Garuda Perdamaian/Bab 5

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

BAB V

MASALAH TIMUR TENGAH

1. Pengertian Timur Tengah.

Bagi kita bangsa Indonesia jang bertempat tinggal dalam suatu kepulauan jang letaknja di Asia Tenggara, sering agak djanggal mendengar, bahwa negara-negara seperti Mesir, Arab Saudi, Israel, Jordania dan lain-lain, dimasukkan dalam lingkungan daerah jang disebut dengan istilah Timur Tengah. Kedjanggalan itu disebabkan oleh karena letak negara-negara tersebut ada didjurusan sebelah barat dari tanah air kita, sehingga menimbulkan suatu pertanjaan mengapa djustru negara-negara itu disebut dengan istilah Timur Tengah. Untuk djelasnja kita harus mengetahui terlebih dahulu asal mula dari istilah Timur Tengah itu sendiri.

Istilah Timur Tengah sebagai pengertian politik atau digunakan dalam pertjaturan politik internasional baru tumbuh sesudah berachirnja perang Dunia I jakni pada tahun 1918. Dengan berachirnja peperangan, maka Turki jang kalah perang — Turki memihak Djerman — terpaksa harus menjerahkan daerah-daerah bekas djadjahannja kepada Inggris dan Perantjis sebagai daerah mandat. Daerah-daerah mandat itu berangsur-angsur mendjadi negara nasional jang berdiri sendiri, jang makin lama makin penting artinja dalam pertjaturan politik Internasional. Masalah-masalah jang timbul dinegara-negara itu memberikan sifat jang chusus bagi negara-negara Barat, sehingga untuk memudahkan dipakainja istilah Timur Tengah.

Pada waktu ini jang dimaksud dengan istilah Timur Tengah ialah suatu wilajah jang meliputi negara-negara Mesir, Arab Saudi, Israel, Syria, Libanon, Jordania, Turki, Iran, Iraq dan Afganistan. Disamping istilah Timur Tengah kita djumpai pula istilah Timur Dekat. Daerah jang termasuk dalam pengertian jang terachir ini antara lain meliputi djuga negara-negara Balkan. Djelaslah bagi kita sekarang, bahwa istilah Timur Tengah itu berasal dari para negarawan Eropa Barat. Selain itu untuk menjebut daerah-daerah jang berada disebelah Timur Eropa — jang pada waktu itu merupakan pusat daripada kegiatan politik internasional digunakan pula beberapa istilah misalnja Timur Dekat, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Timur Djauh.

Sebelum perang dunia II, kedudukan Timur Tengah dalam pertjaturan politik internasional belum begitu penting seperti sekarang. Pada masa itu arti Timur Tengah hanja dipandang dari sudut perhubungan lalu-lintas terutama bagi Inggris jang memerlukan sekali perhubungan dilaut (melalui Suez) maupun daratan, untuk dapat memelihara daerah djadjahannja di Asia Tenggara maupun kepentingan ekonominja di Timur Djauh. Selain itu Rusia memiliki kepentingan besar pula didaerah itu, jakni untuk mendapatkan bandar-bandar jang tidak membeku airnja. Bandar sematjam ini penting sekali artinja untuk perdagangan dan perkembangan perekonomiannja.

Sesudah perang dunia ke-II, arti Timur Tengah mendjadi makin penting. Hal itu karena terdapatnja minjak tanah jang berlimpah-limpah didaerah jang tandus itu. Sedang minjak dibutuhkan sekali untuk keperluan perang modern. Selain itu industri di Eropa Barat sebagian besar sangat tergantung dari lajanan minjak Timur Tengah.

Dengan adanja pertentangan dua Blok besar jaitu Blok Barat dan Blok Timur, maka Timur Tengah memperoleh kedudukan jang sangat penting selain kekajaan minjaknja djuga ditindjau dari strategis militer, merupakan lalu-Iintas jang vitaal, merupakan urat nadi dunia, sehingga Blok Barat dan Blok Timur saling berebutan untuk menanamkan pengaruhnja didaerah itu.

Sesungguhnja masalah jang dihadapi Timur Tengah adalah merupakan masalah jang sangat berdjalinan jang sewaktu-waktu dapat menimbulkan krisis dan membahajakan perdamaian dunia. Untuk mengetahui dari dekat masalah apa jang sebenarnja jang dihadapi negara-negara Timur Tengah, kita terlebih dahulu harus mentjari sebab-sebab pokok jang sering mendorong terdjadinja krisis itu sendiri. Seperti telah disinggung dimuka, memang sebab-sebab itu tidak hanja terdapat dalam negeri sendiri, tetapi ada pula jang berasal dari luar,

Sesampainja di Beyrouth pada tanggal 11 s/d 12 Januari 1957, pasukan tersebut langsung kesemenandjung Sinai. Disana mereka disambut dengan hangat oleh pemerintah dan rakjat. Disini nampak Kuasa Usaha R.I. di Beyrouth T.M. Dalimoenthe dengan diiringi Komandan Pasukan memeriksa barisan.

terutama berhubung dengan perkembangan politik dunia dewasa ini (timbulnja dua blok didunia).

Untuk memberi gambaran jang mudah terhadap persoalan jang dihadapi oleh Timur Tengah tersebut, maka persoalan-persoalan itu dapat dibagi sebagai berikut:

a. Pertentangan Arab-Israel.

b. Pertikaian politik negara-negara Arab.

c. Nasionalisme Arab.

d. Pertahanan Timur Tengah dalam rangka perlentangan dua Blok.

2. Pertentangan Arab-Israel.

Pertentangan antara bangsa Arab dan Jahudi adalah merupakan pertentangan jang permanen di Timur Tengah. Sebab-sebab dari pertentangan itu adalah terletak pada adanja negara Israel itu sendiri ditengah-tengah negara-negara Arab.

Untuk dapat mengetahui latar belakang dari pertentangan jang boleh dikata terus menerus antara kedua bangsa itu, kita harus membuka sebentar lembaran sedjarah dari perkembangan negara Israel. Dengan demikian maka kita nanti akan mengetahui sikap politik Israel terhadap negara-negara Arab; apa sebab ia mengadakan politik expansi; apa sebab menuntut semenandjung Gaza; apa sebabnja ia mengadakan agressi terhadap Mesir serta tuntutan-tuntutan adanja kebebasan lalu-lintas diterusan Suez dan adanja keamanan pelajaran diteluk Aqaba.

Sedjarah Palestina adalah sedjarah jang tua sekali dan siapa bangsa jang mula-mula mendiaminja sudah tidak diketahui lagi. Sebelum bangsa Jahudi atau Israel menduduki daerah itu, daerah itu diduduki oleh bangsa Kanaan atau bangsa Philistijn. Nama Palesjina adalah berasal dari kata Philistijn itu. Kediaman bangsa Philistijn tersebut berada disepandjang pantai Laut Tengah didaratan rendah sungai Jordan.

Kira-kira pada tahun 1400 S.M. (sebelum Masehi), bangsa Jahudi berhasil menduduki daerah Palestina dan kemudian mereka lalu berangsur-angsur menetap didaerah itu. Sedjak itu bangsa Jahudi memandang Palestina sebagai tanah-airnja, bahkan menurut kitab sutjinja, jakni Kitab Sutji Perdjandjian Lama disebutkan, bahwa Jaweh

Wakil Komandan dan para perwiranja disambut dengan suatu djamuan teh oleh Mufty Republik Libanon dengan dihadiri oleh pembesar2 Sipil, Militer dan Alim Ulama.

(Tuhan bangsa Jahudi) telah menghadiahkan tanah Palestina kepada Ibrahim (Abraham). Abraham adaluh nenek mojang bangsa Jahudi dan Arab-Ismail.

Bangsa Jahudi mengalami kedjajaan diwaktu radja Daud berkuasa kira-kira tahun 1000 S.M. Radja Daud mendjadikan kota Darulsalam (Jerusalem) sebagai ibukotanja. Penggantinja adalah anak radja Daud jakni Salomon. Setelah radja Salomon meninggal, keradjaan itu petjah mendjadi dua, jakni keradjaan Juda dengan ibu-kota Jerusalem, dan Israel dengan ibu-kota Samaria. Pada tahun 700 S.M. keradjaan Israel diduduki oleh Asiria dan kira-kira tahun 586 S.M. Juda direbut oleh keradjaan Babilonia, dan malah sebagian penduduknja diangkut ke Babilon. Baru kira-kira tahun 332 S.M. setelah keradjaan itu direbut oleh Cyrus, Radja Persia, orang-orang Jahudi diperkenankan pulang.

Bangsa-bangsa lain jang pernah menduduki ialah Romawi pada tahun 70 sesudah Masehi hingga kira-kira tahun 637. Ketika bangsa Romawi berhasil merebut Palestina ia bertindak kedjam dan merusak serta membakar kota Jerusalem. Bangsa Jahudi sangat menderita karenanja, dan mulailah mereka berangsur-angsur meninggalkan Palestina, mengembara dinegara-negara seluruh dunia untuk mentjari nafkah. Sebaliknja bangsa Arab berangsur-angsur memasuki Palestina, lebih-lebih setelah Arab berhasil merebutnja dari tangan Romawi kira-kira tahun 637, makin banjak orang Arab jang memasuki dan diam didaerah itu, sehingga Palestina achirnja mendjadi tanah Arab. Dengan demikian, maka bangsa Arab memandang Palestina djuga sebagai tanah air mereka. Palestina terutama kota Darulsalam djuga dipandang sebagai tanah sutji Agama Islam. Kota Darulsalam memiliki arti jang penting, karena menurut kepertjajaan bangsa Arab iapun keturunan Ibrahim.

Palestina sendiri berulang-ulang mendjadi medan pertempuran. Orang-orang Eropa sampai tudjuh kali mengadakan perang-perang salib (kruistochten) untuk membebaskan Darulsalam (Jerusalem) dari orang Arab. Kota ini menurut agama Kristen djuga merupakan tempat sutji untuk berziarah, sedangkan bangsa Arab jang menguasainja melarangnja. Perang Salib jang pertama tahun 1095 hingga jang ketudjuh tahun 1248 tidak membawa hasil sama sekali. Darulsalam tetap berada ditangan orang Islam. Pada tahun 1517−1917 Palestina

Djenderal Maj. Burns, Komandan Pasukan Polisi P.B.B. sedang bertjakap-tjakap dengan Majoor Sugiarto, Wk. Kmd. Bat. Garuda.

dikuasai oleh bangsa Turki jang djuga beragama Islam. Waktu Perang Dunia ke-I, Turki memihak kepada Djerman. Tentara Inggris pada tanggal 9 Desember 1917, berhasil merebut Darulsalam dan menduduki seluruh Palestina.

Setelah perang berachir daerah-daerah djadjahan Turki diambil oleh pihak jang menang, jakni Inggris dan Perantjis. Pada tahun 1920 Lima Bangsa-bangsa (Volkenbond) menundjuk lnggris sebagai negara pemegang mandat atas Palestina.

Ketika Palestina ada dibawah keradjaan Turki, telah mulai banjak orang-orang Jahudi jang memakai Palestina kembali dan hidup damai dengan orang-orang Arab. Mereka ingin berdiam di Palestina, karena menurut kepertjajaan adalah tanah sutji dan menurut agamanja begitu erat hubungannja dengan mereka. Lama-lama makin banjak orang Jahudi dari segenap pendjuru dunia jang kembali ke Palestina. Kemudian mereka mendirikan organisasi jang bersifat politik pada tahun 1895. Organisasi itu terkenal dengan nama Zionisme atau gerakan Zion, dibawah pirnpinan Dr. Theodore Herzl. Tudjuan dari gerakan Zion itu antara lain:

a. Mempersatukan orang-orang Jahudi diseluruh dunia dalam satu bangsa (Nation) dan tidak sadja dalam pengertian ras.

b. Menuntut Palestina sebagai tanah airnja.

c. Mendirikan kembali negara Israel di Palestina.

d. Mengusahakan kembalinja orang-orang Jahudi ke Palestina.

Waktu Perang Dunia ke I, agar supaja orang-orang Arab suka melawan dan memberontak terhadap Turki, Inggris berdjandji akan memberi kemerdekaan kepada bangsa Arab (jang berarti Palestina masuk kedalamnja djuga). Sjarief Husein, dengan adanja djandji itu lalu mengobarkan revolusi Arab. Tanggal 7 Djuni 1916 mengumumkan kemerdekaan Hedjaz. Kemudian membentuk negara Arab merdeka serta memproklamasikan sebagai radja Arab pada tanggal 29 Oktober 1917. Tanggal 6 Nopember 1916 Inggris, Perantjis dan Rusia mengakui Husein sebagai Radja Hedjaz. Dikemudian hari setelah Inggris memperoleh kemenangan dalam perang, ternjata Husein hanja diakuinja sebagai radja Hedjaz dan bukan sebagai radja Arab.

Sebaliknja ketika orang Jahudi menjanggupkan bantuan kepada Inggris, untuk memikat orang-orang Jahudi diseluruh dunia pada tanggal 2 Nopember 1917, Inggris mengeluarkan Balfour Declaration. Dalam declarasi itu Inggris berdjandji akan menolong usaha kaum Zion dengan akan memberikannja ,,Perumahan Nasional Jahudi" (A Jewish National Home) di Palestina, dengan tidak merugikan kepentingan-kepentingan bangsa Arab. Bangsa Arab dengan sendirinja menentang, karena Palestina telah mendjadi tempat tinggal orang Arab, malah sudah turun-temurun dan telah memandang daerah itu sebagai tanah airnja.

Bentrokan-bentrokan mulai terdjadi antara orang-orang Jahudi dan orang-orang Arab diseluruh Palestina, walaupun demikian kaum Zion tetap mengusahakan imigrasi orang-orang Jahudi. Untuk melindungi dirinja, kaum Zion mendirikan organisasi bersendjata dengan nama ,,Haganah". Disamping itu ada organisasi bersendjata lain jang suka mengadakan terror dengan nama Irgun Swei Leumi. Kedua organisasi bersendjata tersebut mendjalankan pertempuranan baik dengan terang-terangan maupun dengan gelap terhadap siapa sadja jang menentang imigrasi Jahudi.

Ketika Palestina pada tahun 1920 mendjadi daerah mandat Inggris, jang mendjadi Komisaris Agung keradjaan Inggris di Palestina adalah seorang Jahudi warganegara Inggris jakni Sir Herbert Samuel (tahun 1920-1925). Untuk memelihara kepentingan-kepentingan orang Jahudi dibentuknja „Badan Jahudi”. (Jewish Agency). Badan itulah jang kelak merupakan benih bagi terwujudnja negara Israel.

Mendjelang perang dunia ke II, pemerintah Inggris mengeluarkan „Buku Putih” (White Paper) jang maksudnja untuk membatasi imigrasi kum Jahudi ke Palestina. Pula djumlah tanah jang boleh dibeli kaum imigran dibatasi. Kepada orang-orang Jahudi didjandjikan „Perumahan Jahudi” (Jewish Home) dan bukan „Perumahan Nasional Jahudi” (A Jewish National Home) seperti pada waktu Balfour Declaration. Kaum Zion sama sekali tidak memperdulikan „Buku Putih” itu dan tetap mengadakan imigrasi bangsa Jahudi terang-terangan ataupun tidak.

Indonesian peacekeepers arriving in Egypt, Garuda Perdamaian, p97
Indonesian peacekeepers arriving in Egypt, Garuda Perdamaian, p97

Sesudah datang di Mesir mereka menunggu instruksi akan ditempatkan dimana.

Pada waktu Perang Dunia Ke II, Jahudi memihak Inggris untuk memikat hati Inggris, supaja setelah perang, Inggris suka membatalkan Buku Putihnja tahun 1939. Arab djuga memihak Inggris dengan harapan supaja Inggris memberikan Palestina kepada bangsa Arab. Dengan berachirnja Perang Dunia Ke II, orang-orang Jahudi di Palestina mendjadi makin kuat, karena selama bekerdja sama dengan Inggris, mereka mendapatkan sendjata-sendjata modern yang banjak. „Badan Jahudi” jang didirikan pada tahun 1920, mendjelma mendjadi Tentara Jahudi. Djumlah orang Jahudi di Palestina makin meningkat. Dengan menggunakan nama „Korban perang jang tidak mempunjai tempat tinggal” (seharusnja diurus oleh U.N.O.) orang Jahudi berbondong-bondong mengalir ke Palestina. Pemerintah Inggris menolak imigrasi-imigrasi tersebut, tetapi Badan Jahudi dan organisasi bersendjata Haganah memaksa dengan kekerasan. Orang-orang Arab menentang pula dengan kerasnja, sehingga timbul huru-hara dan kekatjauan terus menerus. Inggris bingung jang achirnja membawa persoalan Palestina kepada U.N.O. pada tanggan 18 Pebruari 1947. U.N.O. setelah kirim „Panitya Penjelidikan” memutuskan untuk membagi Palestina mendjadi daerah Arab dan daerah Jahudi dan pemberian pemerintahan internasional kepada Kota Jerusalem. Ketiga Daerah tersebut harus mempunjai kesatuan ekonomi.

Dengan adanja rentjana U.N.O. itu berarti kemenangan bagi Jahudi, karena dunia luar sekarang mengakui adanja daerah Jahudi di Palestina. Hal itu akan merupakan benih negara Israel yang mereka tjita-tjitakan. Dengan sendirinja negara-negara Arab menentang keputusan U.N.O., karena putusan itu menguntungkan orang Jahudi, maka meletuslah pertempuran-pertempuran jang hebat. Inggris tidak dapat menjetudjui putusan U.N.O., karena ia mengharapkan kerdja sama dengan negara-negara Arab dikemudian hari. Karena sikapnja jang paling menguntungkan ialah tjutji tangan terhadap segala kedjadian itu, karena dengan sikap itu ia masih dapat mendekati negara-negara Arab. Dalam keadaan jang katjau itu, Inggris menjatakan akan mengachiri mandatnja atas Palestina pada tanggal 15 Mei 1948. Dengan sikap tersebut Inggris memberikan ruang bergerak dan kekosongan kekuasaan pada orang Jahudi untuk bertindak. Bertepatan dengan keluarnja Tentara Inggris dari Palestina untuk diangkut ke Cyprus, bangsa Jahudi memproklamasikan berdirinja Negara Republik Israel tanggal 15 Mei 1948. Sebagai Presiden jang pertama dipilih Dr. Chaim Weizmann, pemimpin gerakan Zion. Setelah

Kesibukan memasang tenda adalah suatu kelaziman bagi pasukan Polisi P.B.B. dimana sadja mereka ditempatkan dipadang pasir.

adanja proklamasi Republik Israel, segera Amerika Serikat dan Soviet Unie memberikan pengakuan, sedang Inggris dengan sendirinja tidak segera memberi pengakuan, supaja negara-negara Arab tidak sakit hati.

Negara-negara Arab jang tergabung dalam „Arab League” jakni Mesir, Arab Saudi, Yaman, Iraq, Jordania, Libanon, Syria menjerbu ke Palestina untuk menghantjurkan negara Israel. Tetapi ternjata Israel dengan persendjataan jang modern dapat bertahan. Hanja legiun Jordania jang baik organisasinja dan perlengkapannja jang dapat kemenangan-kemenangan di Palestina dan berhasil menduduki sepandjang sungai Jordan.

Timbulnja peperangan antara Israel dengan negara-negara jang tergabung dalam Liga Arab, memaksa U.N.O. mengambil tindakan. Untuk mentjegah mendjalarnja api-peperangan, maka harus diadakan perletakan sendjata dengan segera, kemudian baru diadakan penentuan-penentuan batas dari negara-negara Israel dan negara-negara Arab jang berbatasan. Graaf Bernadotte dikirim ke Timur Tengah untuk bertindak sebagai pengantara (mediator). Ia berhasil mengadakan perletakan sendjata, tetapi kemudian ia meninggal karena tembakan dari komplotan Jahudi di Darulsalam pada tanggal 17 September 1948. Orang Jahudi membunuhnja karena ia tidak puas dengan rentjana pembagian Palestina jang diusulkan Bernadotte. P.B.B. kemudian menundjuk Dr. Ralph J. Bunche, seorang Negro warga negara Amerika Serikat jang bekerdja pada sekretaris P.B.B. untuk bertindak meneruskan pekerdjaan Bernadotte sebagai pendjabat perantara P.B.B.

Pada tanggal 11 Desember 1948, P.B.B. membentuk Panitya Perdamaian untuk Palestina. Tugas Panitya tersebut ialah untuk mernbantu fihak-fihak jang bersangkutan (fihak-fihak jang berselisih) guna mentjari penjelesaian. Berkat tjampur tangan P.B.B. achirnja dapat disusun „Naskah Perdjandjian Gentjatan Sendjata”. Naskah tersebut ditanda-tangani oleh Israel dan Mesir pada tanggal 24 Djanuari 1949. Oleh Israel-Libanon pada tanggal 23 April 1949, Israel-Jordan pada tanggal 3 April 1949 dan Israel-Syria tanggal 20 Djuli 1949. Pada tanggal 11 April 1949 Israel diterima mendjadi anggauta P.B.B.

Dengan diterimanja Israel mendjadi anggauta P.B.B., maka hal itu berarti kemenangan bagi bangsa Jahudi dan berhasil mendirikan Negara Israel seperti apa jang mereka tjita-tjitakan. Sebaliknja negara-negara Arab dengan sendirinja tidak senang melihat kenjataan itu, karena dengan adanja negara Israel menimbulkan berbagai masalah, masalah-masalah mana menjebabkan perdamaian di Timur Tengah sukar dipulihkan, dan berulang-ulang terdjadi insiden tembak-menembak. Beberapa masalah jang penting antara lain menjangkut-paut soal Kepertjajaan, perbatasan, pengungsian, keamanan dan masalah ekonomi.

Para negarawan Arab jang hakekatnja tidak dapat menerima kenjataan adanja negara Israel. Hal itu karena Palestina sudah dipandang oleh bangsa-bangsa Arab sebagai tanah airnja, karena orang-orang Arab sudah tinggal didaerah itu turun-temurun. Selain itu Palestina dipandangnja sebagai daerah Arab, karena ternjata orang Jahudi hanja merupakan minoriteit sadja, pula Palestina terutama Kota Darulsalam adalah kota sutji bagi Agama Islam. Sebaliknja orang Jahudi memandang Palestina sebagai tanah airnja, jang telah dihadiahkan oleh Jaweh (Tuhan Bangsa Jahudi) sebagai tanah perdjandjian kepadanja. Palestina djuga merupakan tanah sutji Agama Jahudi.

Selain itu Israel jang penduduknja kira-kira 1 djuta lebih dan letaknja ditengah-tengah negara-negara Arab jang penduduknja 40 djuta, merasa chawatir, apabila pada suatu ketika negara-negara Arab menggempur Israel sampai Palestina djatuh kembali, dalam tangan mereka. Untuk mempertahankan negerinja, maka setiap penduduk laki-laki dan perempuan dikenakan wadjib Tentara. Dengan tjara itu, maka Israel dalam beberapa djam sadja dapat menjiapkan tentara sebanjak 200.000. orang jang siap menghadapi pertempuran.

Masalah kedua· adalah menjangkut-paut soal perbatasan. Dengan timbulnja negara Israel, negara Arab disekelilingnja merasa dirugikan, terutama Jordania dan Mesir. Jordan terputus hubunaannia denzan Laut Tengah, sedangkan pelabuhan dipantai itu penting sekali artinja untuk perkembangan ekonominja. Mesir djuga putus hubungan daratnja dengan negara-negara Arab lainnia.

Masalah jang ketiga menjangkut-paut dengan pengungsian Arab.Waktu di Palestina terdjadi pertempuran, kurang Jebih 900.000 penduduk Arab mengungsi kenegara-negara Arab disekitar Palestina, dan jang sekarang berada ditapal batas Syria ada kira-kira 88. I 79 djiwa, ditapal batas Libanon 103.600 djiwa, ditapal batas Jordania 499.600 djiwa dan ditapal batas Mesir jakni Gaza 214.601 djiwa. Sampai sekarang sudah 8 tahun lebih mereka hidup dalam keadaan miskin dan kesusahan lahir bathin. ,Kehidupan mereka sangat tergantung bantuan P.B.B. Selain pengungsian tersebut masih banjak pengungsian-pengungsian jang terdapat di pelbagai negara-negara Arab jang telah dapat mentjari nafkah sendiri. Para pengungsi jang umumnja masih menunggu-nunggu waktu dan mengharapkan bilamana mereka dapat kembali kekampung halamannja jang mereka tinggalkan di Palestina.

Masalah pengungsian langsung menjangkut masalah keamanan karena para pengungsi jang tinggal diperbatasan itu tidak sabar lagi untuk menanti-nanti lebih lama, dan sering mereka mengadakan serangan-serangan tersembunji terhadap orang-orang Jahudi.

Pula Pasukan Berani Mati Mesir Fedajeen jang tersebar diperbatasan-perbatasan, sering menjamar sebagai pengungsi menjusup keperkampungan orang Jahudi untuk mengadakan serangan-serangan.

Selandjutnja masalah jang terachir ialah masalah ekonomi jang menjangkut masalah air. Waktu berkobarnja pertempuran tahun 1948, Legiun Jordania dapat melintasi sungai Jordan dan menduduki daerah Palestina. Setelah gentjatan sendjata, daerah itu tetap dikuasai Jordan. Dengan hilangnja wilajah Palestina disepandjang sungai Jordan, maka daerah Israel mendjadi sempit dan tinggal disepandjang pantai Laut Tengah. Israel dengan makin tambahnja imigran Jahudi, membutuhkan perluasan daerah pertanian. Karenanja ia harus berusaha menguasai gurun pasir Negev jang letaknja disemenandjung Sinai, berbatasan dengan Mesir. Untuk dapat memperluas tanah pertanian dan memperkembangkan perekonomiannja akan besar artinja baginja apabila Gaza (daerah Mesir) dapat berada ditangannja. Pula usaha untuk memperluas tanah pertanian kegurun Negev, hanja dapat dilaksanakan apabila ada air. Israel lalu menjusun projek pengairan gurun Negev. Untuk keperluan projek itu, airnja hanja dapat diambil dari Laut Mati. Jordania merasa keberatan karena apabila air diambil dari Laut Mati, dengan sendirinja Sungai Jordan akan kekurangan air.

3. Pertikaian Politik Negara-negara Arab.

Demikianlah beberapa masalah pokok jang menjulitkan tertjapainja perdamaian antara negara-negara Arab dengan Israel, sehingga sering pertentangan Arab-Israel dinamakan pertentangan jang Abadi. Disamping pertentangan Arab-Israel, ada pula pertentangan politik (kedalam) diantara negara-negara Arab sendiri, pertentangan mana jang menjebabkan bangsa Jahudi dapat memperoleh keuntungan besar dalam perdjuangannja mendirikan negara Israel sendiri. Dalam hal ini dapat kita sebutkan pertentangan politik antara Jordania, Mesir, Arab Saudi, Libanon, Syria.

Radja Abdullah dari Jordania, pada waktu perang dunia ke II, memihak kepada Inggris atas djandjinja, bahwa Inggris akan menghapuskan mandat Jordania, apabila Inggris menang perangnja. Legiun Arab Transjordania selandjutnja akan menggantikan tentara Inggris di Palestina. Setelah perang berachir dengan kemenangan sekutu, Inggris menepati djandjinja dengan menghapuskan mandat atas Jordania pada tanggal 22 Maret 1946. Selandjutnja Abdullah naik tachta keradjaan Jordania pada tanggal 25 Mei 1946. Pada waktu perang dengan Israel radja Abdullah memimpin sendiri penjerbuan dan memperoleh kemenangan-kemenangan besar. Legiun Arab Jordania berhasil menduduki Palestina Tengah sepandjang sungai Jordan, dan sebagian kota Darulsalam. Kemudian daerah Palestina jang direbutnja, digabungkan dengan Jordania. Abdullah kemudian mengumumkan dirinja sebagai radja Jordania dan Palestina pada tanggal 1 Desember 1948 dan menjebut keradjaannja sekarang Hasjimijah[1] Jordania pada tanggal 2 Djuni 1949.

Selandjutnja Abdullah bertjita-tjita mendirikan negara Syria-Raya yang akan meliputi Syria, Libanon, Palestina dan Jordania.

Sebaliknja Mesir (radja Farouk) mempunjai tudjuan politik jang lain dan mempelopori pembentukan pemerintahan Arab untuk Palestina jang didirikan di Gaza, dibawah mufti Jerusalem jang dahulu. Pada pokoknja negara-negara Arab lainnja dapat menjetudjui apabila Palestina didjadikan negara Arab Palestina jang merdeka dibawah mufti Muhammad Amir Al Huseini. Mesir dan Arab Saudi sangat takut terhadap maksud-maksud politik Abdullah, karena apabila Abdullah berhasil melaksanakan tjita-tjitanja, Keradjaan Syria-Raya, akan merupakan saingan jang berat baginja. Lebih-lebih Arab Saudi merasa sangat tjemas, karena Arab Saudi terbentuk atas keruntuhan keradjaan Husein.

Husein adalah ajah Abdullah. Husein seperti telah kita ketahui adalah Sjarif Mekkah jang kemudian memproklamasikan dirinja sebagai radja Arab, dan kemudian menjatakan dirinja sebagai Kalifah.

Abdul Aziz lbn Saud dari dinasti Saud setelah berhasil mengalahkan dinasti Rasjid jang memerintah Najd, kemudian menjerang Husein dengan alasan tak berhak menggunakan gelar Kalifah. Pada tahun 1924, ia berhasil merebut Mekkah kemudian Medinah pada tahun 1925. Selandjutnja mengumumkan dirinja sebagai radja Hedjaz dan Sultan Najd tanggal 8 Djanuari 1926, dimana kemudian beliau menjatakan dirinja sebagai radja Arab Saudi. Pada tahun 1953 wafat dan diganti puteranja Su'ud Ibn Saud radja Arab Saudi sekarang.

Dengan adanja perbedaan politik itu achirnja Abdullah dituduh mengadakan perundingan tersendiri dengan Israel tentang Palestina. Perbuatan tersebut dikatakan menjimpang dari ketentuan Liga Arab, dimana telah disetudjui, bahwa negara-negara Arab anggauta Liga Arab harus bertindak sebagai satu negara dalam menghadapi Israel.

Timbang terima dari tugas telah dilakukan dengan tjermat, seperti nampak diatas dilakukan antara Cie. A. dan Cie. B.

Pada tanggal 20 Djuni 19... Abdullah dibunuh oleh komplotan dimesdjid Darulsalam. Kemudian ia diganti oleh puteranja Talal, tetapi radja Talat djatuh sakit.

Berhubung puteranja Husein masih belum dewasa, maka Naif adik Talal bertindak sebagai walinja. Setelah Husein dewasa, beliau dinobatkan sebagai radja Jordan pada tanggal 2 Mei 1953.

Demikianlah antara lain benih-benih pertikaian politik antara negara-negara Arab sendiri kedalam, walaupun keluar sikapnja terhadap Israel satu. Sikap negara-negara Arab terhadap Israel satu, jakni: ,,Berusaha mengisolir dan melenjapkan negeri itu", karena dengan adanja negara tersebut ditengah-tengah negara Arab dipandangnja sebagai kanker ditubuh Arab; walaupun sikap politiknja terhadap Palestina selandjutnja mereka bertjerai-berai.

Sebaliknja Israel memiliki pula tudjuan politik sendiri, jaitu membuat kenjataan adanja negara Israel jang diakui oleh dunia. Berhubung letaknja jang dikelilingi negara-negara Arab jang penduduknja 40 djuta banjaknja itu, maka Israel berpendapat bahwa kelangsungan hidupnja hanja tergantung kepada kekuatan militernja. Selain itu Israel mengalami kesulitan dalam lapangan perekonomiannja berhubung makin padatnja penduduk (imigran berdjalan terus), sedangkan tanah pertanian tidak tjukup. Untuk meluaskan tanah pertanian, ia mengharapkan semenandjung Sinai dan Gaza jang berada ditangan Mesir jang penting artinja pula dari sudut perluasan perdagangan. Selain itu ia mengingini pula dataran sungai Jordan jang direbut Jordania. Untuk berlangsungnja perdagangan dengan dunia luar — terutama ke Asia — Israel menuntut kebebasan lalu-lintas diterusan Suez dan keamanan pelajaran diteluk Aqaba. Sedangkan lalu-lintas diterusan Suez dilarang Mesir, dan teluk Aqaba jang menghubungkan laut Merah dan Teluk Persia didjaga kuat oleh Mesir dan Arab Saudi.

Dengan demikian maka kita sekarang tahu apabila Israel berusaha menggunakan kesempatan sebaik-baiknja, dengan adanja perselisihan Mesir dan lnggris-Perantjis tentang terusan Suez. Dan dengan segala senang hati melantjarkan agressinja terhadap Mesir, untuk memberi kesempatan kepada lnggris menduduki terusan Suez kembali.

Pos El Tharif.

dengan bantuannja itu ia mengharapkan dapat memperoleh Gaza disamping ia akan mendapatkan djaminan kebebasan pelajaran diterusan Suez, dan keamanan pelajaran diteluk Aqaba. Karena apabila terusan Suez berada ditangan Mesir, Mesir akan tetap menghalang-halangi Israel untuk berlajar diterusan tersebut.

4. Nasionalisme Arab.

Pertengahan abad ke XX adalah merupakan Abad kebangkitan Asia-Afrika atau merupakan Abad kemenangan dari pergolakan Nasionalisme dikedua benua tersebut. Berpuluh-puluh tahun lamanja kedua benua tersebut mendjadi daerah djadjahan atau daerah pengaruh dari negara-negara Barat dan menderita akibat dari politik imperialisme dan politik kolonialisme jang didjalankan oleh negara-negara tersebut. Apabila dahulu negara-negara Barat mendjalankan imperialisme politik dengan mendjadikan tanah-tanah djadjahannja sebagai miliknja jang tidak dapat diganggu gugat, maka sedjalan dengan timbulnja revolusi industri di Eropa-Barat pada permulaan abad ke-19, maka mulai muntjullah bentuk imperialisme modern atau imperialisme ekonomi. Dengan timbulnja revolusi industri di Inggris, maka mulai muntjullah industri-industri besar dinegara Eropa lainnja. Industri-industri besar itu tentu membutuhkan bahan mentah dan pasar untuk barang-barang hasil produksi. Timbullah persaingan jang hebat antara negara-negara Eropa dan mereka mulai berlomba-lomba mentjari tanah djadjahan untuk didjadikan tempat bahan mentah dan pasar dari barang-barang industrinja. Asia-Afrika dengan sendirinja jang paling menderita akibat politik itu, karena tanah djadjahan dikedua benua itu sekarang didjadikan objek, disatu pihak didjadikan tempat bahan-bahan mentah dipihak lain didjadikan pasar untuk barang-barang jang dihasilkan oleh negara-negara jang memiliki industri besar. Dengan demikian, maka kaum pengusaha dinegara-negara pendjadjah mendjadi kaja-raja, rakjat tanah djadjahan mendjadi miskin sedangkan perusahaan-perusahaan milik penduduk didaerah djadjahan mengalami kehantjuran akibat dibandjiri oleh barang-barang pabrik.

Keuntungan jang besar dari para pengusaha dinegeri-negeri pendjadjah mengakibatkan terkumpulnja modal-modal besar. Mulailah mereka mentjari penanaman modal dengan mendirikan perusahaan-perusahaan dinegara-negara koloninja, karena dinegara-negara itu dapat diperoleh tenaga buruh jang murah pula. Hal itu karena keadaan di tanah djadjahan rakjatnja melarat dan tidak mampu lagi untuk mendjadi pengusaha. Proses kemelaratan itu tetap langsung berdjalan, karena keuntungan-keuntungan para pengusaha asing itu berlipat djika dibandingkan dengan upah buruh dan faktor-faktor produksi lainnja jang harus dibajarkan kepada penduduk negeri.

Demikianlah gambaran dari imperialisme modern jang berkembang di Asia-Afrika. Indonesiapun mengalami kepahitan dari praktek bangsa Belanda jang berdjalan bertahun-tahun lamanja. Kesengsaraan jang ditimbulkan oleh praktek kaum imperialis dan kolonialis itu ditanah-tanah djadjahan achirnja menimbulkan reaksi ditanah-tanah djadjahan jakni timbulnja arus nasionalisme. Tanah-tanah djadjahan memberontak untuk membebaskan diri dari negara-negara pendjadjah, karena dengan adanja pendjadjahan itu berarti kemelaratan dan kesengsaraan. Mereka ingin menentukan nasibnja sendiri dan ingin sederadjat dengan bangsa-bangsa lainnja didunia, Muntjullah negara-negara Nasional jang memiliki batas-batas daerah jang tertentu dengan kesatuan-kesatuan kebangsaannja masing-masing.

Demikianlah taufan jang mengarnuk dibenua Asia dan Afrika dan menumbangkan satu-persatu kekuasaan pendjadjahan. Arus nasionalisme Asia-Afrika dengan pesatnja berkembang terus kearah pelenjapan dan pengikisan sisa-sisa kolonialisme dan imperialisme dalam segala bentuk, demi untuk penjempurnaan kedaulatan dan kemerdekaan negaranja masing-masing.

Udjud dari nasionalisme Asia-Afrika adalah:

a. Pembentukan negara-negara Nasional dengan batas-batas daerah dan kesatuan-kesatuan kebangsaannja masing-masing.

b. Penjernpurnaan dari kedaulatan dan kemerdekaan negara dengan melenjapkan sisa-sisa kolonialisme dan imperialisme dalam segala bentuk.

c. Pembangunan untuk mengembangkan seluruh persediaan bangsa agar supaja taraf penghidupan rakjatnja naik.

Untuk segera dapat melaksanakan pembangunan dalam negerinja agar supaja setaraf dengan negara-negara lain didunia jang telah madju, maka dibutuhkan waktu damai, karena dalam keadaan perang atau huru-hara tidak mungkin dapat dilaksanakan pembangunan.

Dengan adanja persamaan nasib itulah, maka konperensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1954, jang diikuti oleh 29 negara Asia-Afrika berachir dengan succes. Suara Bandung kemudian berkumandang keseluruh dunia. Dengan tegas konperensi (Asia-Afrika) mengutuk kolonialisme, dan menjatakan, bahwa kolonialisme dalam segala bentuk itu adalah suatu kedjahatan dan karenanja harus diachiri dengan segera. Negara-negara jang bersangkutan dituntut, supaja segera memberikan kemerdekaan kepada bangsa-bangsa jang didjadjah. Selandjutnja Konperensi A-A menjokong hak dari rakjat Aldjazair Maroko dan Tunisia untuk menentukan nasibnja sendiri dan mendesak kepada Perantjis supaja segera menjelesaikan dengan damai. Untuk memadjukan negara-negara A-A., dalam lapangan ekonomi dan kebudajaan akan diadakan kerdja-sama berdasarkan kepentingan timbal balik dan penghormatan terhadap kedaulatan masing-masing. Selandjutnja untuk memadjukan perdamaian dunia, Konperensi A-A, menghasilkan suatu declaratie jang memuat 10 fatsal, jang dimaksud sebagai pedoman dalam usaha untuk meredakan ketegangan dunia, karena apabila perang petjah, hal itu akan berarti kehantjuran dari umat manusia. Dengan demikian maka konperensi Bandung itu menggambarkan kebangkitan dari bangsa-bangsa Asia-Afrika dan merupakan pangkal permulaan dari berachirnja kolonialisme dikedua benua tersebut.

Apabila kita sekarang menindjau pergolakan nasionalisme didaerah Timur Tengah dari dekat, maka sebenarnja tjita-tjita pembentukan negara-negara nasional jang masing-masing berdaulat dan memiliki batas-batas kenegaraan tertentu dengan kesatuan kebangsaan masing-masing, mulai tampak dengan kuat setelah berachirnja perang dunia ke-I. Hal itu misalnja sadja Mesir, Syria, Libanon, Jordania, Arab Saudi.

Nasionalisme di Mesir mulai berkembang sedjak adanja pemberontakan Arabi Pasha tahun 1881, terhadap lnggris, karena keputusan Inggris untuk mendjalankan pengawasan keuangan Mesir. Seluruh Mesir kemudian lalu diawasi oleh Inggris.

Kemudian pada tahun 1907 ada kongres Nasionalis jang ke I, dibawah pimpinan Mustapha Kamal jang menghendaki pembangunan Mesir dan mentjapai kemerdekaan penuh. Djiwa itu hidup terus jang kemudian dipelopori party Wafd. Pada waktu perang dunia ke I, Abbas Helmi radja Mesir, memihak Djerman dan Turki. Ia dipetjat oleh Inggris dan digantikan oleh Pangeran Husein Kamil dengan menggunakan gelar Sultan. Pada tahun 1917 beliau wafat dan diganti puteranja Fuad. Dengan berachirnja peperangan, maka Mesir lalu dinjatakan sebagai negara protektorat Inggris. Kemudian berhubung dengan adanja gerakan nasionalisme jang kuat, Inggris terpaksa menghapuskan keprotektoratannja atas Mesir pada tahun 1922, tetapi tentara Inggris tetap berada di Mesir dengan alasan untuk mempertahankan terusan Suez.

Syria adalah negeri mandat Perantjis, berdasarkan ketetapan dari Liga Bangsa-bangsa tanggal 25 April 1920. Dalagt Perang Dunia Perantjis menjerbu ke Syria jang diwaktu itu adalah daerah Turki dan berhasil merebut Damsjik dan menduduki seluruh Palestina. Kemudian Perantjis mendjalankan politik devide et impera dengan djalan membagi Syria dalam 4 negara bagian jakni: Damsjik, Alleppo, Allawi dan Libanon Raya. Keempat negara bagian itu ditempatkan dibawah

Betapa djauh djarak dan beratnja rintangan dalam perdjalanan, tidak mendjadi alasan bagi pimpinan untuk memusatkan perhatiannja kepada tugas pasukannja. Nampak·dalam gambar ini rombongan komandan Batalion sedang mengundjungi pos-depan di El Kuntilla.

satu pemerintahan federal. Sebaliknja gerakan nasionalisme Arab menghendaki satu negara Syria jang merdeka. Terdjadilah pemberontakan Drus di Syria. Dengan adanja pemberontankan itu dibuktikan bahwa semangat nasionalisme tak dapat ditindas begitu sadja dengan kekuatan militer. Politik Perantjis lalu bcrubah lebih lunak, tetapi tetap berusaha memetjah belah negeri tersebut.

Pada tanggal 23 Mei 1926, Libanon didjadikan Republik Libanon dengan Ibu kota Beirut, dan kemudian tanggal 22 Mei 1930 daerah diluar Libanon didjadikan Republik Syria dengan ibukota Damsjik. Oleh kedua negeri itu kemudian diadakan perdjandjian persahabatan dan persekutuan, dimana Perantjis berdjandji akan mengachiri mandatnja 3 tahun kemudian.

Waktu perang Dunia ke II, Pemerintah Perantjis di Syria memihak Pemerintah Perantjis Vichy jang pro Djerman. Tentara Inggris dan Perantjis Merdeka (De Gaule) berhasil merebut seluruh Syria dan kemudian mengumumkan kemerdekaan Syria dan Libanon. Mandat Perantjis atas daerah itu ditjabut pada tanggal 12 Djuli 1941.

Berdirinja Jordania sebenarnja karena ada tudjuan-tudjuan lnggris jang tertentu, berhubung makin kuatnja Abdul Aziz lbn Saud di Arab Saudi disebelah selatan Palestina. Berdasarkan persetudjuan San Remo 15 April 1920, Palestina dan Iraq akan diberikan kepada Inggris sebagai negara mandat dan Syria mendjadi mandat Perantjis. Piagam San Remo itulah jang didjadikan pedoman untuk mengadakan perdjandjian perdamaian dengan Turki (Daerah Turki dirampas oleh kedua negara tersebut).

Dengan makin kuatnja Abdul Aziz Ibn Saud, Inggris ingin mentjiptakan negara Arab jang letaknja antara sungai Jordan dan batas timur Palestina jakni negara Jordania sekarang. Tudjuannja ialah mentjiptakan negara pemisah antara Arab Saudi dan Palestina, karena Inggris takut Arab Saudi mengadakan expansi keutara karena batas-batas Arab Saudi diutara belum ditentukan.

Abdullah dengan menggunakan tentara Badwi berhasil merebut Palestina selatan. Oleh lnggris ia segera diangkat sebagai Amir dari Jordania pada tanggal 28 Maret 1920. Selandjutnja lnggris menjatakan mau mengakui negerinja apabila Abdullah suka mengadakan perdjandjian dengan lnggris. Setelah mendapat tekanan-tekanan achirnja Abdullah bersedia mengadakan perdjandjian.

a. Jordan diakui kemerdekaannja tetapi berada dibawah mandat Inggris.

b. Perekonomian Jordania berada dibawah Inggris, dan lnggris mendapat pangkalan udara Amman dan Yisah.

c. Tentara Jordan dibangun mendjadi legiun Arab Jordania jang akan dilatih lnggris dan dibawah opsir-opsir lnggris (Djenderal Glupp Pasha).

Waktu perang Dunia ke-II, Jordania membantu Inggris, karena Inggris berdjandji akan menghapuskan mandat atas Jordania apabila ia menang perang. Pada tanggal 22 Maret 1946 mandat atas Jordania ditjabut.

Pada achir perang dunia ke-II, neguru-negara Arab telah berhasil melepaskan diri dan mendjadi negara merdeka jang berdaulat penuh, tetapi pengaruh-pengaruh asing serta sisu-sisa pendjadjahan itu masih ada. Dalam hal itu jang sangat merasakan tekanan-tekanan tersebut adalah Mesir, karena terusan Suez beruda diwilajahnja masih diduduki Inggris. Pula terusan itu adalah merupakan bagian integral dari wilajah Mesir tetapi keuntungan dari Perusahaan Suez itu hanja sebagian ketjil sekali jang masuk ketangan Mesir. Begitu pula Jordan sebagai negara jang merdeka, tentaranja ada dibawah pimpinan opsir-opsir asing dan terdapatnja pangkulan-pangkalan militer asing dinegeri itu. Pula negeri itu hidupnja sangat tergantung kepada subsidi lnggris, sehingga politik luar negerinja akan terikat kepadanja.

Sebagian pelopor dari usaha pengikisan dan pelenjapan sisa-sisa kolonialisme asing adalah Mesir. Hal itu bersangkutan dengan adanja pergolakan dalam negeri. Pergolakan Nasionalisme Mesir memuntjak setelah Mesir mengalami kekalahan peperangan dengan Israel pada tahun 1948 dan bertahan diperbatasan Palestina. Kekalahan Mesir itu merupakan tamparan jang keras terhadap opsir-opsir. Mesir, karena sebagai negara Liga Arab, Mesirlah jang paling kuat dan diharapkan akan memperoleh kemenangan-kemenangan. Timbul pertanjaan apakah sebab kekalahan itu, ternjata alat-alat sendjata jang dikirim kemedan pertempuran adalah alat-alat jang rusak. Djadi adanja korupsi dalam pembelian alat scndjata oleh Kementerian Pertahanan. Selain itu Farouk hidupnja terlalu mewah, dan terdapat pula korupsi dilingkungan bawahannja. Opsir-opsir muda menuntut supaja diadakan pembersihan, baik dalam kalangan angkatan perang maupun diluarnja. Tetapi Farouk malah bertindak sebaliknja dengan menjuruh menangkap opsir-opsir jang mengadakan tuntutan itu.

Pada tanggal 23 Djuli 1952, sekomplotan opsir berhasil mengadakan perebutan kekuasaan tanpa mengalirkan darah. Pelopor dari revolusi itu Kolonel Nasser. Djendral Nadjib karena dipandang lebih tua, maka lalu diserahi tampuk pemerintahan militer. Beberapa hari kemudian tanggal 26 Djuli 1952 Farouk diturunkan dari tachta dan berachirlah keturunan Ali jang memerintah selama satu abad di Mesir. Pada tanggal 18 Djuli 1953 Mesir
Indonesian peacekeepers installing phone lines in the Sinai, Garuda Perdamaian, p113
Indonesian peacekeepers installing phone lines in the Sinai, Garuda Perdamaian, p113

Anggota Phb. sedang memasang lijn tilipon di Sinai.

diproklamasikan sebagai negara Republik Mesir dengan Nadjib sebagai presidennja. Nadjib ingin segera mengembalikan pemerintahan parlementer. Nasser menentang, maka Nadjib digeser kedudukannja oleh Nasser. Dalam pemilihan presiden baru-baru ini Nasser dipilih sebagai Presiden Republik Mesir.

Politik Mesir dalam djangka waktu pendek ialah melepaskan diri dari kekuatan asing (terutama Inggris). Mesir menuntut agar tentara Inggris jang sesudah perang dunia ke-II tersebar di Mesir segera ditarik kembali, karena keadaan sudah tidak sesuai lagi dengan perdjandjian tahun 1936. Di Mesir sudah tidak ada perang dan tidak ada bahaja jang mengantjam sehingga tidak diperlukan lagi adanja tentara pendudukan Inggris. Djuga Mesir menuntut, supaja Inggris meninggalkan terusan Suez, karena Mesir sekarang berpendapat telah tjukup kuat untuk mempertahankan terusan itu sendiri. Achirnja tentara Inggris meninggalkan Suez bulan Djuni 1955. Selain itu Mesir mendjalankan politik pembangunan untuk membangun Mesir Baru, Mesir bertudjuan membebaskan rakjat dari sisa-sisa feodalisme, pemerasan dan korupsi. Untuk maksud tersebut Nasser mendjalankan politik diatas persatuan rakjat dengan semangat jang berkobar-kobar dan, tidak menghiraukan reaksi-reaksi negara Jain. Nasser berdjalan terus dengan berpedoman bekerdja demi kebebasan Mesir dari kekuasuan asing dan demi kemakmuran dan kedjajaan Bangsa seluruhnja.

Setelah melihat politik Mesir, maka apabila kita tindjau dari pergolakan nasionalis Mesir, maka nasionalisasi terusan Suez achir-achir ini, walaupun sebab-sebab jang langsung dari tindakan Nasser itu lain (karena pembatalan bantuan untuk pembuatan dan Aswan oleh Inggris-Amerika), sebenarnja hanja merupakan tindakan kelandjutan dalam usaha Mesir untuk menjempurnakan kedaulatan negaranja,

Selandjutnja Nasionalisme Arab jang dipelopori oleh Mesir bertumbukan dengan adanja anasir luar negeri jang berketjamuk di Timur Tengah. Anasir itu ialah adanja pertentangan antara Blok Eropa Timur dengan Blok Eropa Barat, jang berebutan berusaha menanamkan pengaruhnja didaerah itu. Hal itu disebabkan oleh karena daerah tersebut penting sekali artinja dipandang dari strategie militer dan kekajaan persediaan minjaknja. Dalam rangka usaha pertahanan dari kedua Blok itu, negara-negara Arab mendjalankah politik sendiri-sendiri. Ada jang bersikap netral dan ada jang terang-terangan telah mengikatkan diri pada suatu blok pertahanan, sehingga gerak nasionalisme Arab tidak dapat berdjalan dengan wadjar.

5. Pertahanan di Timur Tengah dalam rangka Pertentangan dua blok.

Dimuka telah kami kemukakan, bahwa dengan adanja pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur, maka menempatkan Timur Tengah dalam kedudukan jang penting bagi pertjaturan politik, Hal itu karena letak geografisnja dan kekajaan minjaknja.

Geografis letak Timur Tengah sangat penting, karena sebagai urat nadi lalu-lintas dunia baik djalan melalui lautan, darat maupun udara. Timur Tengah dapat digunakan sebagai batu lontjatan untuk mengadakan serangan-serangan kebenua Eropa dan dapat dipergunakan sebagai pangkalan untuk mendjamin perhubungan laut, darat dan udara kedaerah Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Dengan berachirnja perang Dunia ke II, lnggris sangat chawatir, karena melihat tanda-tanda adanja usaha Rusia untuk menerobos kedaerah itu, terutama melalui Iran Utara jang kaja sumber-sumber minjak. Di Iran Utara, ketjuali terdapat sumber-sumber minjak (daerah Azerbaijsan dan Kurdistan) penting sekali artinja bagi strategie militer. Iran menghubungkan teluk Persia dan laut Kaspia (Rusia), diaerah itu terdapat djalan-djalan besar dan djalan-djalan kereta api Basra-Bagdad-Mussul-Abadan-Khranskahr-Teheran-Tibris Rusia.

Apabila daerah itu ada dibawah pengaruh Rusia, maka itu berarti ia berangsur-angsuq akan dapat menguasai Iran sepenuhnja dan jang akan berarti tertjapainja politik air hangat dalam menembus kelaut Hindia dan dapat menguasai daerah jang kaja minjak jang penting untuk peperangan modern. Waktu perang Dunia ke II berketjamuk, melalui djalan-djalan tersebut diataslah Rusia menerima bantuan USA untuk menahan tentara Djerman jang djuga menjerbu menudju daerah itu.

Dengan demikian, maka usaha untuk tetap menanamkan pengaruhnja di Timur Tengah adalah penting sekali, baik bagi lnggris sendiri maupun sekutunja Amerika Serikat. Karenanja baik bangsa Jahudi maupun bangsa Arab harus dapat didjadikan kawan. Jahudi karena besar pengaruhnja didunia (orang-orang Jahudi adalah kaja-kaja, terutama di Amerika Serikat), dan bangsa Arab karena tanpa bangsa Arab jang 40 djuta, Timur Tengah akan sukar dapat dipertahankan. Karenanja sikap Inggris jang paling mudah meninggalkan Palestina jakni bersikap tjutji tangan terhadap masalah jang ditimbulkan. Penarikan pasukan lnggris dari Palestina, dengan langsung memberi kemungkinan bangsa Jahudi untuk bertindak memproklamasikan berdirinja Republik Israel. Sikap tjutji tangan selain untuk menundjukkan kepada bangsa Arab bahwa Inggris tidak menjetudjui putusan U.N.O., sebenarnja mengandung maksud-maksud jang tertentu.

Dengan timbulnja negara Israel jang kuat, maka akan terdapat keseimbangan kekuatan di Timur Tengah, jakni antara Israel dan

Penjeberangan di Terusan Suez.

negara-negara Liga Arab. Berdirinja Liga Arab tahun 1945 sebenarnja djuga atas dorongan Inggris.

Dengan adanja keseimbangan di Timur Tengah, maka Inggris mengharapkan tetap akan dapat mendjalankan rolnja dan melaksanakan tudjuan-tudjuan politiknja dinegara-negara Arab. Pokoknja adanja pertentangan jang seimbang antara Arab-Israel dan adanja pertentangan politik antara negara-negara Arab sendiri, Inggris mengharapkan akan tetap dapat menanamkan kekuasaannja, walaupun dengan bentuk jang lain, sehingga kepentingan-kepentingannja jang vitaal di Timur Tengah dapat didjamin.

Usaha Inggris untuk mempertahankan kedudukannja di Timur Tengah dengan tjara membuat keseimbangan kekuatan dan menempatkan dirinja sebagai kawan dari negara-negara tsb, mendapat sokongan dari Perantjis dan Amerika Serikat. Hal itu ternjata dengan keluarnja pernjataan bersama Inggris-Perantjis-Amerika Serikat pada tanggal 25 Mei 1950, jang maksudnja ialah untuk mendjamin:

Adanja keseimbangan persendjataan antara negara-negara Arab dan Israel, maka untuk itu maka semua bantuan sendjata atau alat-alat perang Jainnja akan dibatasi dan disesuaikan dengan maksud tsb; dari negara-negara lain, Inggris-Perantjis-Amerika mengharapkan sikap jang sama pula.

Pemberian sendjata kepada negara-negara Timur Tengah dilakukan hanja dengan sjarat, bahwa sendjata itu akan dipergunakan mendjamin keamanan dalam negeri. Selandjutnja ketiga negara tersebut menentang pemakaian kekerasan untuk mengadakan perubahan garis gentjatan sendjata dan garis-garis perbatasan.

Selain itu Inggris bermaksud pula agar persekutuan Liga Arab dapat digunakan sebagai alat untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan penetrasi Soviet Rusia ke Timur Tengah. Tetapi ternjata maksud itu gagal, karena adanja arus nasionalisme Arab jang dipelopori Mesir. Seperti telah kita kemukakan, dengan adanja revolusi di Mesir pada tanggal 23 Djuli 1952 dan dengan turunnja Farouk dari tachta, sikap Mesir tampak anti Inggris. Mesir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan asing dan melenjapkan sisa-sisa kolonialisme jang masih ada. Sikap netral positif dari Mesir jang kemudian diikuti negara-negara Arab lainnja menjebabkan Inggris mentjari siasat lain.

Dengan singkat arus nasionalisme Arab jang dipelopori oleh Mesir jang berusaha menemukan kepribadian sendiri dari bangsa Arab, bertumbukan dengan perkembangan politik internasionalis, sebagai akibat pertentangan dua blok besar di Timur Tengah jang saling berebutan untuk mendapatkan pengaruh.

Memang Liga Arab tidak mungkin dapat dipergunakan Inggris sebagai alat pembendungan pengaruh Soviet Rusia di Timur Tengah, karena tali ikatan utama dari Liga Arab ialah untuk menghadapi Israel atau ditudjukan kepada Israel. Dengan adanja pertentangan dua blok, maka sikap negara-negara Arab terpetjah mendjadi dua. Ada jang terang-terangan tjondong ke blok Barat dan memandang pentingnja ikut dalam perdjandjian keamanan bersama Barat dan ada jang bersikap netral. Pendirian pertama dalam Liga Arab tersebut, diwakili oleh Iraq, sedangkan pendirian kedua dipelopori oleh Mesir jang kemudian mendapat sokongan dari Arab saudi, Syria dan Jordania.

Setelah melihat kelemahan Liga Arab, maka lnggris mentjari djalan lain. Atas dorongan Inggris, maka terbentuklah pakt keamanan bersama Turki-Iraq di Bagdad pada tanggal 24 Februari 1955 jang selandjutnja terkenal sebagai Pakt Bagdad. Sifat perdjandjian itu terbuka, artinja negara-negara lain dapat ikut serta dengan djalan memasuki perdjandjian itu. Kemudian Inggris dan Pakistan masuk da]am perdjandjian itu, sedang Amerika Serikat hanja sebagai anggauta tidak resmi, dan akan ikut dalam panitya-panitya militer pakt itu. Ikutnja Amerika Serikat setjara langsung dalam Pakt Bagdad tidak begitu penting karena sudah ada perdjandjian militer dengan Turki dan Pakistan.

Pada hari belakangan Iran menjatakan masuk dalam Pakt, sehingga dengan demikian Blok Barat berhasil mengepung Soviet Rusia disebelah Selatan perbatasan. Sebaliknja Soviet Rusia menganggap masuknja Iran dalam Pakt Bagdad sebagai pelanggaran perdjandjian Soviet dan Iran, dan segera mengirimkan nota antjaman kepada negara tersebut.

Usaha Inggris untuk menarik Jordan kedalam Pakt Bagdad boleh dikata gagal, karena sikap Jordan tjondong kepihak Mesir. Hal itu terbukti dengan pemetjatan Djenderal Glupp Pasha sebagai panglima Legiun Jordania jang diikuti dengan pemetjatan opsir-opsir Inggris lainnja dan permintaan pembatalan perdjandjian persekutuan Inggris-Jordan tahun 1948. Sebagai ganti subsidi Inggris £ 12.000.000 berdasarkan perdjandjian tahun 1948, Arab-Saudi, Mesir dan Syria bersedia memberi bantuan sebesar £ 12.500.000 selama 10 tahun.

Demikianlah perbedaan pandangan politik negara-negara Arab dengan adanja pertentangan dua blok jang sangat besar pengaruhnja dalam kehidupan politik di Timur Tengah. Untuk menghadapi Israel sikap negara-negara Arab satu, tetapi dalam rangka pertahanan kedua blok, mereka menundjukkan sikapnja jang berlainan. Dengan adanja perbedaan sikap jang achir itulah, maka nasionalisme Arab tidak dapat berkembang dengan wadjar. Tidak berkembang dengan wadjar dalam hal ini bukan berarti berhenti, hal itu terbukti nanti dengan adanja tindakan Inggris-Perantjis-Israel terhadap Mesir berhubung dengan masalah Suez. Negara-negara Arab tjukup menundjukkan solidariteitnja dan memandang nasionalisasi itu sebagai usaha Mesir untuk menjempurnakan kedaulatan negaranja.

Lama sebelum timbulnja masalah Suez, memang Mesir telah mengadakan persiapan-persiapan sendjata untuk menghadapi Israel. Mesir tahu, bahwa Israel telah lama memiliki sendjata-sendjata modern dari negara-negara Barat, sedang negara-negara Arab persendjataannja djauh ketinggalan. Usaha untuk mendapatkan sendjata dari Amerika Serikat mendjumpai kegagalan, karena sjarat-sjarat jang diadjukan oleh Amerika Serikat ialah, supaja Mesir masuk kedalam bloknja, pula karena pembajaran itu harus dilakukan dengan dollar.

Cie. A bersiap-siap akan berangkat. Kemana? Tunggu perintah, tapi pasti digurun pasir ............................

Sementara itu pada tanggal 28 Pebruari 1955 Israel mengadakan serbuah kedaerah Gaza Strip jang berarti pelanggaran terhadap terhadap gentjatan sendjata tahun 1955.

Dewan Keamanan mengutuk tindakan Israel tsb. dan menjerukan supaja Israel dan Mesir bekerdja sama dengan Badan Pengawas Gentjatan Sendjata P.B.B. Atas pertimbangan - setelah menjerbu Gaza Strip - maka Nasser bertindak.

Untuk mengimbangi kekuatan Israel; maka Mesir terpaksa berusaha mentjari sendjata dari blok Rusia. Pada musim semi 1955 diadakan perundingan antara duta Mesir dan duta Tjekoslovakia tentang kemungkinan pembelian sendjata antara lain pesawat-pesawat M.I.G., tank, meriam dan lain-lain. Pelaksanaan dari pernbelian sendjata itu kira-kira pada bulan Nopembcr 1955, dimana sebagai gantinja Mesir akan mengirim kapas.

Disamping mengadakan pembelian sendjata, negara-negara Arab berusaha menghimpun angkatan perangnja. Pada tanggal 21 April 1955 Mesir, Arab Saudi. dan Yaman menandatangani Pakt Militer di Djeddah. Kemudian pada tanggal 5 September 1955 di Riad diadakan konperensi militer lagi antara Mesir, Libanon, Syria, Arab Saudi dan Jordania.

Pembelian sendjata itu, sudah barang tentu menimbulkan perubahan kekuatan, karena Mesir sekarang mendjadi kuat. Statusquo jang didjamin oleh Inggris-Perantjis-Amerika dengan sebuah deklarasi bulan Mei 1955, dengan sendirinja akan terantjam. Disamping itu negara-negara Barat sangat tjemas, karena pembelian sendjata itu datangnja dari Blok Timur dan dichawatirkan Rusia akan beroleh kesempatan untuk menanamkan pengaruhnja di Mesir. Apabila itu terdjadi, berarti Rusia berhasil menembus dibelakang garis pertahanan Barat jang digalang dengan Pakt Bagdad, jakni Turki, Iraq, Iran dan Pakistan.

Blok Barat dengan keras berusaha menghentikan pembelian sendjata dari Blok Timur itu, sedangkan dari fihak Israel mendesak dengan keras supaja kepadanja diberikan bantuan sendjata-sendjata baru dengan alasan untuk mendjaga kemungkinan dari serangan Mesir. Selandjutnja Blok Barat menuduh kepada Rusia sengadja mengeruhkan situasi di Timur Tengah dengan djalan merusak keseimbangan kekuatan didaerah itu untuk mentjapai tudjuan-tudjuan politiknja, Sebaliknja Rusia mendjawab, bahwa kekeruhan di Timur Tengah djustru disebabkan oleh tjampur tangan Barat didaerah itu. Uni Soviet selandjutnja menundjuk antara lain kegiatan-kegiatan fihak Barat di Iran, dimana negeri itu achirnja diseret dalam Pakt Bagdad.

Usaha Barat untuk menghentikan pelaksanaan pembelian sendjata dari Tjekoslovakia antara lain dengan djalan djandji akan memberikan bantuan kepada Mesir dalam usahanja membangun bendungan Aswan. Amerika dan Inggris dalam bulan Desember 1955 mendjandjikan akan memberi bantuan uang sebesar 70 djuta dollar sebagai djangka permulaan, Kemudian dari Bank Dunia didjandjikan pula sebesar 200 djuta dollar. Untuk mengimbangi Arnerika-Inggris, Rusia kemudian menawarkan kesediaannja untuk membantu pembiajaan kira-kira sepertiganja serta menjanggupi pemberian bantuan tehnik dan ekonomi.

Dengan demikian, maka usaha negara-negara Barat untuk menarik Mesir dengan djandji bantuan itu gagal sama sekali. Achirnja Amerika menuduh Nasser mendjalankan politik netral bermuka dua dan tjondong ke Blok Timur. Sebagai tindakan jang menghukum politik Nasser jang bermuka dua, maka dibatalkan djandji bantuan bendungan Aswan oleh Amerika jang segera disusul pula oleh sekutunja, Inggris. Seperti telah kita ketahui dalam surat-surat kabar, maka sebagai balasan Nasser dengan mengambil tindakan menasionalisasi Kongsi Terusan Suez, dimana sebagian besar andilnja dimiliki Inggris dan beberapa dimiliki Perantjis. Dengan demikian timbullah perselisihan antara Mesir dengan lnggris-Perantjis. Inggris-Perantjis menghendaki agar Suez ditempatkan dalam Badan Internasional jang kemudian akan mendjalankan exploitasinja atas terusan Suez.

Dengan timbulnja masalah Suez, Israel melihat adanja kesempatan jang baik sekali untuk memukul Mesir: terutama ia mengingini daerah Gaza serta adanja djaminan kebebasan pelajaran di terusan Suez dan keamanan pelajaran di Teluk Aqaba. Itulah apa sebabnja Israel dapat digunakan sebagai alat oleh Inggris dan Perantjis untuk melantjarkan serangannja terhadap Mesir, supaja kedua negara itu sempat menduduki kembali terusan Suez dan menginternasionalisasikannja.




Berlatih diwaktu senggang dan dalam keadaan jang mengizinkan, adalah salah satu sendi dalam menghadapi segala kemungkinan. Djuga Corps Phb. kita dalam hal ini tidak mau ketinggalan.

Alasan untuk menduduki terusan itu ialah, bahwa dengan serangan Israel jang menudju ke terusan Suez, dichawatirkan akan dapat merusakkan terusan itu, sebenarnja hanja merupakan alasan jang dibuat dan direntjana terlebih dahulu.

Selain itu perlu diingat, bahwa antara Inggris dan Amerika Serikat sendiri sebenarnja ada pertentangan sikap di Timur Tengah, jakni adanja persaingan mengenai sumber-sumber minjak. Aramco misalnja berani memberikan bagian keuntungan 40% — 50% kepada Arab Saudi, sedangkan Anglo Iranian Oil Company hanja berani memberikan keuntungan 20%. Itu sebabnja, maka timbul tuntutan-tuntutan di Iran, jang menimbulkan tindakan nasionalisasi diwaktu Perdana Menteri Mossadeq berkuasa. Adanja persaingan itu, maka sering mengakibatkan tidak adanja kesatuan politik antara Amerika dan Inggris di Timur Tengah. Amerika berpendapat, bahwa untuk tetap memelihara hubungan baik dengan daerah itu, maka politik kolonialisasi dan exploitasi seperti Inggris di waktu-waktu jang lampau supaja diachiri, dan dirobah dengan hubungan ekonomi jang saling menguntungkan dengan negara-negara tersebut. Itulah sebabnja maka Amerika memberikan pembagian keuntungan jang seimbang seperti tersebut diatas.

Dari perbedaan pandangan itu, maka dapat kita ketahui mengapa sikap Amerika Serikat agak lunak terhadap masalah Suez dan tidak menjetudjui tindakan Inggris-Perantjis terhadap Mesir, dan mengandjurkan penjelesaian setjara damai.

Tindakan kekerasan Inggris-Perantjis ternjata mengakibatkan reaksi jang besar sekali dari negara-negara Arab, sampai Iraq mengantjam akan keluar dari Pakt Bagdad dan tidak suka duduk dalam perundingan Pakt Bagdad dengan Inggris.

Pengaruh dan kekuasaan Inggris-Perantjis di Timur Tengah lenjap sama sekali dengan adanja tindakan militer tersebut. Amerika chawatir, bahwa dengan lenjapnja kekuasaan Inggris-Perantjis didaerah itu akan memberi kesempatan kepada Rusia untuk mengadakan penetrasi kedaerah tersebut. Timbullah teori vacuum kekuasaan dari Amerika Serikat. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan itu, maka ditelorkan doktrin Eisenhower untuk Timur Tengah. Dengan doktrin tersebut, maka dengan menggunakan Arab Saudi, Amerika Serikat berusaha menarik Jordania kefihaknja dan mengisolir Mesir dan Syria dari negara-negara Arab lainnja.

Demikianlah situasi di Timur Tengah jang sangat berbelit-belit itu, jang sebagian besar ialah karena akibat kekajaan minjaknja dan letaknja jang sangat vitaal bagi perhubungan lalu-Iintas dunia dan keperluan strategie militer, sehingga negara-negara Barat dan Timur berebutan untuk menanamkan pengaruhnja dan kekuasaannja didaerah itu. Disamping itu adanja pergolakan sendiri diantara negara-negara Arab dan adanja pertentangan jang latent antara negara-negara Arab tersebut dengan Israel. Dimasa-masa jang akan datang Timur Tengah tetap akan penting artinja bagi pertjaturan politik internasional. Persoalan-persoalan jang dihadapi sangat explosief, karena tersangkutnja kekuatan luar jang banjak kepentingannja didaerah itu.


  1. Hasjimijah berarti keturunan Hasjim, ialah keturunan Nabi Muhammad. Djadi keluarga Abdullah menjatakan masih keturunan Muhammad. Negara-negara Arab lainnja tidak mau menerimanja dan takut apabila maksud mendirikan negara Syria-Raya berhasil Abdullah akan meluaskan pula kekuasaannja kenegara-negara Arab lainnja. Abdul Aziz Ibn Saud dari Arab Saudi sangat menentangnja, karena keradjaannja itu adalah merupakan hasil dari pada kemenangannja atas Husein ajah Abdullah.