Dampak Penyuluhan Bahasa Indonesia Bagi Guru SD di Kota Padang/Bab 3
BAB III
ANALISIS DATA
HASIL WAWANCARA RESPONDEN
3.1 Pengantar
[sunting]Dalam Bab III ini disajikan analisis hasil wawancara dengan responden, yaitu pesuluh, nonpesuluh, dan penyuluh yang terbabit pada dua kegiatan penyuluhan di Kota Padang.
3.2 Responden Pesuluh
[sunting]Yang dimaksudkan dengan responden pesuluh adalah peserta penyuluhan yang diambil secara acak berjumlah 9 orang. Mereka berasal dari sekolah yang berbeda. Kesembilan orang pesuluh itu adalah (1) Susweni, guru SD 02 Inti, Pauh, Cupak Tangah, (2) Mahyeni A, guru SD 13 Kapalo Koto, (3) Evaliza, guru SD 06 Piai, (4) Ratnawilis dan Masnidar, guru SD 15 Koto Lalang, (5) Muniati Agus dan Anasrus, guru: Semen Padang, (6) Julizar, guru SD 05 Bandar Buat, (7) Nursanti, guru SD 30 Lubuk Begalung, (8) Osman Bahri, guru SD 30 Pampangan, dan (9) Nurmayenti, guru SD 36 SD Cengkeh.
Kesembilan orang pesuluh itu diwawancarai dan dimintai pendapat dan padangan mereka berkenaan dengan penyuluhan yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Padang. Data atau hasil wawancara tim peneliti dengan kesembilan responden tersebut diklasifikasi berdasarkan jawaban atas pertanyaan sebagai berikut. 3.2.1 Manfaat Penyuluhan yang Dilakukan Balai Bahasa Padang
Dari sembilan responden yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 1, yaitu tentang manfaat penyuluhan yang dilakukan Balai Bahasa Padang, Kesembilan jawaban responden (100%) menyatakan sangat bermanfaat. Selain itu, 6 responden di antaranya menambahkan bahwa penyuluhan itu telah menimbulkan kembali semangat mereka untuk mengajar.
3.2.2 Materi Penyuluhan
Untuk pertanyaan nomor 2, yaitu "materi manakah yang lebih bermanfaat (penting) dari keempat materi yang disajikan dalam penyuluhan?", 55,55% (5 responden) menyatakan bahwa semua materi sangat penting dan sangat bermanfaat sehingga mereka tidak bisa memilih materi yang terpenting dan yang paling bermanfaat dalam penyuluhan itu.
Sebanyak 22,22% (3 responden) menjawab bahwa materi yang paling penting atau paling bermanfaat dalam belajar-mengajar mereka adalah Kalimat, Paragraf, dan Apresiasi Sastra. Untuk kedua materi itu, mereka sangat kekurangan bahan dan Balai Bahasa Padang telah memberikan bahan dan semangat baru bagi mereka dalam mengajarkan kedua bidang tersebut, sedangkan 11,11% (1 responden) menjawab bahwa materi yang paling bermanfaat bagi mereka adalah Ejaan serta Bentuk dan Pilihan Kata karena selama ini responden tidak pernah mendapat ilmu itu.
3.2.3 Kesesuaian Materi Penyuluhan dengan Bahan Ajar
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 3, yaitu tentang kesesuaian materi penyuluhan dengan bahan ajar, sebanyak 77,77% (7 responden) menyatakan tidak semua materi yang mereka terima dalam penyuluhan dapat diterapkan begitu saja di sekolah, misalnya materi Apresiasi Sastra. Pada saat penyuluhan, penyuluh pada umumnya memberi contoh prabahasan tentang cerpen. Hal itu tidak dapat langsung diterapkan karena materi itu, menurut pesuluh, lebih cocok
18 diberikan kepada siswa SMP.
Sebanyak 11,11% (1 responden) menyatakan bahwa semua materi itu sangat sesuai meskipun harus diubah cara penyampaiannya kepada murid. Responden yang lain, yaitu 11,11% (1 responden) menyatakan bingung karena semua materi itu terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk kelas yang diajarnya. Meskipun begitu, ia merasa bahwa itu adalah ilmu untuk dirinya sendiri.
3.2.4 Alokasi Waktu Materi Penyuluhan
Untuk pertanyaan nomor 4, yaitu tentang alokasi waktu untuk setiap materi dalam penyuluhan, 100% (9 responden) menyatakan bahwa alokasi untuk semua mata sajian sangat sedikit.
Sementara itu, sebanyak 66,66% (6 responden) memberikan jawaban yang lain, yaitu alokasi waktu yang seharusnya lebih banyak diberikan dalam penyuluhan ini adalah Apresiasi Sastra, Kalimat, serta Bentuk dan Pilihan Kata.
Jawaban lain, yaitu materi yang seharusnya diberi alokasi waktu yang lebih banyak adalah Ejaan dan Paragraf disesuaikan oleh 3 orang responden (33,33 %).
3.2.5 Materi yang Tidak Sesuai dengan Bahan Ajar
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 5, yaitu tentang materi apa saja yang tidak sesuai dengan bahan ajar, 55,55% (5 responden) menjawab bahwa semua materi yang diberikan dalam penyuluhan sangat sesuai dengan bahan ajar di sekolah karena yang diberikan dalam penyuluhan itu juga tercantum dalam kurikulum sekolah.
Selain itu, 22,22% (2 responden) menyatakan bahwa hanya beberapa materi saja yang sesuai dengan bahan ajar, yaitu Ejaan serta Bentuk dan Pilihan Kata karena materi yang diberikan dalam penyuluhan terlalu tinggi. Hanya 11,11% (1 responden) yang menyatakan bahwa materi tidak sesuai dengan bahan ajar karena ilmu yang diberikan dalam penyuluhan terlalu tinggi, belum cocok untuk murid mereka di SD.
19 3.2.1 Manfaat Penyuluhan yang Dilakukan Balai Bahasa Padang
Dari sembilan responden yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 1, yaitu tentang manfaat penyuluhan yang dilakukan Balai Bahasa Padang, Kesembilan jawaban responden (100%) menyatakan sangat bermanfaat. Selain itu, 6 responden di antaranya menambahkan bahwa penyuluhan itu telah menimbulkan kembali semangat mereka untuk mengajar.
3.2.2 Materi Penyuluhan
Untuk pertanyaan nomor 2, yaitu “materi manakah yang lebih bermanfaat (penting) dari keempat materi yang disajikan dalam penyuluhan?", 55,55% (5 responden) menyatakan bahwa semua materi sangat penting dan sangat bermanfaat sehingga mereka tidak bisa memilih materi yang terpenting dan yang paling bermanfaat dalam penyuluhan itu.
Sebanyak 22,22% (3 responden) menjawab bahwa materi yang paling penting atau paling bermanfaat dalam belajar-mengajar mereka adalah Kalimat, Paragraf, dan Apresiasi Sastra. Untuk kedua materi itu, mereka sangat kekurangan bahan dan Balai Bahasa Padang telah memberikan bahan dan semangat baru bagi mereka dalam mengajarkan kedua bidang tersebut, sedangkan 11,11% (1 responden) menjawab bahwa materi yang paling bermanfaat bagi mereka adalah Ejaan serta Bentuk dan Pilihan Kata karena selama ini responden tidak pernah mendapat ilmu itu.
3.2.3 Kesesuaian Materi Penyuluhan dengan Bahan Ajar
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 3, yaitu tentang kesesuaian materi penyuluhan dengan bahan ajar, sebanyak 77,77% (7 responden) menyatakan tidak semua materi yang mereka terima dalam penyuluhan dapat diterapkan begitu saja di sekolah, misalnya materi Apresiasi Sastra. Pada saat penyuluhan, penyuluh pada umumnya memberi contoh prtabahasan tentang cerpen. Hal itu tidak dapat langsung diterapkan karena materi itu, menurut pesuluh, lebih cocok
18 diberikan kepada siswa SMP. Sebanyak 11,11% (1 responden) menyatakan bahwa semua materi itu sangat sesuai meskipun harus diubah cara penyampaiannya kepada murid. Responden yang lain, yaitu 11,11% (1 responden) menyatakan bingung karena semua materi itu terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk kelas yang diajarnya. Meskipun begitu, ia merasa bahwa itu adalah ilmu untuk dirinya sendiri.
3.2.4 Alokasi Waktu Materi Penyuluhan
Untuk pertanyaan nomor 4, yaitu tentang alokasi waktu untuk setiap materi dalam penyuluhan, 100% (9 responden) menyatakan bahwa alokasi untuk semua mata sajian sangat sedikit.
Sementara itu, sebanyak 66,66% (6 responden) memberikan jawaban yang lain, yaitu alokasi waktu yang seharusnya lebih banyak diberikan dalam penyuluhan ini adalah Apresiasi Sastra, Kalimat, serta Bentuk dan Pilihan Kata.
Jawaban lain, yaitu materi yang seharusnya diberi alokasi waktu yang lebih banyak adalah Ejaan dan Paragraf disesuaikan oleh 3 orang responden (33,33 %).
3.2.5 Materi yang Tidak Sesuai dengan Bahan Ajar
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 5, yaitu tentang materi apa saja yang tidak sesuai dengan bahan ajar, 55,55% (5 responden) menjawab bahwa semua materi yang diberikan dalam penyuluhan sangat sesuai dengan bahan ajar di sekolah karena yang diberikan dalam penyuluhan itu juga tercantum dalam kurikulum sekolah.
Selain itu, 22,22% (2 responden) menyatakan bahwa hanya beberapa materi saja yang sesuai dengan bahan ajar, yaitu Ejaan serta Bentuk dan Pilihan Kata karena materi yang diberikan dalam penyuluhan terlalu tinggi. Hanya 11,11% (1 responden) yang menyatakan bahwa materi tidak sesuai dengan bahan ajar karena ilmu yang diberikan dalam penyuluhan terlalu tinggi, belum cocok untuk murid mereka di SD.
19 3.2.6 Kesistematisan Materi
Untuk pertanyaan nomor 6, yaitu tentang penyajian kesistematisan materi yang diberikan dalam penyuluhan, 100% (9 responden) menyatakan bahwa pemberian materi dalam penyuluhan yang dilakukan oleh Balai Bahasa Padang bagus dan cukup sistematis. Namun, ada beberapa responden menambahkan bahwa penyajian materi dalam penyuluhan itu sebaiknya dilanjutkan dengan simulasi atau evaluasi untuk mengukur sampai sejauh mana peserta penyuluhan dapat menerima dan memahami ilmu yang telah diberikan oleh para penyuluh.
Di antara responden ada juga yang membandingkan kegiatan penyuluhan ini dengan kegiatan serupa dalam bidang ilmu lain yang pernah mereka ikuti. Menurut mereka akhir kegiatan tersebut selalu dilakukan evaluasi. Oleh karena itu, mereka juga menyarankan agar di akhir penyuluhan bahasa Indonesia ini juga sebaiknya dilakukan evaluasi.
3.2.7 Keefektifan Penyelenggaraan Penyuluhan
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 7, yaitu tentang perlu tidaknya penyuluhan dilakukan sampai sore, 55,55% (5 responden) menyatakan bahwa penyuluhan yang dilakukan selama enam hari kerja dari pagi hingga sore itu sangat efektif karena seorang guru kelas tidak baik meninggalkan anak didik mereka lebih dari satu minggu.
Sebanyak 44,44% (4 responden) menyatakan bahwa sebaiknya penyuluhan dilaksanakan setengah hari karena setelah salat dan makan siang, biasanya peserta susah untuk berkonsentrasi. Hal itu agak berbeda jika mereka diinapkan. Dengan demikian, materi yang diberikan setelah istirahat siang kurang mendapat perhatian peserta. Oleh karena itu, pelaksanaan penyuluhan itu menjadi tidak efektif.
3.2.8 Pemanfaat Materi (Bahan) Penyuluhan
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 9, yaitu tentang pemanfaatan bahan-bahan yang diberikan dalam penyuluhan, jawaban responden menunjukkan bahwa 100% (9 responden) menyatakan sangat bermanfaat, baik dalam pengajaran maupun untuk diri sendiri.
3.2.9 Prioritas Materi
Pertanyaan nomor 9 senada dengan pertanyaan yang diberikan pada Alokasi Materi Penyuluhan (bagian 2.2.4).mHanya saja pada bagian ini yang dipertanyakan adalahmmateri manakah yang seharusnya diberikan prioritas dalam penyuluhan, terutama bagi guru SD? Jawaban responden menunjukkan bahwa 55,55% (5 responden) menyatakan materi yang seharusnya diprioritaskan dalam penyuluhan Bahasa Indonesia bagi guru SD adalah Ejaan dan Kalimat.
Sebanyak 22,22% (2 responden) menyatakan bahwa materi yang seharusnya diprioritaskan dalam penyuluhan Bahasa Indonesia bagi guru SD adalah Apresiasi Sastra, sedangkan 22,22% (2 responden) lainnya menyatakan bahwa materi yang seharusnya diprioritaskan dalam penyuluhan bagi guru SD adalah Paragraf dan Bentuk dan Pilihan Kata.
Selain jawaban di atas, responden juga memberikan pendapat terhadap pelaksanaan penyuluhan, yaitu agar Balai Bahasa melakukan tes awal dan tes akhir supaya meraka merasakan apakah benar-benar mereka telah memahami ilmu yang telah diberikan oleh para penyuluh.
3.2.10 Pencapaian Sasaran'
Pertanyaan nomor 10 adalah tentang pencapaian Pertanyaan itu dengan pola 48 jam, sasaran kami sudah tercapai, yaitu menumbuhkan sikap positif dalam berbahasa dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, bagaimana pendapat bapak dan ibu?
Jawaban responden menunjukkan bahwa 100% (9 jam bukanlah waktu yang panjang. Untuk menumbuhkan responden) menyatakan bahwa waktu satu minggu atau 48 sikap positif perlu waktu yang lebih banyak lagi karena terlalu banyak di antara peserta yang baru mulai bangun dan menyadari bahwa ternyata bahasa Indonesia itu susah dan perlu dipelajari. responden ingin mengikuti kembali penyuluhan yang
Sehubungan dengan pertanyaan itu, pada umumnya dilakukan oleh Balai Bahasa Padang meskipun dalam waktu yang lebih lama.
3.2.11 Penyampaian Materi
Pertanyaan nomor 11 adalah penyampaian/pemberian/ penyajian materi yang tanpa jeda (tidak diselingi dengan materi lain). Jawaban responden menunjukkan bahwa 66,66% (6 responden) menyatakan bahwa penyampaian materi yang monoton itu kurang menarik karena menimbulkan rasa bosan pada peserta. Mereka menginginkan sebaiknya dilakukan pergantian penyajian. Misalnya, pada penyajian mata sajian Ejaan yang diberikan pada awal penyuluhan, diselingi dengan kata sajian Kalimat karena Ejaan itu erat juga kaitannya dengan kalimat. Sebanyak 22,22% (2 responden) menyatakan penyampaian pengaturan penyampaian materi itu menarik karena tidak memecah perhatian peserta pada yang lain. Biasanya, jika kita menghadapi satu persoalan, sebaiknya diselesaikan dulu, kemudian baru pindah pada persoalan lainnya. Apalagi, ini menyangkut ilmu dan tidak mudah memahaminya jika dicampur dengan ilmu-ilmu yang lain. Jawaban lain responden menunjukkan bahwa 11,11% (1 responden) menyatakan terserah (tidak memberikan jawaban) pada pengaturan jadwal yang dilakukan panitia. Berkaitan dengan pertanyaan tersebut, umumnya responden menyatakan bahwa penyampaian itu bisa menarik atau tidak bergantung pada penyuluhnya. Menurut mereka, para penyuluh dalam menyampaikan materinya sangat menarik dan tidak membosankan.
3.3 Responden Nonpesuluh
Sebagai data pembanding dalam penelitian ini, juga diwawancarai orang yang bukan pesuluh. Mereka adalah orang yang dapat mengamati langsung perkembangan pesuluh setelah kembali mengajar di sekolah. Biasanya, yang diwawancarai itu adalah para kepala sekolah atau wakil kepala sekolah yang bersangkutan. Nompesuluh yang diwawancarai berjumlah 9 orang.
22 Kesembilan orang itu masing-masing (1) Marnis Sekor, Kepala SD 02 Inti, Cupak Tangah, Pauh, (2) Chairani H., M.A., Kepala SD 06 Piai, (3) Yuslinawati, Kepala SD 13 Kapalo Koto, (4) Fatmawati, Kepala SD 15 Koto Lalang, (5) Drs. Ariyanto, Kepala SD Semen Padang, (6) Yufrita, Kepala SD 05 Bandar Buat, (7) Risnawati, Kepala SD 30 Lubuk Begalung, (8) Lindamaria, Kepala SD 03 Pampangan, (9) Mariani Adnan, Kepala SD 36 Cengkeh. Berikut ini adalah klasifikasi hasil wawancara tim peneliti dengan nonpesuluh tersebut
3.3.1 Kebutuhan/Keperluan akan Penyuluhan Bahasa Indonesia
Hasil wawancara dari sembilan responden nonpesuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan pertanyaan nomor 1, yaitu tentang perlu atau tidak perlunya penyuluhan Bahasa Indonesia bagi orang Indonesia, jawaban responden menunjukkan bahwa tidak satu pun jawaban yang menyatakan tidak perlu. Maksudnya 100% (9 responden) menyatakan sangat perlu karena menurut mereka, sebagai guru, mereka sangat merasakan betapa susahnya mengajarkan Bahasa Indonesia.
Sehubungan dengan pertanyaan tersebut responden menyatakan bahwa seringkali siswa mereka menyamakan bahasa Minang dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pemakaian bahasa Indonesia siswa sering dicampuradukkan dengan bahasa Minang. Bahasa Minang dan bahasa Indonesia tidak mempunyai struktur yang sama. Dengan demikian, penyuluhan bahasa Indonesia sangat perlu dilakukan.
3.3.2 Kesediaan Menjadi Perserta Penyuluhan
Jawaban untuk pertanyaan nomor 2, yaitu tentang kesediaan nonpesuluh jika suatu saat Balai Bahasa Padang mengundang mereka untuk menjadi peserta pada penyuluhan bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa tidak 100% (9 responden) menyatakan sangat bersedia. satu pun jawaban yang menyatakan tidak bersedia. Artinya, Sehubungan dengan pertanyaan itu, beberapa responden menyatakan bahwa mereka telah beberapa kali mengusulkan kepada MGMP agar kepada para kepala sekolah juga diberikan penyuluhan yang sama oleh instansi yang berwenang. Pernyataan itu mereka utarakan sehubungan dengan kekurangmampuan mereka dalam mengatasi masalah kebahasaan, terutama di bidang administrasi.
3.3.3 Perkembangan/Kemajuan Pesuluh di Lingkungannya
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 3, yaitu apakah ada perkembangan/kemajuan guru yang telah mendapat penyuluhan, jawaban responden menunjukkan bahwa 88,88% (8 responden) menyatakan bahwa guru-guru mereka yang telah mengikuti penyuluhan itu menunjukkan peningkatan kualitas, terutama dalam mengajar. Selain itu, ada jawaban yang menyatakan bahwa guru yang telah mendapat penyuluhan bahasa Indonesia diikutkan ke dalam pembuatan soal ujian bahasa Indonesia dan memperbaiki bahasa surat di kalangan sekolah mereka.
Hanya terdapat satu jawaban responden atau 11,11% yang menyatakan bahwa tidak mengetahui perkembangan guru yang telah mengikuti penyuluhan bahasa Indonesia karena setelah selesai mengikuti penyuluhan guru tersebut cuti melahirkan.
3.4 Responden Penyuluh
Penyuluh yang diwawancarai untuk data penelitian ini berjumlah 3 orang. Ketiga penyuluh itu telah mempunyai sertifikat kelulusan menyuluh dari Pusat Bahasa. Mereka adalah (1) Dra. Erwina Burhanuddin, M. Hum., Kepala Balai Bahasa Padang, (2) Drs. Wirsal Chan, staf pengajar di Universitas Negeri Padang, dan (3) Drs, Syafruddin Sulaiman, staf pengajar di Universitas Andalas, Padang.
Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa wawancara dengan para penyuluh ini merupakan data penunjang untuk penelitian Dampak Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Guru SD di Kota Padang. Namun, jika dilihat dari kelangsungan pelaksanaan kegiatan penyuluhan itu, para penyuluh adalah orang yang sangat menentukan.
24 Bahkan, dilihat dari materi yang disajikan, para penyuluh mempunyai andil dan kiat yang sangat menentukan. Sehubungan dengan keterlaksanaan penyuluhan dan keberhasilan penyuluhan itu, kepada para penyuluh diutarakan 12 pertanyaan. Berikut ini adalah hasil klasifikasi ketiga jawaban responden penyuluh.
3.4.1 Perlu Tidaknya Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Guru SD
Klasifikasi hasil wawancara dari tiga reponden penyuluh adalah sebagai berikut. Sehubungan dengan pertanyaan nomor 1, yaitu tentang perlu atau tidaknya penyuluhan bahasa Indonesia bagi guru SD, jawaban responden menunjukkan bahwa 100% (3 responden) menyatakan sangat perlu, dengan alasan masing-masing responden sebagai berikut.
- (1)Guru SD adalah guru kelas, semua tanggung jawab ada di pundaknya. Agar ia dapat memberikan pelajaran dengan baik kepada murid-muridnya, ia
harus menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
- (2)Pendidikan di SD adalah pendidikan yang sangat mendasar. Sistem belajar-mengajar dibidang bahasa Indonesia perlu dibenahi lebih awal agar
di tingkat yang lebih tinggi, siswa bisa mengungkapkan sesuatu yang ada dalam pikirannya dengan bahasa Indonesia yang lebih baik,
- (3)Mutu pendidikan diawali dari sekolah dasar, Dengan demikian, baik atau tidak baiknya mutu pendidikan di tingkat berikutnya sangat ditentukan
oleh pendidikan dasar ini. Agar siswa dapat memahami dengan baik semua mata pelajaran yang diberikan, para guru harus bisa menyampaikannya dengan bahasa yang baik pula. Bahasa yang digunakan dalam penyampaian itu tidak lain adalah bahasa Indonesia. Bahasa Minang tidak sanggup mengungkapkan, misalnya, rumus dalam menyatakan bahwa mereka telah beberapa kali mengusulkan kepada MGMP agar kepada para kepala sekolah juga diberikan penyuluhan yang sama oleh instansi yang berwenang. Pernyataan itu mereka utarakan sehubungan dengan kekurangmampuan mereka dalam mengatasi masalah kebahasaan, terutama di bidang administrasi.
3.3.3 Perkembangan/Kemajuan Pesuluh di Lingkungannya
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 3, yaitu apakah ada perkembangan/kemajuan guru yang telah mendapat penyuluhan, jawaban responden menunjukkan bahwa 88,88% (8 responden) menyatakan bahwa guru-guru mereka yang telah mengikuti penyuluhan itu menunjukkan peningkatan kualitas, terutama dalam mengajar. Selain itu, ada jawaban yang menyatakan bahwa guru yang telah mendapat penyuluhan bahasa Indonesia diikutkan ke dalam pembuatan soal ujian bahasa Indonesia dan memperbaiki bahasa surat di kalangan sekolah mereka.
Hanya terdapat satu jawaban responden atau 11,11% yang menyatakan bahwa tidak mengetahui perkembangan guru yang telah mengikuti penyuluhan bahasa Indonesia karena setelah selesai mengikuti penyuluhan guru tersebut cuti melahirkan.
3.4 Responden Penyuluh
Penyuluh yang diwawancarai untuk data penelitian ini berjumlah 3 orang. Ketiga penyuluh itu telah mempunyai sertifikat kelulusan menyuluh dari Pusat Bahasa. Mereka adalah (1) Dra. Erwina Burhanuddin, M. Hum., Kepala Balai Bahasa Padang, (2) Drs. Wirsal Chan, staf pengajar di Universitas Negeri Padang, dan (3) Drs, Syafruddin Sulaiman, staf pengajar di Universitas Andalas, Padang.
Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa wawancara dengan para penyuluh ini merupakan data penunjang untuk penelitian Dampak Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Guru SD di Kota Padang. Namun, jika dilihat dari kelangsungan pelaksanaan kegiatan penyuluhan itu, para penyuluh adalah orang yang sangat menentukan.
24 Bahkan, dilihat dari materi yang disajikan, para penyuluh mempunyai andil dan kiat yang sangat menentukan. Sehubungan dengan keterlaksanaan penyuluhan dan keberhasilan penyuluhan itu, kepada para penyuluh diutarakan 12 pertanyaan. Berikut ini adalah hasil klasifikasi ketiga jawaban responden penyuluh.
3.4.1 Perlu Tidaknya Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Guru SD
Klasifikasi hasil wawancara dari tiga reponden penyuluh adalah sebagai berikut. Sehubungan dengan pertanyaan nomor 1, yaitu tentang perlu atau tidaknya penyuluhan bahasa Indonesia bagi guru SD, jawaban responden menunjukkan bahwa 100% (3 responden) menyatakan sangat perlu, dengan alasan masing-masing responden sebagai berikut.
- (1)Guru SD adalah guru kelas, semua tanggung jawabada di pundaknya. Agar ia dapat memberikan pelajaran dengan baik kepada murid-muridnya, ia harus menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
- (2)Pendidikan di SD adalah pendidikan yang sangat mendasar. Sistem belajar-mengajar dibidang bahasa Indonesia perlu dibenahi lebih awal agar di tingkat yang lebih tinggi, siswa bisa mengungkapkan sesuatu yang ada dalam pikirannya dengan bahasa Indonesia yang lebih baik,
- (3)Mutu pendidikan diawali dari sekolah dasar, Dengan demikian, baik atau tidak baiknya mutu pendidikan di tingkat berikutnya sangat ditentukan oleh pendidikan dasar ini. Agar siswa dapat memahami dengan baik semua mata pelajaran yang diberikan, para guru harus bisa menyampaikannya dengan bahasa yang baik pula. Bahasa yang digunakan dalam penyampaian itu tidak lain adalah bahasa Indonesia. Bahasa Minang tidak sanggup mengungkapkan, misalnya, rumus dalam pelajaran Matematika atau rumus dalam pelajaran Fisika.
3.4.2 Perlu Tidaknya Pembedaan Materi Penyuluhan bagi Guru SD
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 2, yaitu tentang perlu atau tidaknya dibedakan materi penyuluhan bahasa Indonesia bagi guru SD dengan materi penyuluhan lainnya, jawaban responden menunjukkan bahwa 100% (3 responden) menyatakan sangat perlu dibedakan, dengan alasan responden sebagai berikut.
- Setiap kelompok sasaran mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda. Guru SD tidak memerlukan materi Surat-Menyurat, sedangkan penyuluhan bagi karyawan, misalnya, justru memerlukan materi itu untuk kelancaran administrasi kantor mereka. Begitu juga dengan materi Apresiasi Sastra, materi itu diperlukan untuk guru SD, tetapi karyawan tidak memerlukannya. # Guru SD memerlukan materi yang lebih menitikberatkan pada bidang pengajaran, sedangkan yang lain untuk keperluan kantor dan keperluan komunikasi sehari-hari.
3.4.3 Materi yang Menarik/Mendapat Respon yang Baik dari Pesuluh
Klasifikasi hasil wawancara tiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 3 tentang, materi yang menarik atau mendapat respon yang baik dari pesuluh adalah sebagai berikut. Jawaban responden menunjukkan bahwa 6b,66% (2 responden) menyatakan bahwa materi yang menarik bagi peserta adalah Ejaan. Alasannya adalah 608 materi penyuluhan itu membahas ejaan.
Sebanyak 33,339 (1 responden) menyatakan bahwa biasanya yang menarik atau mendapat respon yang baik dari peserta adalah materi Bentuk dan Pilihan Kata. Alasannya adalah dengan adanya metode yang dirancang khusus oleh Pusat Bahasa, cara membentuk kata itu sangat menarik. Selain itu, materi Ejaan juga menarik minat para pesuluh.
3.4.4 Penyediaan Bahan Penyuluhan
Klasifikasi hasil wawancara ketiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 4, yaitu tentang penyediaan bahan penyuluhan oleh Pusat Bahasa sudah memadai, adalah sebagai berikut. jawaban Tesponden menunjukkan bahwa 100% (3 responden) menyatakan tidak memadai, dengan alasan responden Sebagai berikut.
- Penyuluh masih dituntut agar dapat mengembangkan bahan tersebut sesuai dengan kelompok sasaran.
- Bobotnya terlalu tinggi untuk guru SD. Oleh karena itu, mereka susah mencernanya.
- Penyuluh harus mencerna/ memperbarui kembali bahan itu dan menyajikannya ssuai dengan tingkat penafsiran peserta.
3.4.5 Kesesuain Bahan Penyuluhan dengan Bahan Ajar
Klasifikasi hasil wawancara sehubungan dengan Pertanyaan nomor 5, yaitu tentang kesesuaian bahan an uluhan dengan bahan ajar bagi guru SD adalah sebagai On eat, Sebanyak 100% (3 responden) menyatakan tidak sesuai, dengan alasan responden sebagai berikut.
- Penyuluhan harus dibedakan dengan penataran. Penyuluhan itu bersifat menyegarkan kembali ingatan peserta pada pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, penyuluhan bersifat praktis. Penataran bersifat memberikan pendidikan tambahan untuk meningkatkan mutu yang selalu dikaitkan dengan bahan ajar, sesuai dengan jenjang pendidikan yang diperlukan peserta.
- Penyuluhan memang tidak bertujuan untuk mengajarkan orang, tetapi menyadarkan kembali tentang hal-hal yang bersifat umum kepada peserta.
- Bahan ajar harus dikembangkan sendiri oleh para pelajaran Matematika atau rumus dalam pelajaran Fisika.
3.4.2 Perlu Tidaknya Pembedaan Materi Penyuluhan bagi Guru SD
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 2, yaitu tentang perlu atau tidaknya dibedakan materi penyuluhan bahasa Indonesia bagi guru SD dengan materi penyuluhan lainnya, jawaban responden menunjukkan bahwa 100% (3 responden) menyatakan sangat perlu dibedakan, dengan alasan responden sebagai berikut.
- Setiap kelompok sasaran mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda. Guru SD tidak memerlukan materi Surat-Menyurat, sedangkan penyuluhan bagi karyawan, misalnya, justru memerlukan materi itu untuk kelancaran administrasi kantor mereka. Begitu juga dengan materi Apresiasi Sastra, materi itu diperlukan untuk guru SD, tetapi karyawan tidak memerlukannya.
- Guru SD memerlukan materi yang lebih menitikberatkan pada bidang pengajaran, sedangkan yang lain untuk keperluan kantor dan keperluan komunikasi sehari-hari.
3.4.3 Materi yang Menarik/Mendapat Respon yang Baik dari Pesuluh
Klasifikasi hasil wawancara tiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 3 tentang, materi yang menarik atau mendapat respon yang baik dari pesuluh adalah sebagai berikut. Jawaban responden menunjukkan bahwa 66,66% (2 responden) menyatakan bahwa materi yang menarik bagi peserta adalah Ejaan. Alasannya adalah 608 materi penyuluhan itu membahas ejaan.
Sebanyak 33,339 (1 responden) menyatakan bahwa biasanya yang menarik atau mendapat respon yang baik dari peserta adalah materi Bentuk dan Pilihan Kata. Alasannya adalah dengan adanya metode yang dirancang khusus oleh Pusat Bahasa, cara membentuk kata itu sangat menarik. Selain itu, materi Ejaan juga menarik minat para pesuluh.
3.4.4 Penyediaan Bahan Penyuluhan
Klasifikasi hasil wawancara ketiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 4, yaitu tentang penyediaan bahan penyuluhan oleh Pusat Bahasa sudah memadai, adalah sebagai berikut. jawaban Tesponden menunjukkan bahwa 100% (3 responden) menyatakan tidak memadai, dengan alasan responden Sebagai berikut.
- Penyuluh masih dituntut agar dapat mengembangkan bahan tersebut sesuai dengan kelompok sasaran.
- Bobotnya terlalu tinggi untuk guru SD. Oleh karena itu, mereka susah mencernanya.
- Penyuluh harus mencerna/ memperbarui kembali bahan itu dan menyajikannya ssuai dengan tingkat penafsiran peserta.
3.4.5 Kesesuain Bahan Penyuluhan dengan Bahan Ajar
Klasifikasi hasil wawancara sehubungan dengan Pertanyaan nomor 5, yaitu tentang kesesuaian bahan an uluhan dengan bahan ajar bagi guru SD adalah sebagai On eat, Sebanyak 100% (3 responden) menyatakan tidak sesuai, dengan alasan responden sebagai berikut.
- Penyuluhan harus dibedakan dengan penataran. Penyuluhan itu bersifat menyegarkan kembali ingatan peserta pada pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, penyuluhan bersifat praktis. Penataran bersifat memberikan pendidikan tambahan untuk meningkatkan mutu yang selalu dikaitkan dengan bahan ajar, sesuai dengan jenjang pendidikan yang diperlukan peserta.
- Penyuluhan memang tidak bertujuan untuk mengajarkan orang, tetapi menyadarkan kembali tentang hal-hal yang bersifat umum kepada peserta.
- Bahan ajar harus dikembangkan sendiri oleh para pesuluh berdasarkan kurikulum, sedangkan bahan penyuluhan menyangkut pemakaian bahasa sehari-hari.
3.4.6 Perlu Tidaknya Kurikulum dalam Penyusunan Bahan Penyuluhan
Klasifikasi hasil wawancara dengan ketiga reponden sehubungan dengan pertanyaan nomor 6, yaitu tentang perlu atau tidaknya panduan kurikulum dalam penyusunan materi penyuluhan, 100% (3 responden) mengatakan sangat perlu, dengan alasan sebagai berikut.
- Pusat Bahasa sudah membuat Pedoman Penyusunan Bahan Penyuluhan. Balai Bahasa Padang tidak keluar dari garis yang sudah ditetapkan Pusat Bahasa itu. Hanya saja, contoh-contohnya perlu dikembangkan sesuai dengan yangdibutuhkan penyuluh ketika itu.
- Kurikulum itu perlu diperbarui karena tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dengan demikian, adanya perubahan kurikulum juga akan membawa perubahan pada bahan penyuluhan kita. Hal ini dimaksudkan agar materi yang diberikan dalam penyuluhan dapat dimanfaatkan oleh peserta penyuluhan di dalam belajar-mengajar.
3.4.7 Kecocokan Metode dalam Penyuluhan Sehubungan dengan pertanyaan nomor 7, yaitu tentang kecocokan metode yang diberikan dalam penyuluhan, jawaban responden menunjukkan bahwa 66,66% (2 responden) menyatakan bahwa metode yang digunakan dalam penyuluhan selama ini sudah sesuai/cocok, dengan alasan Balai Bahasa selama ini mengadakan penyuluhan bersemuka dalam hal ini adalah yang paling tepat untuk saat ini.
Hanya 1 responden atau 33,334 menyatakan bahwa metode yang digunakan selama ini belum cocok sebaiknya metode kontekstual.
28 3.4.8 Keefektifan Pemberian Materi
Klasifikasi hasil wawancara ketiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 8, yaitu tentang keefektifan pemberian materi yang tanpa diselingi oleh materi yang lain, jawaban responden menunjukkan bahwa 100% (3 responden) menyatakan efektif, dengan alasan responden sebagai berikut.
- (1) Ada dua cara dalam pemberian materi pada penyuluhan ini. Jika dilihat dari segi kepraktisan, cara yang telah kita lakukan selama ini memang lebih praktis karena konsentrasi para peserta penyuluhan tidak terganggu. Akan tetapi, cara itu mungkin menimbulkan kejenuhan atau mendatangkan rasa bosan.
- (2) Penyuluh dalam menyajikan bahan suluhannya, tidak hanya memberikan satu materi. Maksudnya, dalam materi Kalimat, misalnya, juga dibahas Ejaan serta Bentuk dan Pilihan Kata.
- (3) Jika diganti dengan cara lain, belum tentu akan mendatangkan hasil yang baik, terutama jika kita melakukan penyuluhan di daerah.
3.4.9 Keefektifan Waktu Penyuluhan
Klasifikasi hasil wawancara ketiga reponden sehubungan dengan pertanyaan nomor 9, yaitu tentang kekefektifan waktu penyuluhan yang dimulai dari pagi hingga sore adalah sbagai berikut. Jawaban responden menunjukkan bahwa 66,66% (2 responden) menyatakan efeklif, dengan alasan masing-masing sebagai berikut.
- (1) Kita sudah merencanakan kegiatan penyululuhan itu akan berlangsung selama satu minggu. Jadi, mereka khusus hanya berkosentrasi pada waktu satu minggu saja daripada 1 bulan dengan 4 kali pertemuan. Hal itu tidak efektif karena jarak waktu yang begitu jauh. Selain itu, apa yang mereka dapatkan tidak utuh atau terpotong-potong.
- (2)Guru SD adalah guru yang sangat sibuk dan mereka mempunyai banyak tanggung jawab. Jika pesuluh berdasarkan kurikulum, sedangkan bahan penyuluhan menyangkut pemakaian bahasa sehari-hari.
3.4.6 Perlu Tidaknya Kurikulum dalam Penyusunan Bahan Penyuluhan
Klasifikasi hasil wawancara dengan ketiga reponden sehubungan dengan pertanyaan nomor 6, yaitu tentang perlu atau tidaknya panduan kurikulum dalam penyusunan materi penyuluhan, 100% (3 responden) mengatakan sangat perlu, dengan alasan sebagai berikut.
- (1) Pusat Bahasa sudah membuat Pedoman Penyusunan Bahan Penyuluhan. Balai Bahasa Padang tidak keluar dari garis yang sudah ditetapkan Pusat Bahasa itu. Hanya saja, contoh-contohnya perlu dikembangkan sesuai dengan yang dibutuhkan penyuluh ketika itu.
- (2) Kurikulum itu perlu diperbarui karena tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dengan demikian, adanya perubahan kurikulum juga akan membawa perubahan pada bahan penyuluhan kita. Hal ini dimaksudkan agar materi yang diberikan dalam penyuluhan dapat dimanfaatkan oleh peserta penyuluhan di dalam belajar-mengajar.
3.4.7 Kecocokan Metode dalam Penyuluhan
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 7, yaitu tentang kecocokan metode yang diberikan dalam penyuluhan, jawaban responden menunjukkan bahwa 66,66% (2 responden) menyatakan bahwa metode yang digunakan dalam penyuluhan selama ini sudah sesuai/cocok, dengan alasan Balai Bahasa selama ini mengadakan penyuluhan bersemuka dalam hal ini adalah yang paling tepat untuk saat ini.
Hanya 1 responden atau 33,33% menyatakan bahwa metode yang digunakan selama ini belum cocok sebaiknya metode kontekstual. 3.4.8 Keefektifan Pemberian Materi
Klasifikasi hasil wawancara ketiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 8, yaitu tentang keefektifan pemberian materi yang tanpa diselingi oleh materi yang lain, jawaban responden menunjukkan bahwa 100% (3 responden) menyatakan efektif, dengan alasan responden sebagai berikut.
- (1) Ada dua cara dalam pemberian materi pada penyuluhan ini. Jika dilihat dari segi kepraktisan, cara yang telah kita lakukan selama ini memang lebih praktis karena konsentrasi para peserta penyuluhan tidak terganggu. Akan tetapi, cara itu mungkin menimbulkan kejenuhan atau mendatangkan rasa bosan.
- (2) Penyuluh dalam menyajikan bahan suluhannya, tidak hanya memberikan satu materi. Maksudnya, dalam materi Kalimat, misalnya, juga dibahas Ejaan
serta Bentuk dan Pilihan Kata.
- (3) Jika diganti dengan cara lain, belum tentu akan mendatangkan hasil yang baik, terutama jika kita melakukan penyuluhan di daerah.
3.4.9 Keefektifan Waktu Penyuluhan
Klasifikasi hasil wawancara ketiga reponden sehubungan dengan pertanyaan nomor 9, yaitu tentang kekefektifan waktu penyuluhan yang dimulai dari pagi hingga sore adalah sbagai berikut. Jawaban responden menunjukkan bahwa 66,66% (2 responden) menyatakan efektif, dengan alasan masing-masing sebagai berikut.
- (1) Kita sudah merencanakan kegiatan penyululuhan itu akan berlangsung selama satu minggu. Jadi, mereka khusus hanya berkosentrasi pada waktu satu minggu saja daripada 1 bulan dengan 4 kali pertemuan. Hal itu tidak efektif karena jarak waktu yang begitu jauh. Selain itu, apa yang mereka dapatkan tidak utuh atau terpotong-potong.
- (2) Guru SD adalah guru yang sangat sibuk dan mereka mempunyai banyak tanggung jawab. Jika memang berpola 48 jam, selama 1 minggu dan dimulai dari pagi hingga sore, hal itu tidak masalah. Bayangkan, jika jumlah jam tetap sama, tetapi jadwal penyuluhan hanya sampai dengan pukul 12.00, berapa lama guru tersebut harus meninggalkan siswanya?
Hanya 1 responden, atau 33,33%, menyatakan bahwa waktu pelaksanaan penyuluhan kurang efektif karena penyuluh dan juga pesuluh akan merasa bosan duduk dari pagi sampai sore hore.
3.4.10 Ketepatan Pembagian Waktu pada Materi
Klasifikasi hasil wawancara tiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 10, yaitu tentang ketepatan pembagian waktu unruk masing-masing materi adalah sebagai berikut. Jawaban responden menunjukkan bahwa 66,66% (2 responden) menyatakan pembagian waktu untuk tiap-tiap materi itu sudah tepat, dengan alasan sebagai berikut.
- (1) Jika kita perhatikan pembagian waktu pada tiap-tiap materi itu, dapat dikatakan bahwa materi Ejaan dan Kalimat lebih banyak. Itu adalah karena memang banyak hal atau persoalan kebahasaan yang harus diberikan dalam Ejaan dan Kalimat itu, misalnya dalam materi Ejaan ada 5 bab yang disampaikan.
- (2) Apressiasi Sastra sebaiknya diberikan tambahan jam karena guru sering kewalahan dalam memberikan pelajaran mengarang kepada siswanya.
Hanya 1 responden atau 33,33% menyatakan bahwa pembagian waktu untuk tiap-tiap materi belum tepat karena materi jaan perlu waktu yang lebih daripada materi lainnya. Hal itu disebabkan oleh banyaknya persoalan di dalam bab demi bab yang akan disampaikan kepada para peserta. 3.4.11 Pencapaian Sasaran
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 11, yaitu tentang pencapaian sasaran dengan pola 48 jam, seperti yang dilakukan selama ini, jawaban responden menunjukkan bahwa 66,66% (2 responden) menyatakan bahwa sistem pola 48 jam, seperti yang biasa dilakukan, sudah mencapai sasaran, dengan alasan masing-masing responden sebagai berikut.
- (1) Jika berpegang pada pedoman pelaksanaan kegiatan yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa, pola 48 jam itu tidak ada, yang ada adalah 32, 90, 100 jam. Pola itu dapat disesuaikan dengan kondisi pelaksana dan peserta penyuluhan di tiap daerah.
- (2) Jika dilihat sasaran, yang tercapai tentu baru sasaran umum, bukan sasaran khusus. Akan tetapi, untuk tahap awal sasaran kita sudah tercapai.
Hanya 1 responden atau 33,33% menyatakan bahwa sasaran belum tercapai, karena sasaran akan bisa tercapai jika kita sudah mengelompokkan para pesuluh itu berdasarkan latar belakang pendidikan atau kelas sosialnya.
3.4.12 Kesulitan dalam Menyuluh
Klasifikasi hasil wawancara ketiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 12, yaitu tentang kesulitan atau halangan oleh penyuluh menyampaikan materinya, menunjukkan bahwa dalam 100% (3 responden) menyatakan tidak ada kesulitan. memang berpola 48 jam, selama 1 minggu dan dimulai dari pagi hingga sore, hal itu tidak masalah. Bayangkan, jika jumlah jam tetap sama, tetapi jadwal penyuluhan hanya sampai dengan pukul 12.00, berapa lama guru tersebut harus meninggalkan siswanya?
Hanya 1 responden, atau 33,33%, menyatakan bahwa waktu pelaksanaan penyuluhan kurang efektif karena penyuluh dan juga pesuluh akan merasa bosan duduk dari pagi sampai sore hore.
3.4.10 Ketepatan Pembagian Waktu pada Materi
Klasifikasi hasil wawancara tiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 10, yaitu tentang ketepatan pembagian waktu unruk masing-masing materi adalah sebagai berikut. Jawaban responden menunjukkan bahwa 66,66% (2 responden) menyatakan pembagian waktu untuk tiap-tiap mäteri itu sudah tepat, dengan alasan sebagai berikut.
- (1) Jika kita perhatikan pembagian waktu pada tiap-tiap materi itu, dapat dikatakan bahwa materi Ejaan dan Kalimat lebih banyak. Itu adalah karena memang banyak hal atau persoalan kebahasaan yang harus diberikan dalam Ejaan dan Kalimat itu, misalnya dalam materi Ejaan ada 5 bab yang harus disampaikan.
- (2) Apressiasi Sastra sebaiknya diberikan tambahan jam karena guru sering kewalahan dalam memberikan pelajaran mengarang kepada siswanya.
Hanya 1 responden atau 33,33% menyatakan bahwa pembagian waktu untuk tiap-tiap materi belum tepat karena materi Ejaan perlu waktu yang lebih daripada materi lainnya. Hal itu disebabkan oleh banyaknya persoalan di dalam bab demi bab yang akan disampaikan kepada para peserta. 3.4.11 Pencapaian Sasaran
Sehubungan dengan pertanyaan nomor 11, yaitu tentang pencapaian sasaran dengan pola 48 jam, seperti yang dilakukan selama ini, jawaban responden menunjukkan bahwa 66,664 (2 responden) menyatakan bahwa sistem pola 48 jam, seperti yang biasa dilakukan, sudah mencapai sasaran, dengan alasan masing-masing responden sebagai berikut.
(1) Jika berpegang pada pedoman pelaksanaan kegiatan yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa, pola 48 jam itu tidak ada, yang ada adalah 32, 90, 100 jam. Pola itu dapat disesuaikan dengan kondisi pelaksana dan peserta penyuluhan di tiap daerah.
(2) Jika dilihat sasaran, yang tercapai tentu baru sasaran umum, bukan sasaran khusus. Akan tetapi. untuk tahap awal sasaran kita sudah tercapai.
Hanya 1 responden atau 33,334 menyatakan bahwa sasaran belum tercapai, karena sasaran akan bisa tercapai jika kita sudah mengelompokkan para pesuluh itu berdasarkan latar belakang pendidikan atau kelas sosialnya.
3.4.12 Kesulitan dalam Menyuluh
Klasifikasi hasil wawancara ketiga reponden penyuluh yang diwawancarai sehubungan dengan pertanyaan nomor 12, yaitu tentang kesulitan atau halangan oleh penyuluh datam menyampaikan materinya, menunjukkan hahwa 100% (3 responden) menyatakan tidak ada kesulitan.