Gerakan Wanita di Dunia/Bab 4

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
4. KEBANJAKAN PERSAMAAN?

Sebelum revolusi komunis petjah di Rusia, kedudukan kaum wanita sama sadja dengan negeri mana pun didunia; ia ibu rumah tangga, kadang-kadang ia bekerdja keras membantu perusahaan suaminja, lebih-lebih lagi kalau suaminja itu orang tani (di Rusia sebahagian besar dari kaum laki-laki mendjadi tani), dan resminja kaum wanita sama sekali tidak berhak-suara. Ketjuali kalau mereka masuk golongan jang jang tertinggi; sudah beberapa kali ditanah Rusia seorang wanita mendjadi Ratu. Rakjat Rusia pada masa itu hanja terdiri dari orang-orang jang amat miskin, sehingga mereka itu memikirkan bagaimana akan mendapat sepotong roti untuk hari besok, atau dari orang-orang jang amat kajanja, sehingga mereka tidak tahu lagi berapa banjaknja tanah mereka, berapa banjaknja hewan dan berapa pula banjaknja orang-orang mereka. Ja, berapa banjaknja orang-orang, sebab dalam prakteknja pada permulaan abad jang kedua puluh di Rusia masih terdapat perbudakan.

Tiba-tiba datanglah revolusi dan revolusi itu segera memberi persamaan bagi semua warga-negara, tidak memandang mereka itu laki-laki atau perempuan. Pada hari "wanita internasional" jang diadakan kaum wanita pada tanggal 25 Pebruari 1917, beberapa hari sebelum revolusi besar petjah, kaum wanita mengadakan demonstrasi dikota St. Petersburg jang di kemudian hari akan bernama Leningrad. Demonstrasi itu diadakan mereka supaja peperangan dihentikan; mereka menuntut makanan, perdamaian dan pengembalian suami mereka dari medan peperangan.

Dalam peperangan saudara kemudian kaum wanita ikut berdjuang dengan hebatnja. Hal jang sampai pada masa itu belum pernah dialami orang ialah: 2500 wanita memakai pakaian serdadu, mamanggul senapang dan ikut berperang. Kira-kira Kira-kira 12000 wanita bekerdja dibelakang garis pertempuran untuk mendjamin kemenangan kaum komunis. Sampai sekarang orang-orang Rusia jang modern masih mentjeritakan tjerita-tjerita jang mengharukan tentang hasil pekerdjaan dan keberanian kaum wanita waktu itu.

Semendjak itu di Sovjet Uni tak ada lagi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pada gabungan perusahaan-perusahaan tani jang dilakukan setjara koperasi atau "kolchoz", hampir seperdua dari segala pekerdjaan didjalankan oleh kaum wanita; puluhan ribu wanita mendjalankan mesin-mesin pentjotjok tanam, diantaranja mengemudikan tractor-tractor jang berat-berat. Dipaberik-paberik kaum wanita sama tingkat pekerdjaan dengan kaum laki-laki, mereka mengerdjakan pekerdjaan jang seberat-beratnja dan dalam peperangan dunia jang kedua merekapun sama sekali menggantikan kaum laki-laki.

Dalam lapangan pendidikan lebih banjak bekerdja kaum wanita dari pada kaum laki-laki. Dalam Sovjet Agung, badan jang boleh kita bandingkan dengan Parlemen dinegeri-negeri lain lebih banjak duduk anggauta wanita dari pada dalam Parlemen dinegeri-negeri lain.

Semasa perang-dunia jang kedua kaum wanita bekerdja sebagai pengemudi pelempar bom, sebagai masinis kereta api jang membawa alat peperangan, mesiu dan makanan kemedan peperangan. Pendeknja, mereka bekerdja sebagai laki-laki.

Isteri Lenin ialah seorang djurnalis dan pengarang jang terkenal; isteri Stalin selalu sakit-sakit dan masih muda telah meninggal dunia. Semendjak itu Pauline Molotoflah jang menjadi wanita pertama di Rusia.

Marilah kami bertjeritera sedikit tentang kehidupannja. Pauline ialah anak jang sulung dari tudjuh anak; ajahnja pedagang ketjil; ia meninggal ketika Pauline berumur sebelas tahun. Ibunja harus bekerdja sebagai koki untuk memperoleh nafkah bagi anak-anaknja. Keluarga Karpofski, itulah namanja, termasuk kaum pekerdja jang semiskin-miskinnja. Pauline ingin akan kemegahan dan otaknja tjerdas. Ia berusia enam belas tahun dan bekerdja sebagai buruh pada sebuah pabrik rokok waktu dibudjuk oleh seorang anggauta keluarga mendjadi komunis. Dalam tahun 1918 partai komunis ditempat kediamannja mengirim dia sebagai utusan jang pertama ke Moskou. Disana Pauline bertemu dengan Molotof. Setelah bertunangan sebentar, merekapun kawin. Perkawinan ini sederhana sadja. Paulina sendri mentjeritakan ini sebagai berikut: "Kami pergi ke Burgerlijke Stand dan memberitahukan perkawinan kami kepada para pembesar. Pada malamnja Wjachislaf (demikianlah nama ketjil Molotof) harus pergi mengundjungi sebuah rapat komisi. Telah larut malam baru ia pulang. Ketika itu sampai pagi hari kami hanja mempertjakapkan soal-soal jang mengenai partai."

Keluarga Molotof mendiami sebuah rumah ketjil dibahagian Utara kota Moskou, bersama-sama dengan dua keluarga jang lain. Pauline harus bekerdja dalam sebuah pabrik sabun, karena pendatan Molotof pada "Prawda", surat kabar partai komunis, amat sedikit. Pada waktu itu kadang-kadang timbul pertanjaan padanja: "Apa mungkin aku ini nanti mentjapai kehormatan dan pangkat jang penting sebagai jang telah kutjita-tjitakan?"

Ia memperoleh kesempatan ini ketika Molotof diangkat mendjadi Sekretaris partai. Pauline dan Molotof terus pindah ke Kremlin dan diberi sebuah „flat" jang mempunjai sembilan ruangan.

Pauline terus beladjar dan setelah tiba saatnja kepandaiannja telah tjukup dianggapnja, diinsjafkannja Stalin, bahwa ia harus menduduki pangkat jang penting. Industri barang-barang dan alat-alat ketjantikan bagi kaum wanita di Sovjet-Uni merosot dan ini tidaklah mengherankan, oleh sebab kaum wanita Sovjet beladjar, bahwa bedak, pemerah bibir dan alat penghias pembaguskan rupa lainnja, ja, sedangkan pakaian jang bagus, dianggap kapitalistis dan segala barang-barang itu tidak dibeli orang. Stalin mengangkat njonja Molotof djadi "komisaris" perindustrian tersebut. Sekarang diputuskan oleh njonja Molotof, bahwa muka jang terpelihara baik itu bukanlah kapitalistis, malahan seorang wanita jang memelihara dirinja dengan baik, dapat bekerdja lebih banjak, karena perasaan badannja segar. Jang akan datang segala wanita Rusia harus membeli alat ketjantikan. Tambahan lagi njonja Molotof membangunkan perasaan kaum wanita akan berpakaian jang bagus-bagus. Ia sendiri biasanja memakai blus dari satin putih dengan rok hitam pendek. Sebagaimana dinegeri Inggeris semua orang laki-laki memakai pakaian seperti jang dipakai oleh Prince of Wales, demikianlah pula kaum wanita Rusia hendak memakai blus putih dengan rok hitam pendek. Hal ini tidak tinggal sedemikian sadja. Lama kelamaan Pauline Molotof membangunkan sebuah industri pakaian jang hampir boleh bersaingan dengan industri pakaian jang masjhur di kota Paris. Dalam upatjara-upatjara resmi, bila ia berdiri disisi Stalin, njonja Molotof memakai pakaian jang mahal-mahal.

Keluarga Molotof mempunjai dua orang anak dan selain sebuah flat di Kremlin, mereka mempunjai sebuah villa jang terletak 45 km dari Moskou.

Tetapi tidak semua wanita Rusia dapat hidup mewah sebagai njonja Molotof. Kebanjakan dari mereka harus bekerdja sampai pada usia tua, bekerdja dalam pabrik sebagai njonja Molotof waktu ia belum kawin, atau pada sebuah perusahaan tani ditempat lain. Marilah kita kundjungi pula seorang "wanita biasa" dikota Moskou. Vera, isteri Peter Alexandrowitsj berumur 33 tahun; ia mempunjai dua orang anak, seorang laki-laki bernama Pavel, berumur 10 tahun dan seorang anak perempuan bernama Tatjana, berumur 8 tahun. Pendapatan Vera jang bekerdja pada sebuah bank negeri adalah lebih banjak dari upah jang diterima oleh suaminja, jang bekerdja pada sebuah kantor pusat listrik. Vera merasa senang dengan rumahnja jang terdiri dari sebuah kamar sadja ditingkatan jang ketiga dari sebuah rumah jang telah tua. Selain dari sebuah kamar itu, jang didiaminja bersama-sama dengan ibunja, Vera boleh memakai sebagian dari dapur. Tak masuk pada akal Vera, bahwa di Eropah-Barat atau di Amerika isteri buruh akan menjebut rumahnja sebuah "gubuk" atau "rumah buruk" dan bahwa ada isteri kaum buruh jang mendiami rumah jang mempunjai empat atau lima kamar, dapur, kamar mandi dan mungkin djuga alat pemanas sentral. Jang serupa itu di Rusia hanjalah boleh untuk orang sebagai njonja Molotof. Seluruh penjelenggaraan rumah tangga dikerdjakan oleh ibu Vera dan orang tua ini tiap-tiap hari berdiri berdjedjer bersama-sama dengan rakjat lainnja akan membeli sedikit bahan makanan. Neneknjapun harus mendjaga anak-anak Vera bila mereka pulang dari sekolah, karena Vera dan suaminja, diluar waktu bekerdja, harus pula mengundjungi rapat-rapat perusahaan dan rapat-rapat lain. Sedangkan mereka mungkin bekerdja sepuluh djam tiap-tiap hari, sebab Rusia harus memperbanjak produksinja. Apa lagi Vera amat menggemari permainan tonil. Kalau tak kurang suatu apa, pendapatan Vera dan suaminja hanja tjukup sadja untuk pembeli keperluan hidup dan bahan pakaian jang perlu-perlu. Ketika pada suatu hari Peter djatuh sakit dan harus minum obat penguatkan, hampir tak ada uang sisa untuk membeli sepotong roti bagi Vera dan bagi ibunja.

Seorang sahabat Vera selalu berkata, bahwa ia amat merasa malang ketika kerdjanja tak lain hanja memelihara anak baji dan rumah tangga sadja dan bahwa ia menarik napas kesenangan, ketika dapat membawa anaknja itu kesebuah "crèche" (tempat menitipkan kanak-kanak) sehingga ia sendiri dapat bekerdja lagi di paberik. Vera sama sekali tak mengerti akan hal ini, karena ia sendiri kadang-kadang amat ingin, supaja dapat memelihara rumahnja, suami dan anak-anaknja sendiri, dan ia akan merasa senang, bila pendapatan suaminja sadja sudah tjukuplah untuk membelandjai rumah tangga dan membelandjai didikan anak-anak mereka.

Lima puluh tahun jang lalu seluruh kaum wanita jang berdjuang untuk kemerdekaan wanita, akan memarahi Vera, sebab ia telah mempunjai pikiran "kerumah-tanggaan" dan ia tidak menghargai haknja untuk mengerdjakan pekerdjaan buruh. Sekarang banjaklah kaum wanita merasa, bahwa kemerdekaan belumlah berarti, bahwa mereka harus mengerdjakan pekerdjaan jang sama dengan pekerdjaan laki-laki; dan kebanjakan wanita jang paling moderen bertanja pada diri sendiri, apakah dunia ini tidak akan lebih baik, bila semua ibu dapat memakai seluruh waktunja hanja untuk mendidik anak-anaknja sadja? Bila suami dan isteri kedua-duanja bebas sama sekali, berartilah ini, bahwa tiap-tiap mereka berhak menuntut kebahagiaan menurut tjara masing masing. Dan bagi kebanjakan kaum wanita kebahagiaan ini lebih dahulu akan terletak pada pemeliharaan keluarganja sendiri dari pada bekerdja dalam paberik. Dalam keluarganja ia mempunjai kewadjiban jang tak dapat dikerdjakan oleh orang lain, sebab seorang wanita dan ibu itu tak dapat digantikan.