaja"tida kalihatan, jang ia ada sakit pajah. Ia poen ada merasa takoet, ka- loe-kaloe Gouvemeur itoe nanti merasa kasilian kapadanja danfpindahken dia ka lain kamar jang lebih baik, hingga ia djadi terpisah dari pada Dan: tes. Aken tetapi tiada sampe djadi bagitoe: kerna itoe Gouverneur ada kira, jang Faria itoe dapat sakit sedikit sadja: dan sigra djocga Gonvemenr itoe soedah berangkat pergi dari kamar si toewa,
Sedang bagitoe, Kdmond Dantes berdoedoek de- ngan berpikir, sambil toendjang kapala dengan sa-
belah tangan, Ia ingat, jang sedari ia kenal sama
Faria, ia ada rasa, bahoewa orang tocwa itoe ada berilmoe dan berboedi besar, hingga tida boleh di- pertjaja. jang Karin itoe ada bodo di dalam soewa- toe. perkara, sabagimana orang telah kira. Apa Karia tida bitjara dari perkara jang sabenarnja, ka- loe dia itoe bitjara dari hal itoe harta besar? atawa salah lakoenja orang-o ang jang tida pertjaja omong si toewa itoe? Di itoe antero hari Dantes berdiam sadja sendirian dan tida brani (latang pada sobatnja. Dengan bagitoe ia maoe oendoerken atawa lambat- ken datangnja tempo, di mana ia nanti dapat taoe- "jang sabenarnja Faria ada gila: ja poen takoct sekali nanti dapat taoe hagitoo,
“Aken .tetapi di waktoe sore, tempo Faria tida lihat Dantes datang padanja, lantaslah djooga iatjoba bergerak aken datang ka dalam kamaruja itoe lelaki moeda. Dantes sangat terkedjoet, tempo dengar rintih-rintihnja si pandita, jang berkoewat- koewat aken berkisar-kisar di dalam lobang, sedang kaki dan tangan kanan soedah tida boleh diper- goenaken. Dantes terpaksa aken tarik pandita itoe, jang tantoe sekali tida nanti bisa naik ka dalam kamarnja Dantes, kaloe tida ditoeloengi.
»Kaoce lihat, tjara bagimana akoe menjoesoel kapadamoe," kata Varia dengan tersenjoem: »kaoe maoe laloeken diri sendiri dari pada hartakoe tapi tiadalah boleh djadi bagitoe. Dengarlah sekarang tjeritakoe!"
Dantes melihat njata, jang sekarang ia tida boleh menampik: maka ia rebahken orang toewa itoe di pembaringan, laloe ia sendiri berdoedoek di samping bale itoe.
»Doeloe hari," kata Faria: vakoe ini ada djadi secretarisnja saorang bangsawan jang bergelar graat dau bernama Spada, jaitoe satoe graaf jang pe- ngabisan di dalam ia poenja kaoem. Dia itoe tiada kaja, maskipoen kakajaiin aki-mojangnja ada djadi pribahasa: akoe poen sering dapat dengar, bahoewa orang jang kaja besar, dikataken »kaja seperti Spada.” Graaf itoe poenja astana ada djadi tampat kasenangankoe, akoe bri adjaran di astana itoe ka- pada graaf itoe poenja bebrapa kaponakan, jang sekarang soedah wafat samocwa, Tempo graaf Spada tinggal sendirian sadja di doenia ini, akoelah jang
ada sama dia sanantiasa: akoe poen ada tjinta dan satia hati padanja itoe, oleh kerna ia ada ber- hati baik kapadakoe. — Sigralah djoega akoe dapat taoe segala halnja madjikankoe, dan sering kali akoe lihat madjikankoe ini membatja kitab-kitab doeloe-kala, atawa memeriksa soerat-soerat pering- galan aki-mojangnja, Pada soewatoe hari graaf Spada itoe ada kalihatan seperti orang berdoeka hati, dan tempo ia melihat kapadakoe, ia tersenjoem oeroeng, laloe ia boekaken soewatoe kitab jang ber- isi hikajatnja kota Rome. Di dalam fatsal ka- doewapoeloeh dari tjerita hal kahidoepannja paus ") Alexander VI, adalah terseboet di kitab itoe bagini:
»Perkara perang telah seleseh: tapi baginda Ce- sar Borgia ada kakoerangan oewang, Paus poen demikian. Maka datanglah pikiran pada Paus aken mengadaken doewa Kardinaal.1) Dengan lantaran mengangkat doewa orang bangsawan jang kaja besar, ka atas itoe kadoedoekan jang agoeng, Paus poen nantj mendapat kaoentoengan bagini: Itoe doewa orang bangsawan jang aken diangkat djadi kardinaal, masing-masing poen ada memangkoe ampat pangkat besar di dalam geredja, hingga djikaloe doewa orang itoe soedah diangkat, adalah delapan kadoedoekan besar boleh didjoewal kapada lain-lain orang: lain dari bagitoe, itoe doewa orang
") Radja agama Mesehi di Kota Rome, L) Pandita agoeng, sabuwahan paus, jang terangkat djadi kardinaal, nanti membajar banjak aken itoe kadoedoekan jang dibriken kapadanja. Doewa orang jang terpilih oleh Paus itoe, ialah satoe bernama Jean Rospigliosi, kadoewa bernama Cesare Spada. Ini doewa orang poen soeka trima koernianja Paus, kerna ia-orang soeka sama kabesaran. Sabagimana telah dikahendaki oleh Paus, bagitoelah djoega terdjadi. Itoe doewa orang bangsawan membajar banjak aken trima itoe pangkat kardinaal, sedang ia-orang poenja delapan kadoedoekan didjoewal kapada orang-orang lain."
»Sekarang,” kata poela Faria: »biarlah akoe tje- ritaken hal itoe dengan pendek sadja. Sasoedah doewa orang itoe berpangkat besar di dalam ge- redja, Paus berlakoe manis sekali kapadanja. Pada soewatoe hari baginda Cesar Borgia serta Paus, anak dan bapa, cendang itoe doewa kardinaal ma- kan dan minoem di dalam soewatoe kebon. Jean Rospigliosi merasa girang sekali : tapi Cesare Spada, jang ada poenja satoe kaponakan lelaki, membikin Soerat wasiat, laloe titahken satoe hambanja aken bri taoe pada si kaponakan, soepaja kaponakan ini diam menoenggoe di dekat Paus poenja kebon.”
»Cesare Spada membikin soerat wasiat,” kata poela Faria jang teroesken tjeritanja: »kerna ia taoe, bagimana adanja kabiasaiin. Di djeman doeloe sering kali oetoesan radja datang kapada orang, dengan berkata: »»Cesar maoe angkaoe mati;"” di belakang kali oetoesan itoe tida bilang bagitoe,
hanja berkata: »»Paus silaken kaoe datang padanja aken makan dan minoem,”” Siapa dioendang bagitoe, dialah dapat kamatiannja. — Tempo Cesare Spada datang di kebonnja Paus, ini radja agama soedah ada di sitoe beserta Cesar Borgia dan Cesare Spada poenja kaponakan: maka sangatlah kagetnja Uesare Spada, satelah melihat si kaponakan ada di sitoe.
»Sigralah djoega marika itoe berdoedoek makan dan minoem. Cesare Spada menanja pada kaponakannja, kaloe-kaloe kaponakan itoe soedah bertemoe pada boedjang jang misti datang kapadanja' Kaponakan itoe menjahoet, jang ia tida bertemoe pada itoe boedjang, dan ia lantas djoega mengarti maksoednja si paman poenja pertanjatin itoe. Tapi sekarang soedah kasep. Satoe djam komoedian paman dan kaponakan itoe dapat sakit dengan mendadak. Cesare Spada wafat di pintoe kebon : kaponakannja wafat di depan pintoe roemah sendiri, sasoedah bitjara sedikit dan membri tanda dengan gerak-gerakan tangan kapada istri sendiri, jang tida mengarti aken maksoednja soewami itoe
»Lekaslah djoega Cesar Borgia dan Paus datang ka astananja Jean Rospigliosi dan ka astananja Cesare Spada, aken periksa soerat-soerat poenjanja marika itoe, tapi sabenarnja aken ambil marika ampoenja harta.
»Di astananja Cesare Spada tida terdapat harta, melinken terdapat sadja barang-barang jang terseboet di atas sapotong kertas, tertoelis oleh Cesare Spada sendiri dan demikian boenjinja: »»Akoe kasihken kapada kaponakankoe sendiri akoe poenja sekalian peti pakean dan sekalian kitab, di antara mana ada satoe kitab agama jang toetoepnja tertaboer emas: akoe harap, jang kaponakankoe nanti beringat kapadakoe jang sangat tjinta padanja.”
»Lain dari pada jang terseboet itoe dan sedikit oewang serta perabot perak, melinken ada perabot roemah-tangga: maka anak-istrinja itoe kaponakan merasa heran sekali, oleh kerna Cesare Spada jang terseboet kaja besar, tida meninggalken harta besar.
»Aken tetapi pada sabelon poetoes djiwa, itoe kaponakan soedah berkata djoega pada istrinja :
»»Pariksa soerat-soerat pamankoe: di antara soerat soerat itoe ada soerat wasiat.”
'»Dengan teritip, brangkali lebih teritip dari Paus, orang periksa soerat-soerat itoe, tapi tiada djoega dapatken soerat wasiat.
»Pada sasoedahnja Cesar Borgia dan Paus mangkat ka rachmatoelah, adalah orang sangka, jang koelawarganja Cesare Spada nanti hidoep tjara radja-radja, sabagimana kardinaal Cesare Spada: aken tetapi tiada djadi sabagimana doegatin orang: koelawarga Spada itoe hidoep dengan pantas, tapi tida hidoep-besar."
Soedah tjerita sampe di sitoe, Faria tersenjoem dan berkata pada Dantes: »Kaoe tida taoe kahendakkoe, maka tantoelah kaoe ada rasa, jang akoe ini ada tjerita tjara gila,
»Tida sekali akoe ada ingat bagitoe, sobat!” sahoet Dantes: »hanja akoe merasa soeka sekali dengari tjeritamoe maka biarlah kaoe landjoetken itoe,”
Faria lantas berkata:
»Di antara orang-orang toeroenannja itoe koelawarga Spada adalah jang djadi soldadoe, adalah jang djadi pegawe-negri, adalah djoega jang djadi hamba geredja atawa djadi soedagar: bebrapa dari antara marika itoe ada djadi kaja, sedang jang lain-lain tinggal miskin. Akoe berhamba pada itoe koelawarga Spada poenja toeroenan jang pengabisan, iaitoelah jang bergelar graaf, dau sering kali akoe dengar graaf Spada ini berkata, bahoewa ia poenja kakajaan tida bertimbang dengan ia poenja gelaran besar.
»Itoe kitab-agama jang tertaboer emas, ada tersimpan dengan baik oleh madjikankoe: kitab itoe poen djadi barang poesaka dan ada terpandang seperti barang soetji.
Sering kali akoe periksa madjikankoe poenja soerat-soerat jang beratsal dari aki-mojangnja : akoe poen ada harap, kaloe-kaloe akoe nanti dapatken katerangan apa-apa jang boleh datangken kaoentoengan pada madjikankoe jang tida kaja, sedang Cesare Spada poenja kakajaan besar tida kataoein ka mana perginja. Tapi pertjoemah sadja: sedikit poen akoe tida dapat katerangan. Tempo graaf Spada mangkat ka rachmatoelah, ia warisken padakoe sekalian barang peninggalannja, hingga lain dari pada atsil jang tantoe dan oewang kontant bebrapa riboe oewang-emas, akoe ada poenja sato e koempoelan dari lima-riboe kitab.”
»Djangan kesal, Edmond!” kata poela Faria: »tjeritakoe ini soedah dekatfpada achirnja. — Di tahon 1807, ampatbelas hari sasoedahnja graaf Spada mangkat ka rachmatoelah, dan satoe boelan pada sabelon akoe ditangkap, jaitoelah pada hari 25 December, akoe batja lagi sekalian soerat-soerat peninggalannja madjikankoe. Sedang membatja itoe, akoe merasa amat mengantoek, hingga akoe djatohken djidatkoe ka bahoe tangan sendiri di atas medja, dan lantas djoega akoe poelas. Di itoe waktoe soedah ada poekoel tiga liwat tengah-hari, dan tempo akoe sedar dari tidoerkoe, hari soedah djadi gelap. Akoe panggil-panggil boedjangkoe, soepaja ia bawa api, tapi ia tida datang. Dekat padakoe ada djoega api di tampat barah boewat bikin angat oedara di dalam kamar, tapi boekan api menjalah; maka satelah akoe ingat, jang di medjakoe ada satoe lilin, lantas sadja akoe merabah-rabah aken tjari sapotong kertas boewat mengambil api dari itoe tampat barah. Akoe ada merasa djoega koewatir, kaloe-kaloe akoe nanti kena ambil kertas jang bergoena, sedang akoe maoe mengambil sadja kertas jang tida terpake lagi; sedang bagitoe, akoe mendapat ingat, bahoewa di antara lembar-lembarannja kitab sembajang bertaboer emas jang memang ada di medjakoe, ada sapotong kertas ketjil: sabagian dari kertas itoe soedah berwarna koening dan ada kalihatan pada pinggiran kitab, sedang bagiannja jang lain ada terdjepit di antara lembar-lembaran kitab itoe. Tantoe sekali kertas itoe disesapken di itoe kitab aken mendjadi satoe tanda, di mana orang soedah berenti membatja. Dengan mengoesoet oesoet akoe ambil kertas itoe, jang lantas djoega akoe goeloengken dan kenaken oedjoengnja pada barah jang akoe tioep-tioep. Sigra djoega akoe dapat api menjalah di oedjoeng kertas, tapi lantaslah djoega akoe merasa kaget sekali. Pada itoe kertas jang moelai angoes, ada kalihatan hoeroef-hoeroef jang seperti telah tertoelis dengan tinta koening toewa; maka di itoe waktoe djoega sigralah akoe padamken itoe api, laloe akoe pasanglah lilin pada api di barah jang masih berkobar-kobar. Dengan goemeter di dalam hati, akoe boekaken goeloengannja itoe kertas jang soedah angoes sabagian, laloe akoe mendapat taoe, jang hoeroef-hoeroef di kertas itoe telah tertoelis dengan tinta rasia, jaitoe saroepa tinta jang tida berwarna, tapi kaloe terkena panasnja api, lantas njata kalihatan. Kertas itoelah jang kaoe soedah lihat dan batja toelisannja. — Batjalah kombali toelisan itoe, Dantes! kaloe soedah, akoe nanti kasih taoe padamoe, apa adanja itoe perkataan-perkataan jang telah hilang.”
Sambil bilang bagitoe, Faria kasihken kombali kertas jang terseboet itoe, kapada Dantes, dan Dantes lantas membatja poela itoe toelisan jang boenjinja bagini:
»Pada ini hari, 25 April 1498, ak
makan-minoem oleh Paus Alexan
sebab akoe ada merasa koewatir, kal
ini maskipoen soedah djoewal
kardinaal, masih djoega kap
dan nanti ratjoeni akoe, sabagi
tjoeni kardinaal Caprara dan Bentivo
mengataken dengan ini ka
Guido Spada, ahliwariskoe jang sen
bahoewa di soewatoe tampat jang ia
soedah kenal, sebab soedah ta
ka sana, jaitoe di dalam soewatoe go
ketjil nama Monte Cristo, akoe ada pen
poenja samoewa emas potongan, oe
batoe-batoe moestika, intan-intan
mata. Tida ada lain orang. hanja a
sadja jang taoe di mana adanja
harganja boleh djadi ada doewajoeta
Rome, dan boleh didapatken
kaloe dia ini kisarken batoe be
poeloeh, teritoeng dari jang ada di dekat so
ketjil di sabelah wetan, dengan mengambil
roesan lempang, Ada doewa lobang ak
masoek ka dalam ini gowa, dan har
pendam di satoe podjok, jang paling dj
“lobang jang pertama. Akoe briken
takoe ini kapada ahliwariskoe
atas ini,
25 April
CESAR
»Sekarang kaoe batjalah ini,” kata Faria pada Dantes, sambil kasihken sapotong kettas, di mana ada tertoelis djoega omongan-omongan jang poetoes-poetoes. Tempo Dantes soedah membatja itoe, Faria'Jantas berkata:
»Rendengkenlah doewa lembar kertas ini, biar kaoe boleh 'batja teroes boenjinja toelisan itoe samoewa.”
Dantes perboewat, apa jang dibilang oleh pandita, dan tempo doewa potong kertas itoe soedah direndengken satoe sama lain, boenji toelisan djadi ada bagini:
»Pada ini hari, 25 April 1498, akoe dioendang makan-minoem oleh Paus Alexander VI, dan dari sebab akoe ada merasa koewatir, kalos kaloe Paus ini maskipoen soedah djoewal padakoe pangkat kardinaal masih djoega kapingin dapat hartakoe dan nanti ratjoeni akoe, sabagimana ia soedah ratjoeni kardinaal Caprara dan Bentivoglio, maka akoe mengataken dengan ini kapada kaponakankoe Guido Spada, ahliwariskoe jang sendiri sadja adanja, bahoewa di soewatoe tampat jang ia sendiri memang soedah kenal, sebab soedah tase pergi beserta akoe ka sana, jaitoe di dalam soewatoe gowa di poelo ketjil nama Monto Cristo, akoe ada pendam akoe poenja samoewa emas potongan, oewang emas, batoe-batoe moestika, intan-intan dan lain lain per. mata. Tida ada lain orang, hanja akoe sendirg sadja jang taoe di mana adanja ini harta, jang harganja boleh djadi ada doewajoeta oewang emas Rome, dan boleh didapatken oleh kaponakankoe, kaloe dia ini kisarken batoe besar jong kadoewa- poeloeh, teritoeng dari jang ada di dekat solokan ketjil di sabelah wetan, dengan mengambil djoe roesan lempang. Ada doewa lobang aken orang masoek ka dalam ini gowa, dan hartakoe ada ter- pendam di satoe podjok, jang paling djaoeh dari lobang j jang pertama. Akoe briken samoewa har. takoe ini kapada ahliwariskoe jang terseboet di atas ini. :
25 April 1498, CESARE SPADA."
»Bagimana sekarang?” kata Faria pada Dantes: sapa kaoe soedah mengarti?”
»Inilah satoe soerat katerangan dari kardinaal Spada, dan tantoelah ini djocga jang djadi itoe
soerat wasiat jang ditjari-tjari. tapi tida djoega ter- dapat.” sahoct Dantes.
— »Ja, benar sekali !i'
— »Siapatah jang telahh sampoernaken boenjinja soerat ini, jang terbakar sabagiannja?"
— 3Akoe sendiri jang soedah sampoernaken itoe, lengan memandang pada perkatain-perkatain jang ada di itoe bagian kertas jang tida angoes, dan dengan mengoekoer pandjaugnja garisan dengau menoeroet lebarnja kertas.”
— »Apatah kaoe perboewat. tempo kaoe ada rasa soedah dapat taoe di mana adanja itoe harta besar?”
— »Akoe berniat aken berangkat dan soedah lantas djoega berangkat aken tjari harta itoe" tapi pada waktoe akoe maoe berlajar dari Piombino. akoe ditangkap oleli politie jang memang soedah lama mengintip-iutip padakoe. dari sebab marika taoe. jang akoe ini ada poenja niatan aken bikin Italie mendjadi satoe karadjain besar. Peratoeran jang akoe soedah moelai toelis aken itoe perkara dapat dipegang djoega oleh politie, kerna akoeada bawa karangankoe itoe. — Sekarang ini, sobatkoe Edmond! kaoe soedah taoe akoe poenja rasia. Dji- ka kita bisa minggat bersama-sama, saparonja harta itoe djadi poenjamoe: kaloe akoe mati di sini dan kaoe minggat sendiri sadja, kaoe sendirilah am- poenja itoe harta samoewa.
— “Tapi apa harta itoe tida djadi miliknja lain orang jang bersanak pada kardinaal Spada?”
— »Tida, kerna koelawarga Spada itoe soedah wafat samoewa. Lain dari bagitoe, itoe graaf Spada, toeroeran Spada jang wafat paling belakang, telah angkat akoe ini djadi ahliwarisnja jang toenggal sendiri sadja, dan dari sebab ini soerat wasiat telah ada di antara barang-barang peninggalannja, segala barang jang terseboet di soerat ini poen djadi barang warisan “Ijoega. Tida! djanganlah kaoe merasa koerang senang atas hal ini: kaloe kita bisa dapatken ini harta. kita boleh goenaken dia dengan senang hati, kerua halal adanja.”
— "Kaoe bilang. ada brapa besarnja harta ini?"
— "Doewa joeta oewang-emas Rome. ampir tigabelas joeta oewang perakan Prasman,”
Dantes merasa kaget, oleh kerna dengar harta itoe ada sabagitoe besarnja: ia merasa djoega koerang pertjaja, tapi toeh merasa djoega girang sekali.
"Sampe sekarang. baroe akoe kasih taoe rasia ini padamoe,” kata poela Faria: sebab akoe maoe kenal betoel lebih doeloe pada hatime dan maoe girangken hatimoe itoe dengan terkoenjoeng-koenjoeng. Kaloe kita soedah dapat. minggat, pada sabelon akoe diterdjang kombali oleh penjakitkoe, tantoelah akoe soedah bawa kaoe ka Monte Cristo: tapi sekarang, kaoe sendiri sadja misti pergi kasana. He! kaoe tida bilang trima kasih kapadakoe Dantes?”
»Harta itoe ada poenjamoe sendiri, sobat!” sahoet Dantes: akoe tida ada poenja hak atas harta itoe, kerna kaoe dan akoe tida sekali ada bersanak satoe pada lain."
» Kaoe djadi anakkoe, Dantes!” kata Faria: »Kerna akoe ini djadi pandita agama Mesehi Rome, akoe tida beristri tapi Allah kirimken kaoe kapadakoe aken hiboeri dirikoe ini.”
Komoedian Faria itoe lastas menaloek kapada Dantes, dan Dantes poen peloek pandita itoe.