Graaf de Monte-Cristo/Bab 15

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

​​​​

XV.

No 34 DAN No 27


__________


Dantes merasai segala roepa kaseugsaraän jang misti tertahan oleh orang-orang toetoepan.

Tempo baroe tertoetoep Dantes ada berhati tinggi, dari sebab ia meugarap sigra nanti dilepasken. jaitoelah dari sebab ia merasa tida bersalah ; komoedian ia moelai koerang pertjaja pada pikiran atawa perasaan hati sendiri, liinggaia djadi merasa, bahoewa brangkali djoega ia ada bersalah; achir-achir ia berhati rendah, hingga maoe meminta toeloengan dan kasihannja orang, maskipoen belon beringat aken sesambat kapada Allah. >Saorang jang bertjilaka poen belon njengarap pada Toehan, kaloe segala pengurapan belon terpoetoes.

Dantes meminta, soepaja orang pindahken dia ka lain kamair, kendati djoega kamar itoe lebih gelap dan lebih soenji dari pada kamainja. Satoe perobahan, kendatipoen tida mengoentoengi, ada membri djoega lain rasa, dan Dantes ada mengarap dapat enak sedikit dengan lantaran perobahan itoe. Ia memimta, soepaja oiaug idsinken dia kaloewar, dari kamar aken berdjalan-djalan ; ia meminta djoega, soepaja la dibri kitab-kitab aken ia batja dan pekakas-pekakas akeu ia bekerdja; tapi tida satoe permintaännja itoe dikaboelkeii. Sedang bagitoe tida berenti ia uieiniata, dan ia djadi biasa aken mengomong kapada cipier, maskipoen orang ini tida soeka menjahoet dan kaloe sadja bole ber diam, keras ia mernbisoe,- [aken tetapi hal mengomong pada saorang, kendatipoen saorang bisoe, ada membri rasa enak pada hatinja Dantes. Sebab bagitoe maskipoen djarang disahoeti, tidalah loepoet Dantes soeka djoega niengoniong, seperti ia se ngadja berkata-kata, aken dengar soewaranja sendiri Ia soedah tjoba mengomong sendiri-diri, aken tetapi soewaranja sendiri membri rasa kaget padanja; kerna ia boekau saorang gila.

Pada tempo beion tertoetoep, Dantes itoe sering merasa mengkirik boeloe di badan, kaloe ia beringat pada kalakoeännja pendjahat-pendjaliat di dalam toetoepan, sabagimana jang ditjeritaken oleli orang jang taoe; maski bagitoe, sekarang ini Dantes ada merasa ingin aken tertoetoep sama orang-orang itoe. soepaja bisa dapat liliat moekanja orang, jang lain dan pada moeka si djoeroe-koentji. Dantes ada rasa mengiri di dalam bati, kenia beringat bahoewu pendjabat-pendjahat itoe ada lebih beroentoeng dari padanja, kendatipoen kaki marika itoe ada terpe­ gang dengan belokan; marika itoe poen ada ber koempoel dengan sasamanja ; ia-orang ada menapas di oedara beresih, dan boleli dapat melihat pada langit, sedang Dantes ada sendirian sadja di kamar gelap di dalam tanah.

Pada soewatoe hari Dantes meminta pada cipier, soepaja orang ini toeloeng minta pada gouverneur, biar ia, Dantes, dibri teman, kendati siapa djoega adanja teman itoe.

Ttoe cipier ada djoega merasa kasihan kapada Dantes, maka ia sampekenlah djoega permintaan si No. .54 kapada gouverneur; tapi ini pembesar jaug berati-ati sanantiasa, ada mendoeya di dalam liati, bahoewa Dantes ada niatan aken terbitken karoesoehan atawa ada poenja niatan aken minggat deiUgau toeioengan satoe teman; sebab bagitoe, ia tida kaboelken permintaiinnja Dantes itoe.

Dari sebab telah poetoes harapan, tida bisa mengarap lagi toeloengan apa-apa dari manoesia, Dantes meminta-minta kapada Allah ; aken tetapi mas­kipoen ia meminta-minta dengan sangat dan dengan aakoewat hati, tida djoega ada toeloengan datang; sebab bagitoe, ia djadi oering-oeringan dan poetoes kaportjajaännja pada Allah, hingga memaki djoega kapada Toehan. Kapala sendiri sering kali ia bentoerken pada tembok, dan sering sekali ia marah pada segala barang jang ada di sapoetarnja, lebih lagi kapada diri sendiri.

Tempo-tempo ia beringat pada itoe soerat toedoehan jang Villefort kasih lihat padanja. Kaloe ia beringat pada itoe, ia lantas merasa, bahoewa boekan koetoehnja Allah, hanja kabentjian manoesia djoewa jang mendatangken katjilakaän kapadanja; maka lantaslah djoega ia menjoempahi pandjang-pendek kapada orang jang telah berboewat hianat kapadanja; toeroet hatinja poenja kata, tida ada satoe siksaan jang tjoekoep beratnja aken hoekoemi pendjahat itoe di doenia, sebab doenia ini fena adanja: siapa tersiksa berat, ia lekas djadi mati, dan kaloe soedah mati, ia terlepas dari ka- sengsaraän.

Sedang beringat bagitoe, Dantes lantas merasa, bahoewa siapa maoe menjiksa dengan keras, ia misti goenaken segala siksaan, tapi djangan memboenoeh. Aken tetapi dengan lantaran beringat pada itoe hal, bahoewa orang jang djadi mati, ia terlepas dari kasengsaraän, Dantes djadi merasa djoega, bahoewa brangkali baiklah djoega ia boenoeh diri sendiri.

Doeloe hari, sedang djadi orang pelajaran, Dantes ada merasa takoet mati, sebab ia tida maoe djadi makanan ikan; sekarang ini. sebab soedali trapoenja apa-apa jang tertjinta olehnja, ia merasa ingin mati.

Satelah soedah dapat niatan aken memboenoeh diri, Dantes merasa senang sedikit dan tida oering-oeringan. Ia makan sedikit sadja dan djarang sekali tidoer, djoega ia tida merasa terlaloe kesal seperti di hari-hari jang telah laloe, sebab sekarang ia merasa, jang ia boleh boewang badannja seperti boewangken pakean boesoek, kapan sadja ia soeka.

Ada doewa djalan akeu Dantes memboenoeh diri: pertama, bikin tali dengan sapoetangan, dan mengi gantoeng diri dengan tali itoe pada djari-djari besi jang ada pada lobang djalanan angin ; kadoewa, djangan makan satoe apa, soepaja mati lantaran lapar. Djalan jang pertama itoe tida disoekai oleh Dantes, kerna orang-orang palajaran biasa kenakeu hoekoeman gantoeng kapada badjak-badjak laoet, jang terpandang olehnja seperti orang-orang nadjis; sebab bagitoe. Dantes tida maoe kenaken hoekoeman itoe pada diri-sendiri ; maka djadilah ia berniat aken memboenoeh diri dengan lantaran menahan lapar, dan di itoe hari djoega ia lantas nioelai sambil ber. soempah, jang ia moe mati lantaran lapar.

Salama ada terdjadi segala hal jang ditjeritaken di atas ini, ampat tahon telah berlaloe. Pada achir tahon jang kaampat, Dantes berenti mengitoeng hari dan sigralah djoega ia tida kenal lagi dewasa.

Dantes telah berniat, jang djikaloe orang bawaïn ia makanan pada waktoe pagi dan sore, ia nanti boewangken itoe ka loewar djendela, hingga cipier nanti kiraken ia makan itoe.

Sabagimana ia telah berniat, bagitoelah djoega Dantes itoe berboewat. Doewa kali pada saban hari ia boewangken makanannja ka loewar kamar, dengan liwatken itoe di antara djari-djari besi pada djendela atawa lobang angin jang tida besar adanja. Lebih doeloe ia boewangken itoe dengan merasa enak hati, komoedian dengan berpikir, achir-achir dengan merasa doeka, hingga djikaloe tida beringat pada soempah sendiri, brangkali djoega tida bisa teroes ia boewangken makanan itoe.

Itoe makanan jang doeloe membri rasa 'nak ka padanja, sekacang ini aaa kalihatan olehnja seperti enak sekali; maka sering kali Dantes pegangi pi ringnja itoe makanan sampe lebih dari satoe djam lamanja, dan sedang bagitoe, matanja Dantes me ngawasi sadja pada daging jang telah berbaoe, atawa ikan jang soe lah berek dan roti kasar jang soedah boeloekan.

Tempo-tempo Dantes merasa, jang ia poenjada pandjara tida kalihatan doekana seperti di tempo- tempo jang telah laloe, dan ia (Dantes) poenja hal belon sampe poetoesken antero harapaa : ia poen saorang masih moeda, tida ada lebih toewa dari doewapoeloeh lima atawa doewapoeloeh anem tahon; boleh djadi ia nanti bisa hidoep lagi limapoeloeh tahon, jaitoe doewa kali oemoernja jang sekarang, Di dalam te npo jang bagitoo lama, boleh terdjadi banjak perkara: siapatah taoe, kaloe-kaloe nanti ada hoeroe-hara, hingg* orang petjahken pintoenja benteng d'If dan roeboehken tembok-tembok pan djara, dan lepasken segala orang toetoepan.

Djika beringat sabagimana terseboet di atas ini. Dantes moelai menggigit pada makanan, tapi sigra lah djoega ia moentahken itoe, kerna ia ingat pada soempahnja dau merasa takoet nanti membentji pada diri sendiri, kaloe sampe melanggar soempah Dengan bagitoe Dantes itoe sengsaraken diri sendiri, hingga sigralah djoega badannja djadi lemas sekali dan ia tida koewat berdiri lagi aken limpari [..]en makanan ka loewar pandjara.

Sampe pada hari esoknja, Dantes merasa mabok. hingga ampir tida bisa melihat atawa mendengar pa-apa. Cipier ada sangka, jang Dantes itoe ada sakit. Sampe pada waktoe sore, Dantes tida rasai apa-apa lagi : peroetnja tida terrasa peri lagi, aoesnja poen terhilang; tapi kaloe ia meram. ia dapat lihat joetaän sinar terang haloes-haloes, jang melajang lan berkedip-kedip seperti terangnja koenang-koenang di waktoe malem; Dantes rasa, itoelah tjahaja siang di kabakarän.

Di waktoe poekoel sembilan, Dantes dapat dengar dengan terkoenjoeng-koenjoeng satoe soewara jang seperti boenjinja tembok terdjotos-djotos atawa tergaroek-garoek ; maka Dantes angkat kapalanja dan memasang koeping.

Njatalah jang soewara itoe ada terbit dari pada tembok jang dikeroek-keroek atawa dikorek-korek, Edmond Dantes merasa segai-, dari sebab beringat nanti dapat kalepasan dari pandjara. Siapatah taoe, kaloe ada satoe sobat baik jang hendak membri toeloengan dengan gasir temboknja itoe pandjara!

Dantes teroes memasang koeping. Soedah ber laloe doewa djam lebih, itoe soewara jang terdengar tadi, lantas berenti, dan lantas terdengar boenjinja tanah atawa tembok jang goegoer. Bebrapa djam komoedian, Dantes dengar kombali itoe soewara tembok dikorek-korek, dan sekarang soewara itoe ada terdengar tegas sekali. Sedang bagitoe, cipier datang dengan terkoenjoeng-koenjoeng membawa barang makanan.

Soedah bebrapa hari lamanja. jaitne sadari ber­ niat âken memboenoeh diri, Dantes tida sekali ada raengomong pada orang itoe; djika ditanja, ia poen tida menjahoet, hanja memboewang moeka dengan berbalik pada tembok. Sekarang ini, kaloe Dantes berdiam sadja, boleh djadi itoe cipier nanti dengar itoe boeninja tembok dikorek-korek; sebab bagitoe, satelah datang itoe cipier Dantes lantaa bangoen dan berdosdoek di pembaringan, laloe mengomel dengan soewara keras dan riboet. ba hoewa makanan terlaloe djelek, bahoewa hawa ada terlaloe dingin, den lain-lain tjornelan lagi.

Itoe cipier tida menjahoet : ia taro sadja barang barang makanan itoe di atas medja, laloe ia berang kat pergi dengan berkata di dalam hati, bahoewa sekarang Dantes moelai kalap.

Tempo soedah ada sendirian kombali, Dantes dengari poela boenjinja itoe tembok tergaroek-ga roek, dan boenji itoe djadi njata sekah, hingga mas kipoen Dantes tida dekatken koepingnja kapada tembok, ia dapat dengar dengan terang, dan ia dengari itoe dengan merasa girang. »Tantoe sekali tida salah doegaänkoe !" kata Dantes sendiri-diri ; »dari sebab maskipoen soedah siaug hari, ini boenji masih terdengar djoega, tan oelah ada saorang toetoepan jang gasir tembok soepaja dapat djalau aken minggat. O, kaloe akoe ada sama sama dia, tantoe sekali akoe membantoe sia menggasir!"

Aken tetapi sigralab djoega Dantes itoe merasa

doeka, kerna ia beringat, brangkali djoega boenji toe ada terbit dari kerdjanja toekang-toekang jang disoeroeh betoeli ini atawa itoe di dalam kamar ang terdamping.

Boewat dapat taoe hal itoe, tiada soesah ; kerna kaloe menanja sadja pada cipier, tantoelah djoega lantas dapat katerangan. Tapi misti menanja tjara bagimana? Dengan meminta pada cipier, soepaja dia ini tjoba dengar itoe boenji jang kadengaran? Bagimanalah djadinja, saände boenji itoe ada terbit dari kerdjanja orang toetoepan jang menggasir? Tantoelah kei'djanja orang itoe djadi ! atal dan orang itoe dapat tambah katjilakaän !

Dantes dapat pikiran lain. Ia lantas bangoen dan mengamperi pada medja, di mana ada makanan jang baroe ditaro oleh cipier, laloe ia mengiroep sedikit koewah soep. Komoedian ia lantas toenda makanan itoe, kerna ia taoe dengar orang tjerita, bahoewa oraug-orang palajaran jang dapat tjilaka di laoetan, hingga bebrapa hari tida dapat makan, ko­ moedian dapat toeloengan, — tida boleh lantas ma! kan banjak-banjak, dan kaloe dibri makan banjak, tantoe sekali ia djadi niati. Dari sebab sekarang ini Dantes tida maoe djadi mati dengan lekas, maka ia tahan napsoenja, maskipoen sangat ia kapingin dahar itoe barang-barang makanan jang ada di me djanja.

Dari sebab soedah dapat niakan sedikit, pikiran nja tida melajang-lajang lagi. dan ia bisa berpikir dengan beres Ia berkata pada diri sendiri: »Akoe nanti tjoba tjari katerangan dengan tida membri rjilaka kapada orang. Akoe nanti ketok ini tembok kaloe itoe orang iang bekerdja, satoe toekang ada nja, ia nanti lantas berenti aken mendengar saben taran, tapi komoedian lantas djoega ia teroesken keidjanja, saande boekan satoe toekang, hanja satoe orang toetoepan jang niat minggat, tantoe sekali ia nanti merasa takoet kataoean, hingga ia lantas berenti kerdja, dan tida nanti inoelai kerdja kembali, kaloe hari belon djadi malam "

Komoedian lantas sadja Dantes itoe menoemboek tiga kali kapada tembok dengan satoe batoe jang ia dapat rontokken dari satoe podjok. Baroe ia inenoemboek satoe kali sadja, itoe boenji jsng ter dengar olehnja, lantas berenti.

Dantes memasang keeping. Doevva djam telah berlaloe, tapi itoe soewara tembok terkeroek-keroek tida kadengaran lagi.

Dengan harapan besar, Dantes lantas makan sapotong roti dan minoem sedikit ajer. Sampe di waktoe sore, belon djoega ada terdengar apa-apa ; sampe pada esok pagi poen demikian.

»Njatalah orang itoe saoraog toetoepan jang alat minggat," kata Dantes dengan girang.

Di dalam sapandjang hari Dantes memasang koeping, tapi tida mendapat dengar itoe boenji ang terharap olehnja. Ia merasa goesar, oleh kerna toe orang toetoepan ada terlaloe beräti-ati.

Tiga hari telah berlaloe. tida djoega ada kadengaran apa-apa Achir-achir, pada satoe sore, Dantes tempelken koepingnja pada tembok, laloe ia dapat dengar kombali itoe boenji. tapi sekarang ada lain kadengarannja dan ada perlahan sekali. Sangatlah Dantes merasa girang, hingga hatinja djadi berdebar debar.

Njata sekali ada orang menggasir tembok di dalam kamar jaag terdamping. Sebab dapat harapan besar dan harapan aken membantoe, Dantes lantas pindahken pembaringannja; kerna di betoelan bale-bale itoelah sang boenji ada terdengar.

Tida ada satoe barang jang boleh dipake korek tembok. Tida ada besi lain dari djari-djari djendela, dan djari-djari itoe tida boleh dilolosken. Pada baleiale pembaringan ada djoega besi-besi pengantjing kajoe, tapi besiiniada dikaatjiugken dengan pakoe bakoe sekroep. Melinken ada satoe baraag sadja jang boleh djoega depergoenaken, jaitoelah gendi ajer: petjahannja ini gendi nanti boleh djoega dipake korek-korek tembok aken lolosken batoe. Dantes lantas djatohken gendi itoe jang lantas terpetjah dan belarakan di tanah. Ia pilih bebrapa potong petjahanaja gendi itoe dan oempatken itoe di bawah roempoet kering di pembaringan. Sigra djoga Dantes moelai kerdja sabagimana jang telah diniati olehnja; aken tetapi dari sebab di itoe waktoe ada gelap, maka soekarlah aken ia bekerdja kerna tida dapat melihat, dan sigralah djoega is poenja petjahan gendi bertemoe pada barang kera jang tida dapat digoegoerken dengan dikeroek keroek. Maka Dantes lantas taro kombali bal pembaringannja pada tampatnja itoe, laloe ia menantiken terbitnja siang.

Di dalam antero malam itoe Dantes memasang koeping dan dengari boenjinja tembok jang digasir

Satelah terbit mata-hari, cipier datang ka dalam pandjaranja Dantes, dan Dantes lantas tjerita, bah hoewa sedang ia minoem di hari kamarin, gend ajer telah terlepas dari tangaruija dan djadi petjab Dengan mengomel cipier itoe lantas pergi mengam bil satoe gendi baroe, sedang petjah-petjahan dar gendi jang djadi antjoer, tinggal belarakan djoeg di tanah. Sigra djoega cipier itoe datang kombali dengan gendi berisi ajer, dan sesoedahnja membri ingat, soepaja Dantes lebih beräti-ati, lantas sadja ia berangkat pergi.

Dengan girang Dantes dengar pintoenja kamar dikoentji, dan satelah boenji kakinja cipier jang djalan, soedah tida terdengar lagi, lantas sadja Dan s kisarken kombali pembaringannja. Di sitoelah aroe ia mendapat taoe, bahoewa di malam tadi ia peoja petjahan gendi soedah bertemoe pada batoe, sedang ia maoe goegoerken sadja pasir dan kapoernja tembok. Sebab tembok itoe ada basah, maka ampanglah djoega pasir-kapoernja dapat digoeajoerkea sedikit-sedikit.

Dautes bekerdja dengan radjin, dan sasoedahnja iga hari berlaloe, ia soedah dapat goegoerken pasir an kapoer jang ada pada sapoetar soewatoe batoe; pi batoe ini belon dapat dilolosken, kerna masih berpegang oleh pasir-kapoer di sabelah dalam Dan­ es tjoba gojangken batoe itoe dengan kakoewatau edjoeng djari, tapi batoe itoe tida tergerak, sedang etjahan gendi tida boleh dipake aken mendjoegil erna pada waktoe dipergoenaken bagitoe, ia lantas erpatah. Ai alah akal sekarang? Dantes djadi merasa jengkel sekali. Aken tetapi sigra djoega ia dapat atoe ingatan, hingga lantas ia tersenjoem.

Kaloe cipier membawa soep, ia bawa itoe di dalam satoe koewali besi jang bergagang, dan kaloe oedah toewangken soep itoe ka dalam piringnja Dantes, ia bawa pergi kombali koewali itoe. Piringnja Dantes tida taoe dibawa pergi, dan kaloe habis dipake, ia ditjoetji oleh Dantes sendiri; demikian­ lah djoega sendok kajoe jang misti dipake aken mengiroep soep itoe.

Di waktoe sore Dantes taro piringnja itoe di tanah pada dekat pintoe, di mana cipier biasa djalan; tempo ini cipier datang, ia kena indjak piring itoe, jang lantas djoega djadi antjoer. Tap sekarang Dantes tida boleh disesaliu: betoel ia ada salah oleh kerua soedah taro piring itoe di tanah tajii cipier poen misti melihat, djangan mengindjak sadja dengan memboeta Itoe cipier menggerendang dengan soewara di dalam leher, laloe ia meliha koeliling aken dapatken apa-apa boewat tampa soep; tapi Dantes poenja perabot medja tiada lebih dari satoe piring dan satoe sendok.

»liiarkenlah koewali itoe di sini," kata Dante pada itoe cipier: »esok pagi, kaloe kaoe bawa lag makanankoe, kaoe boleh ambil itoe koewali."

Ini adjaran ada senangken hatinja itoe cipier janj malas, kerna djikaloe ia toeroet adjaran itoe, i[..] traoesah berdjalan boelak-balik naik-toeroen d[..] tangga; maka lantaslah djoega ia tinggalken koe wali itoe di medjanja Dantes.

Dantes bergoemetar dari sebab merasa girang lantas sadja ia makansoep itoe serta sapotong rotinja Komoedian, sasoedahnja menoenggoe satoe djan lebih dan tida koewatir nanti cipier datang komhaii lantas sadja ia kisarken balepembariugannja, teroes ambil itoe "koewali soep dan goenaken gagangnja itoe seperti satoe djoegilan. Dengan gampang Dantea dapat gerakken iioë batoe jang terseboet di atas ini, dan sasoedahnja bekerdja lama sedikit, lantai, dapatlah ia tjaboet batoe itoe dari |ada temboK jang tebal, jang sekarang djadi gerowoug. Soepajä dapat banjak perolehan dengan toeloengan itoe gagang koewali besi, Dantes bekerdja di dalam antero malam. Pada waktoe ara pir pagi, ia taro pem­ baringan di tampat biasanja; laloe ia masoekken itoe batoe jang telah terlepas tadi, ka dalam itoe lobang di dalam tembok; komoedian ia koempoelken sekalian pasir-kapoer jang goegoer, dan oempatken itoe.

Sebentar lagi si cipier datang membawa sapotong roti dan taro itoe di atas medja.

»Apa kaoe tida bawasatoe piring boewat gantinja jang telah petjah?" kata Dantes pada orang itoe.

»Tida," sahoet itoe cipier: »kaoe ini toekang petjahin barang: kaoe raoelai dengan petjahin gendi, dan sekarang kaoelah djoega poenja salah, maka akoe mengindjak piringmoe; kaloe samoewa orang toetoepan meroegiken seperti kaoe, tantoelah gou­ vernement tida nanti bisa membajar karoegian itoe. Akoe maoe tinggalken sadja koewali ini di sini, biar dipake olehmoe seperti gantinja piring; dengan bagitoe, brangkali kaoe tida nanti meroesakken lagi perabot."

Dantes sangat merasa girang, hingga ia bersoekoer kapada Allah dengan sagenap hati. Sadari djadi ïnanoesia, ia belon taoe merasa girang sabagitoe. Aken tetapi sadari ia sendiri moelai mengorek ogorek tembok, ia poenja sasama orang toetoepan berenti kerdja: Dantes poen tida dengar lagi boenji öja tembok digasir dari kamar tetangga. Tapi hal itoe tida djadi lantaran aken Dantes tida teroesken kerdjaän sendiri: kaloe itoe tetangga tida datang padanja, ia sendiri nanti datang pada itoe tetangga Maka dengan radjin Dantes itoe teroesken kerdjaän nja sampe di waktoe sore.

Pada waktoe cipier ampir datang, Dantes beres ken segala barang di kamarnja, soepaja cipier tida nanti dapat doegaän apa-apa.

Sahabisnja makan di waktoe sore, Dantes be kerdja kombali; tapi sasoedahnja kerdja bebrapa djam, ia dapatken satoe halangan: ia poenja bes[..] pengorek, jaitoe gagang koewali besi, bertemoe pada barang keras jang litjin dan tida dapat di goegoerken sedikit-sedikit sabagimana pasir da kapoer. Komoedian "Dantes mendapat taoe dengan mengoesoet-oesoet, bahoewa barang itoe soewatoe balok adanja; maka sangatlah ia merasa doeka[..] sekarang poen ia misti menggasir lagi di sabela bawah atawa sabelah atas dari balok itoe. Ia tida mendoega aken dapat itoe sangkoetan; maka dengan doeka hati ia berkata :

»Ach, Allah ! hamba toch sering-sering soedah berraoehoen dengan sagenap hati, soepaja dikas hani. hingga hamba ada poenja pengarapan jan permoehoenankoe nanti terkaboel. Ja, Allah ! s[..] soedah Toehan h'langken kasenangankoe, hinggqa hamba ingin mati, Toehan gerakken poela hatiko aken tjintai kahidoepan; sekarang biarlah Toeha berkasihan, diangan biarken hamba mati dengan lantaran poetoes harapan!"

»Bagimanatah orang boleh bitjara dari hal Allah sambil bitjara djoega dari hal poetoes harapan !" kata satoe soewa.ia jang seperti kaloewar dari dalam tanah dan terdengar oleh Dantes seperti kaloewar dari koeboeran. Dantes merasa bancroen sekalian boeloe di badan, hingga maskipoen sedang berloeloet, ia mengisar ka belakang.

»O, Allah! itoelah soewara manoesia! kata poela Dantes dengan soewara perlahan.

Sasoedah berdiam sakoetika, Dantes berkata lagi :

»Kerna Allah jang moerah! siapa djoega jang soedah bitjara, biarlah bitjara poela. kendatipoen soewaramoe ada mengageti padakoe. Siapatah koe?"

»Kaoe sendiri siapa? sahoet itu soewara dari dalam tanah.

— »Saorang toetoepan jang tida merasa berat aken sahoeti pertanjaän orang."

— „Orang dari mana ?"

— „Dari Frankrijk."

— „Namamoe?"

— „Edmond Dantes."

— „Pakerdjaänmoe?"

— „Orang pelajaran."

— „Soedah brapa lama kaoe ada di sini?"

— „Sadari tanggal 20 Februari 1815."

— „Kasalahanmoe?" — „Akoe tida berralah."

— „Tapi ditoedoeh berboewat apa?"

— „Ditoedoeh djadi anggota dari pakoempoelan rasia, jang bekerdja soepaja Baginda Keizer boleh balik kombali."

— »Boleh balik kombali? apa Baginda Keizer soe dah tida di atas tachta?"

— „Di dalam tahon 1814 ija lepasden karadjaännja, laloe ditampatken di poelo Elba. Tapi sadar kapantah kaoe ada di sini, maka tida taoe ito perkara ?"

— „Sadari tahon 1811."

Dantes merasa kaget, kerna tetangganja itoe so dah tertoetoep ampat tahon lebih lama dari padanj

„Djangan menggali lagi," kata poela itoe so wara di dalam tanah: »hanja bilanglah padako di betoelan mana adanja lobang jang kaoe gali,"

„Rata dengan tanah dasarnja kamar ini," saho Dantes.

— „Dia terpedeng dengan apa?"

— »Dengan bale pembaringan koe."

— „Apa orang soedah pindahken pembaringan itoe, sadari kaoe ada tertoetoep?"

— „Tida."

— „Ka mana temboesannja kaoe poenja kamar?

— „Ka satoe gang."

— „Dan itoe gang temboes ka mana?"

— „Ka pelataran ...."

— „Ach, tjilaka amat! Dantes dengar tetangganja itoe poenja soewara jang paling belakang, ada seperti soewaranja orang jang terpetjah hati atawa jang poetoes pengarapan. Maka dengan kaget Dantes lantas berkata;

»Astaga! kaoe mengapa?"

—»Akoe merasa amat doeka kerna akoe soedah salah mendoega: akoe kira, itoe tembok jang kaoe gali, tembok benteng adanja."

— »Djika tembok benteng adanja ini, kaoe poenja lobang djadi temboes ka laoet."

— »Itoelah jang akoe ingin"

— »Saande benar lobangmoe temboes ka laoet, kaoe inaoe berboewat apa?"

»Akoe nanti tjoba berenang, aken datang di satoe poelo dari antara poelo-poelo jang ada di sapoetarnja benteng d'If; brangkali djoega akoe nanti sampe ka poelo Daume atawa Thibouleu, atawa ka pasisir daratan besar; kaloe djadi bagitoe, terlepaslah dirikoe ini dari pada kasengsaraän"

— »Apa kaoe bisa berenang bagitoe djaoeh?"

— »Allah nanti kasih kakoewatan palakoe; tapi sekarang hal dirikoe ini telah djadi roesak saanteronja."

— »Saänteronja?"

— »Ja! — sekarang biarlah kaoe pepat kombali atoe lobang jang kaoe soedah gali; komoedian dja- ngan kaoe berboewat apa-apa, hanja toenggoelah kabar dari padakoe"

— »Tapi siapatah kaoe ini?" »Akoe ini si nomor 27.

— »Apa kaoe tida pertjaja padakoe, maka kaoe tida roaoe bilang padakoe namamoe sendiri?"

Si nomor 27 itoe tida menjahoet, hanja tertawa.

»Akoe ini saoraiig Kristen jang baik," kata poêla Edmond Dantes: »akoe bersoempah, jang akoe lebih soeka terboenoeh mati, dari pada tjeritaken adanja ini lobang ka, ada kaoe daa akoe poenjai algodjo; aken tetapi, kerna Allah, djanganlah kaoe, singkirkea dirimoe, soepaja sedikitnja poen akoe, boleh dengar kaoe poenja soewaia; djika kaoe tida maoe tjampoer padakoe ini, .. . akoe bersoempah, akoe naati bentoerken kapalakoe sendiri kapada tembok, biar akoe djadi mati dengan lantaran kaoe."

»Brapatah oemoermoe? Toeroet boenjinja soe- waramoe, kaoe ini saorang lelaki jang masih moeda."

— »Akoe soedah tida taoe, brapa oemoerkoe sendiri; kerna akoe tida mengitojng. brapa lama akoe soedah tertoetoep di sini. Akoe taoe sadja jang tempo akoe ditangkap pada 28 Februari 1815 akoe ada beroemoer 19 tahon."

— »Kaloe bagitoe, kaoe belon sampe beroemoer 26 tahon; saorang jang masih moeda saperti kaoe belon berhati boesoek."

— »Tida sekali! dan akoe brani soempah. Ako soedah berkata padamoe dan sekarang akoe oi lang katakoe, bahoevva akoe lebih soeka dibelah

belah, dan pada menjilakai kaoe."

89

—»Baiklah djoega kaoe berkata bagitoe dan baiklah djoega kaoé soedah meminta minta pada koe, kerna akoe telah dapat niatan lain dan telah maoe berlaloe dari padamoe. Tapi oemoermoe ada senangken hatikoe; akoe nanti datang kapadamoe; biarlah kaoe menanti."
— »Kapanlah kaoe nanti datang?
— »Akoe misti menoenggoe tempo jaug baik; akoe nanti membri tanda kapadamoe."
—»Tapi kaoe tida nanti tinggalken akoe, hingga akoe djadi sendirian sadja; kaoe poen betoel-betoel maoe datang padakoe, atawa idsinken akoe datang padamoe, boekan? Kita-orang nanti minggat ber­sama-sama; kaloe tida bisa minggat, kita-orang nanti berkata-kata : kaoe nanti mengomong dari hal orang-orang jang kaoe tjinta, dan akoe nanti mengomong dari hal orang-orang jang akoe tjinta. Kaoe poen tantoe ada poenja djoega orang jang tertjinta olehmoe "
— »Akoe ada sendirian sadja di doenia ini."
— »Kaloe bagitoe, kaoe nanti tjintaï akoe. Ka loe akoe masih moeda, akoe nanti djadi sobatmoe; kaloe kaoe soedah toewa, akoe nanti djadi anakmoe. Akoe ada poenja bapa, jang sekarang ini rangkali ajoega soedah beroemoer toedjoehpoeloeh tahon, saände ija masih hidoep; melinken dialah koe tjintaï dan lagi satoe nona nama Mercedes. Bapakoe tantoe sekali tida nanti meloepai akoe; tapi nona Mercedes, melinken Allah sadja jang

BAGIAN 3.

12

90



taoe apa dia masih ingat padakoe atawa tida. Akoe nanti tjinta padamoe, sabagimana pada bapakoe sendiri."
— »Sookoer! biarlah kaoe menoenggoe sampe esok "
Dantes merasa senang, dan lantas berlaloe dari depan itoe lobang di tanah Sasoedah ija oempatken goegoerannja tembok, ija kisarken kembali bole pembaringannja, hingga bole itoe berapat pada tembok di betoelaa itoe lobang gasiran.

Moelai dari itoe waktoe Dantes ada merasa senang sekali: ia poen tida nanti tinggal sendirian lagi malah brangkali djoega nanti bisa terlepas dari pandjara; sekalipoen tida bisa terlepas, ia ada ampoena teman boewat mengomong-omong. Tertoetoep dengan ada ampoenja teman, boleh dibilang sadja satengah tertoetoep.

Di dalam itoe antero hari Dantes djalan-djalan boelak-balik di dalam pandjaranja, sedang hatinja tida brenti berdebar debar. Sebentar-bentar ia merasa koewatir. kaloe-kaloe kasenangannja nanti terganggoe; djika merasa bagitoe, ia berdoedoek di pembaringan dan tekan hati sendiri jang bergontjang gontjang. Djika dengar soewara apa apa sedikit sadja, ia melompat hamperi pintoe. Sering-sering ia merasa djoega koewatir, kaloe-kaloe ia nanti dipindahken ka kamar lain, hingga djadi

terpisah dari itoe sobat ang belou kalihatan roepanja, tapi toch telah tertjinta.

91

Aken satoe perkara, Dantes ada beringat tetap sekali. Kaloe sampe cipier brani kisarken pem­baringan, aken tjari taoe kaädaännja lobang di tembok, jang terpedeng dengan pembaringan itoe, ia nanti hantam kapalanja cipier dengan satoe batoe besar, di mana gendi ajer ada tertaro. Djika djadi bagitoe, ia nanti dapat hoekoeman mati; aken tetapi apa ia belon djadi satengah mati atawa hampir mati, oleh kerna merasa kesal dan poetoes pengarapan?

Di waktoe sore cipier datang sabiasanja; Dantes ada berdoedoek di bale pembaringannja dengan berdoedoek di sitoe ia poen boleh mendjaga lebih baik pada itoe lobang jang terpedeng dengan pembaringan itoe.

Brangkali djoega Dantes ada melihat dengan mata bersorot tadjam kapada cipier itoe ; kerna cipier berkata kapadanja.

—»Ada apa? Matamoe beringas kembali ; apa kaoe moelai djadi gila lagi?"

Dantes tida menjahoet; kerna ia ada selempang, kaloe-kaloe soewaranja jang goemetar nanti terbitken doegaän apa-apa di hati cipier. Orang ini memandang padanja sakoetika, laloe berdjalan pergi ambil gojang kapala.

Tempo hari soedah djadi gelap. Dantes ada kira, bahoewa ia poenja tetangga nanti datang berkata-kata sama dia; aken tetapi sampe pada esok pagi . . .en, tetangga itoe tida terdengar gerak-geraknja. Tapi satelah soedah djadi siang dan cipier soedah datang bawa kamanan, Dantes dapat dengar boenji tembok jang terpoekoel tiga kali di kolong bale pembaringan, la kisarken bale itoe, lantas berloetoet di depan lobang gas'rannja.


»Kaoe ada dekat padakoe?" kata Dantes itoe pada tetangganja: »akoe ada di sini."

»Apa cipier telah datang padamoe?" sahoet s tetangga.

— „Soedah; dan di waktoe sore baroelah ia nanti datang kembali; maka kita ada poenja tempo doewa belas djam.


— »Kaloe bagitoe, akoe boleh moeiai kerdja? '

— „Ja, boleh sekali! di ini waktoe djoega biarlah kaoe moelai."

Di itoe waktoe djoega sabagian dari tanah, dimana Dantes ada berloetoet, ambles dengan terkoenjoeng koenjoeng, hingga dengan sigra Dantes itoe kisarken diri ka belakang, sedang goegoeran, kapoer dan batoe batoe jang telah terbongkar terdjoen terdjatoh ka dalam satoe lobang, jan sekarang terbit di sabawakan itoe lobang gasirannja Dantes. Komoedian Dantes melihat kapal orang di dalam itoe lobang gelap jang ia tida taoe brapa dalamnja; sigra djoega ia dapat lihat poendak, dan achir achir ia dai)at lihat anteronji badan orang, jaug mandjat dari dalam itoe lobanng gelap.