Detektif Chiu/Bab 8
VIII.
SOPIR BARU JANG GAGAH.
AUTO berdjalan dengan anteng, tetapi ternjata tida distuur menudju ka djalanan jang mendjurus ka Magelang, hanja puter² dulu didalem kota akan kamudian sesampenja di depan kantor Polisie di Bodjong, sigra dimasukkan kedalem pekarangannja kantor tersebut!
Menampak autonja dimasukkan dalem pekarangan kantor Polisie, nona Ching-hua dan ajahnja djadi kaget.
„Kenapa kau masuk dikantor polisie, sopir?” menanja Ching-hua.
„......Perlu ambil saja punja rijbewijs, nona!”
Itu orang jang duduk di sebelah sopir setelah tau kemana auto akan dimasukkan, buru-buru bangun dari duduknja dan hendak...... lontjat keluar, akan tetapi sebelon iapunja maksud bisa dilakukan, atawa satu tendangan keras dari sopir Su-kiu telah lebih dulu melajang kepadanja jang sekutika itu djuga lantas mengutjurkan darah dan dengan bertreak aduh, ia menggloso diluar auto!
„Tangkep; Lekas tangkep ini pendjahat!!......” mendjerit sang sopir kepada polisie jang berada disitu, hingga marika sama lari mendatangi dan ringkus itu orang jang sudah tida bisa bangun kerna luka dipahanja begitu rupa, mengutjurkan banjak darah.
Kawanan polisie jang meringkus itu orang, satelah memandang sesaat pada parasnja, lalu satu antaranja berseru: „Ibrahim! Kenapa kau?!! Oh, ini sopir kurang adjar bikin luka Ibrahim. Tangkep!”
„Ibrahim...... Ibrahim palsu!” bertreak lagi sopirnja Su-kiu jang lantas tjekel sendiri itu orang, seret bawa masuk kedalem kantornja Inspectir Lim.
„Tuan Inspectir, tangkep dan tahan dulu ini penjaru!” berkata si sopir dihadepan itu pembesar polisie, siapa djadi terkedjut menampak ada seorang sopir begitu berani, tetapi dengan lantas ia mengerti bahua ia tida usah buat terlalu maen sangsi-sangsi dalem masa menghadepi perkara-perkara sulit dan aneh-aneh dalem tempo paling belakangan ini. Sigra ia titahkan orang-orang sebawahannja buat sekep itu orang pengundjuk-djalannja nona Ching-hua.
Ternjata diatas pahanja terdapet luka sebagi terkena tusukan belati, sedangkan tadi ia tjuma ditendang sadja oleh sopirnja Su-kiu. Diduga lukanja ada begitu berat, mungkin djuga mengenakan urat paha, maka dengan diberi obat semantara, sang korban dipasangi belenggu dan diangkut kerumah sakit.
Kamudian sopirnja Su-kiu lantas adjak kedua madjikannja pulang sadja dulu dengan beri mengarti jang sekarang tida perlu musti ka Magelang, sebab sudah kenjataan tadi ampir sadja kena ditipu.
Dengan tida mengarti sebab-sebabnja mengapa bisa terdjadi hal jang sedemikian itu. Su-kiu dan puterinja menurut sadja, malah membenarkan utjapannja marika punja sopir.
Sesampenja dirumah, Su-kiu dapetkan iapunja sopir jang biasa, sudah berada disitu, mengadep mau bekerdja lagi sebab isterinja katanja sudah sembuh.
Itu sopir baru pun minta buat bisa lantas tinggalkan pekerdjaannja sesudah sopir jang laen sekarang masuk bekerdja lagi.
Su-kiu tida bisa berpikir lebih djauh ,ia setudjui sadja semua ini......
⁂
„CHIU, kau dapet upah berapa dari kaupunja pekerdjaan talangi sopirnja Su-kiu? Sedikitnja kau tentu bisa...... pandang dan lirik-lirik parasnja nona Chiug-hua, bukan? Hahaha, sunggu pandai dan heibat penjaruanmu mendjadi sopir......” kata Inspectir Lim kutika detective Chiu mengadep padanja tida berapa lama berselang dari terdjadinja itu lelakon „sopir-baru”.
„Djangan banjak menggoda, my Inspectir: Sekarang paling baek kau keluarkan Ibrahim-tulen buat sebentar lagi sama-sama...... serbu sarang musuh kita”, djawabnja detective Chiu.
Selama detective kita ini mengilang, ternjata ia telah berhasil dapetkan pengundjukan² jang bisa memastikan atas kemenanganja nanti terhadep kawanan musuh-musuhnja jang litjin. Dihadepan Inspectir Lim ia keluarkan dari taschnja beberapa barang jang kamudian ia beber dan tuturkan satu-persatu.
„Sebentar malem kita musti serbu sarangnja musuh-musuh kita, kerna aku jakin, satelah seorang kawannja jang menjaru djadi Ibrahim suda ketangkep, tentu marika, jang laen-laennja, mau merat dari ini kota sekalian bawa...... Sin-hock”, mulai menutur detective Chiu.
„Memang benar marika ada niat bikin malu pada dirinja Sin-hock, berbareng djuga hendak lakukan pembalesan sakit hati atas dirinja hartawan Tan Su-kiu buat suatu urusan dagang.
„Barangkali kau masih ingat waktu Djepang masih berada di Indonesia, itu masa adalah merupakan djeman jang katjau terutama dalem dunia ekonomie. Buat satu urusan ketjil jang bisa menimbulkan sangkaan tida enak, suda tjukup buat orang bisa lantas berhadepan dengan kenpeitai. Begitupun Tan Su-kiu itu waktu perna diadjak sekongkol oleh Kong-seng buat atur satu penjelundupan perak sedjumlah lebih dari ƒ 100.000. ― buat dibawa ka luar negeri tetapi sebab Su-kiu menulak adjakan ini dan achirnja oleh kenpeitai dapet di-endus maksud-maksudnja Kong-seng, sehingga ini orang sebelonnja bisa lakukan niatannja, sudah kebekuk dan uangnja dirampas. „Kau bisa bajangkan sendiri akibat apa jang menimpah atas dirinja itu orang sial.
„Ia taro sangkaan keras, bahua bisanja kenpeitai tau perbuatan ini, tentu ada atas pengundjukannja Su-kiu, maka ia dendem sakit hati.
„Satelah Djepang taluk dan Kong-seng bisa keluar dari pendjara Banjubiru, ia lantas tjari akal buat lakukan pembalesan seperti sekarang kita sedang hadepi......!”
„Wah, kenapa kau bisa bikin penjelidikan sampe begini luas?” menanja Inspectir Lim jang didjawabnja dengan enteng sadja oleh jang ditanja:
„Bukankah kau sendiri sudah mengarti, bahua Chiu kalu satu kali bertindak, tentu tindakan itu dilakukan sampe dipeloksok-peloksok jang paling njepit?”
„Ja, ja teruskan lantas......”
„Kong-seng dengan mudah dapet beberapa kawan, antaranja ada djuga sudara mudanja Heng-koey, siapa pun niat lakukan pembalesan sakit hati atas diri kita berhubung dengan terhukumnja Heng-koey sebagi gandjaran dari iapunja kedjahatan dalem komplotan membunuh njonja djanda Lian.
„Marika telah mendapat pengundjukan² lengkap tentang hubungan antara kita dengan Sin-hock, malah djuga sudah tau siapa ada tundangannja kita-punja pembantu itu, hingga sengadja si Kong-seng gunakan tenaga isterinja,seorang perampuan tjerdik, berani dan...... tjantik buat tjuri gelang gioknja nona Ching-hua jang ampir sadja tadi bersama ajahnja kena ketipu kalu tida lebih siang aku dapat endus kehendaknja. Inilah sebabnja aku sengadja kasih persen pada sopirnja Su-kiu buat mangkir beberapa hari dan aku talangi pekerdjaannja. „Itu Ibrahim-palsu tida tau ia berhadepan dengan siapa, maka sekali kena akupunja tendangan jang sengadja aku pasangi „djalu” diudjung sepatu dengan tjara begitu rupa sehingga tida sampe keliatan, tjukup bikin ia tida berdaja”.
Kemudian, sesudah sulut api tembakonja di pipa jang selalu tida perna ketinggalan, detective Chiu undjukan satu botol ketjil terisi barang tjaer.
„Ini ada sematjam obat-tetes jang sedikitpun tida ada rasa-apa², tetapi begitu ditjampurkan dalem barang minuman apa sadja, ketjuali arak, bisa bikin peminumnja lantas pules dan nona Ching-hua ada terkena pengaruhnja ini matjem obat atas tipu-dajanja itu perampuan, isterinja musuh kita.
Sepandjang aku „mengilang”, aku berhasil dapat usut bahua rumah gedong jang letaknja di Sompok jang begitu sepih, ditempati orang jang setelah aku selidiki lebih djauh, ternjata gedong itu dithiap oleh orang baru datang dari pedaleman, tapi tida lama ditinggal kosong!
„Tjoba kau batja dan liat suratnja Sin-hock. Betul ini surat ada ditulis oleh Sin-hock sendiri, tetapi teranglah jang ia ada didicteer sebab stijlnja beda djauh dari tjara menulisnja Sin-hock”.
Detective Chiu undjukan surat dari Sin-hock jang ia dapat tempo hari serta djelaskan djuga bagian-bagian tjoretan jang ia sudah bisa bikin...... terang.
„Inspectir Lim, ini tjoretan² aku bisa hindarkan dengan obat jang aku punjakan, hingga sekarang bisa dibatja terang tulisan asalnja. Tjoba kau batja!”
Itu pembesar polisie menurut batja itu surat dan diantara tjoretan² terdapat bekas-bekas gusekan obat tetapi tjukup terang buat dibatja apa bunjinja. Bekas tjoretan antara zin: „Kalu kau selagi......” terusannja berbunji „mengusut”, dus itu zin mulahnja tentu berupa. „Kalu kau selagi mengusut......” dan zin jang laen, jaitu bagian .....aku dibawa ka......” bekas tjoretan merupakan tulisan: „ka suatu hotel di Pendrikan, kemudian terus dibawa kerumah di Tegal-wareng”.
„Oleh kerna musuh² kita tjaranja mendicteer ada sedikit slip, maka marika tjoret-tjoret itu zin-zin dengan pennja sendiri, hingga warnanja tinta tida violet seperti kepunjaannja Sin-hock. Kemudian ia prentahkan Sin-hock ganti tulisan jang ditjoret itu seperti apa jang tersebut dibelakangnja tjoretan². Dari sini aku lalu tau, bahua sebenarnja Sin-hock tida dibawa ka Sompok, tetapi disekap dirumah jang terletak di Tegal-wareng.
„Aku dengan menjaru datengi djuga hotel di Pendrikan dan dapat katerangan bahua sebenarnja hotel itu pada beberapa hari berselang, precies waktu terdjadinja Sin-hock ditjulik, kedatangan lima orang jang tjuma sewa kamar-kamar tida berapa...... djam, kemudian lantas berlalu dengan tida diketahui kemana parannja. Dalem buku hotel hanja ditulis marika datang dari pedaleman, keperluannja tjari familie dan pada eigenaar hotel waktu mua berlalu menjatakan, bahua marika sudah dapat ketemukan familienja jang mau diadjak buat kombali ka pe- daleman......”.
Sembari terheran-heran mendengarkan penuturannja detective Chiu Inspectir Lim awasi setumpukan kain idjo bekas terbakar jang oleh itu detective pande dituturkan, bahua ia dapat ketemukan itu didapurnja hotel di Pendrikan. Rupanja oleh jang punja, itu kain jang ternjata ada rok sutra warna idjo pupus, mau dibakar dalem dapur tetapi tida keburu maka ditinggal begitu sadja.
Setelah ditjotjokan dengan kain kelinan jang menjantol didaon pintu, barang mana diambil dan disimpan setjara hati-hati sekali oleh Chiu, ternjata tjotjok sekali, sebab diitu rok djuga terdapat salah satu tempat sabuknja telah terobek bekas ketjantol paku. Dari Ching-hua detective Chiu mendapat kepastian, bahua perampuan jang menenamu pada itu gadis, ada berpakean ini matjam rok jang maskipun keliatanja ada rok bikinan baru, tetapi djika menilik kaen bahannja ada terdiri dari sutra-lama, maka mengundjukan suatu bukti bahua bahan itu tentu ada simpanan barang-lama dan memang di pedaleman masih terdapat banjak barang² bahan pakean dari simpenan lama, daripada kaen² keluaran baru.
„Habis, kenapa marika tjuma tjulik Sin-hock sadja kalu betul marika hendak lakukan pembalesan sakit hati pada hartawan Tan Su-kiu dan kita?” tanja Inspectir Lim.
„Supaja mengentengkan tenaga perlawanan kita! Sesudah Sin-hock, diniat akan tjulik djuga Ching-hua dan ajahnja, kamudian sebab marika tau jang kita tentu tida akan tinggal diam, sengadja ia suruan atawa paksa Sin-hock tulis surat padaku seperti tadi aku bentangkan dihadepanmu dan titahkan laen orang jaitu itu penjaru Ibrahim buat lekas-lekas Su-kiu dan Ching-hua papak Sin-hock jang katanja disekap di Magelang, padahal itu semua ada pantjingan melulu jang kalu berhasil dan kita turut kedjer barulah nanti dari belakang marika gempur dan mungkin djuga babat kita semuanja......”.