Buku Peringatan 30 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia/Bab 4

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

BAB IV.
ANEKA WARNA.

Bagian A.

I.SUMBANGAN WANITA INDONESIA DALAM MASJARAKAT.

1.Wanita dan perdjoangan.

2. Karangan-karangan tentang Revolusi dan Wanita Indonesia.
Memperingati djasa Pergerakan Wanita Indonesia terhadap kaum wanita keturunan Arab Oleh Nj . Barkah A. R. Baswedan.
Masa perdjoangan oleh Nj. Kowari.
Mengikuti djedjak Kartini oleh J. Rizali Noor.
Peranan Wanita dalam Revolusi 17 Agustus 1945 oleh Setiati Surasto.
Peranan pemudi pada petjahnja Revolusi tgl. 17 Agustus 1945 oleh Hurustiati Subadrio.
O .... Ibu oleh Ibu Sudirman.
Kenangan dalam detik-detik proklamasi oleh I. N. Suprapti.
Peranan wanita sekitar proklamasi 17 Agustus 1945 oleh S. K. Trimurti.

Pedjoang-pedjoang Wanita di Nusa Tenggara oleh Tantrawan.

x-small

Tjut Nja Din, istri Teuku Umar. Pedjuang Wanita dari Atjeh.


1. WANITA DAN PERDJUANGAN.

Tudjuan umum bagi pergerakan wanita jang dimulai pada zaman pendjadjahan Belanda adalah memperbaiki nasib kaum wanita, terutama sebagai isteri, sebagai ibu dan sebagai anggauta Masjarakat. Djalan jang ditempuh untuk mentjapai perbaikan nasib ini ialah dengan djalan : mentjapai persamaan hak antara laki-laki dan wanita, baik didalam hukum maupun didalam praktek dengan antara lain melalui terutama persamaan kesempatan pendidikan.


Setelah djalan itu ditempuh, maka perdjoangan diteruskan kearah perdjoangan kebangsaan bersama-sama dengan kaum prija jang nanti akan mentjapai klimaksnja dalam waktu Revolusi melawan Belanda. Hingga sekarang sifat dari perdjoangan wanita Indonesia ini tidak hanja untuk mengisi kemerdekaannja jang telah ditjapai sekarang dan persamaan haknja, tetapi djuga bersamasama dengan kaum prija ikut memikul beban tanggung-djawab terhadap kesedjahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.


Dalam hal ini akan disadjikan disini bermatjam fragmen perdjuangan jang terdapat di Indonesia ini dari berbagai-bagai daerah dan dari saat-saat jang berlain-lainan. Maksudnja ialah untuk memberikan gambaran, bahwa kaum wanita merupakan unsur-unsur jang memberi dorongan jang hebat pula didalam perdjuangan bangsa Indonesia umumnja, dan diberbagai-bagai daerah chususnja.

Perdjuangan ini kebanjakan mentjetuskan hasrat berorganisasi dan bergerak ; maka dari itu akan terlihat disini, bahwa kebanjakan dari fragmen-fragmen tadi melukiskan riwajat berdirinja sesuatu organisasi kewanitaan.

Demikianlah gambaran-gambaran tadi dilukiskan disini sesuai dengan laporan-laporan jang masuk.

Demikianlah maka berdiri beberapa matjam organisasi wanita, jang dalam Anggaran Dasar serta anggaran tetangganja berlain-lainan, akan tetapi jang dalam hakekatnja bersamaan, ialah berdjuang, untuk mentjapai persamaan hak, untuk menghilangkan belenggu-belenggu dan tindasantindasan jang menimpa dirinja kaum wanita.

Berdirinja badan federasi P.P.P.I. pada tanggal 22 Desember 1928, jang memuat berbagai-bagai organisasi wanita, adalah berdjiwa demikian. Dengan adanja badan federasi ini, memang menambah kemadjuan gerakan wanita pada umumnja, terutama dalam usaha-usaha untuk meninggikan deradjat kaum wanita dan untuk mentjapai hakhak bagi kaum wanita. Dalam perdjuangannja untuk mendapat hak pilih, telah pernah berhasil dengan duduknja anggota wanita bangsa Indonesia dalam Gemeente-raad, misalnja Nj . Sunarjo Mangunpuspito, Nj . Soedirman, dan sebagainja.

Disamping organisasi-organisasi wanita jang telah tergabung dalam P.P.I.I. , masih ada organisasi-organisasi wanita jang belum tergabung dalam P.P.I.I. Adapun sebabnja bermatjam-matjam. Ada


R. Dewi Sartikah. Pelopor Pendidikan Putri Pasundan.

Nj. Walanda-Maramis, Pendiri Pikat Menado.

jang karena belum mau atau memandang tak perlu sadja, ada pula jang mempunjai pandangan lain.
 Adapun pergerakan wanita pandangan lain ini, misalnja:

Isteri Sedar, jang berpusat di Djakarta, dan diketuai oleh Nj. Suwarni Pringgodigdo. Isteri Sedar berpendapatan, bahwa kedjelekan nasib kaum wanita sekarang ini, tidak lepas dari pada kedjelekan nasib bangsa Indonesia umumnja. Karena itu, untuk mentjapai perbaikan nasib kaum wanita, maka djalan jang harus ditempuh lebih dulu ialah : mentjari perbaikan nasib bangsa Indonesia. Dan perbaikan nasib bangsa Indonesia ini, hanja bisa tertjapai, dengan melalui Indonesia Merdeka. Karena itu, Isteri Sedar menudju kearah Indonesia Merdeka.

 Dengan adanja pandangan jang berlainan itu, maka tjara bekerdjanja dan tjara mendidiknja kepada para anggauta, djuga berlainan dengan organisasi -wanita jang hanja melulu mentjapai persamaan hak sadja pada waktu itu.
 Persatuan Marhaeni Indonesia, jang berpusat di Jogjakarta, kemudian di Semarang. P.M.I. ini, mempunjai pandangan demikian:
 Nasib kaum wanita bisa bendjadi baik, apabila nasib rakjat seluruhnja mendjadi baik. Dan nasib rakjat itu bisa mendjadi baik, apabila dalam masjarakat sudah tidak ada lagi penghisapan penindasan, pemerasan dan sebagainja. Ini hanja

208

bisa terdjadi, dengan hapusnja segala matjam pendjadjahan. Bagi Indonesia, maka kemerdekaan nasional adalah satu- satunja djalan jang harus ditempuh. Maka djuga kaum wanita, djika ingin akan perbaikan nasibnja, harus turut serta berdjoang aktief untuk mentjapai kemerdekaan tanah air. Tetapi, kemerdekaan nasional sadja, itu belum mendjamin atas kesedjahteraan rakjatnja. Dari itu, harus diperdjoangkan, agar supaja, sesudah Indonesia Merdeka itu, dapatlah dilaksanakan bentuk dan susunan masjarakat, jang bersendikan kesedjahteraan sosial. Artinja, dalam masjarakat itu, tidak ada kemungkinan lagi untuk adanja tindas-menindas dan hisap-menghisap antara satu sama lainnja. Dengan begini, maka P.M.I. bertudjuan tudjuan kearah masjarakat jang berdasar kesedjahteraan sosial, dengan melalui kemerdekaan nasional.
 Adapun sedjarah P.M.I. itu demikian: Mula -mula , oleh wanita-wanita, jang kebanjakan mendjadi anggota Partindo, didirikan satu perkumpulan wanita di Semarang, jang bernama : Mardi Wanita. Pemimpin- pemimpinnja antara lain , Nj. Reksokusumo. Mardi Wanita ini berdiri kira-kira pada tahun- tahun sesudah Partindo mendapatkan vergaderverbod, ialah tahun 1933-1934.
 Lama-lama perkumpulan ini mendapat kemadjuan dan bertjabang-tjabang, terutama di Djawa Tengah. Achirnja terasa, bahwa nama „Mardi Wanita ini provinsialistis, dan perlu diganti dengan nama lain, jang meliputi daerah Indonesia. Maka dalam kongresnja tahun 1935, nama Mardi Wanita dengan „Persatuan Marhaen Indonesia". Pusatnja di Jogjakarta, dengan ketua pengurus Besarnja, Nj. Sri Panggian, jang sekarang telah meninggal dunia . P.M.I. ini kemudian mendapat vergader verbod pula , sehingga menjukarkan langkah-langkahnja. Maka pada tahun 1936 diadakan referendum, untuk pemilihan Pengurus Besar baru dan tempat kedudukan P.B. Dalam referandum itu. telah terpilih sebagai ketu pengurus Besar baru , ialah Nj. S. K. Trimurti , dan sebagai penulisnja, Nj. Sutarni ( Mantoro Tirtonegoro ). Kedudukan P.B. baru adalah di Semarang. Akan tetapi P.M.I. tidak dapat hidup langsung, karena dua bulan sesudah pemilihan itu, Saudara S. K. Tri murti kena perkara, karena soal pamplet, dan masuk pendjara 6 bulan lamanja.
 Susunan P.B. lengkap tak dapat diadakan , karena sukarnja membuat rapat. Dengan sendirinja, praktis organisasi ini mati. Maka aktiviteit anggauta- anggautanja, dialihkan kepada usaha-usaha sosial.
 Pada tahun 1938-1939 di Semarang didirikan lagi sebuah perkumpulan wanita, jang progressief, oleh bekas anggota P.M.I. Perkumpulan ini namanja Himpunan Perempuan Indonesia, disingkat : H.P.I. Sebagai pemimpin- pemimpinnja : Nj. Reksoku sumo, Nj. Rak Darsono, Nj. Munasiah dan sebagainja.
 Pada djaman pendudukan Djepang, tidak ada satupun perkumpulan wanita jang boleh berdiri, selainnja Fudjinkai, bikinan Djepang.

286

Surakarta.
 Dalam bulan Djuli 1945 dibentuklah di Solo suatu organisasi wanita dengan nama Perkumpulan Pekerdja Puteri Surakarta disingkat P.P.P.S. dengan Ketua Saudara Sutijah (sekarang Nj. Sutijah Surjohadi) dan Wakil Ketua Saudara Sumarni.
 Didalam perebutan kekuasaan dari Djepang, anggauta-anggautanja ikut aktip dalam persiapannja, membuat bendera-bendera merah putih, mempelopori barisan jang berbaris kegedung Balai kota, Kenpetai untuk menurunkan bendera Hinomaru, dengan bahaja ditembak oleh tentara Djepang. Segera diketahui, bahwa anggauta-anggautanja harus mempunjai ketjakapan dan keberanian lebih dari pada biasa.
 Oleh karena itu ketua mentjari hubungan dengan pemuda-pemuda jang tergabung dalam B.K.R. (nantinja T.K.R.) untuk mentjari orang jang dapat memberi peladjaran-peladjaran ketangkasan dan ketentaraan. Major Kusmanto menjanggupi men tjari tenaga, dan beberapa hari kemudian Kapten Darjono ditugaskan melatih wanita-wanita muda jang ingin mengetahui dan mempeladjari ketentaraan. Latihan pertama dimulai dengan 14 orang pengikut, pemudi-pemudi jang sudah tjukup umur, 18 tahun keatas, dan kebanjakan dari mereka ialah wanita-wanita muda, berumur 20 tahun keatas. Peladjaran-peladjaran jang diberikan ialah, berbaris, bersembunji, melempar graniat, mempergunakan sendjata (senapan) revolver, lari tjepat dan lain-lain.
 Oleh ketua diusahakan djuga, supaja dapat ditambah dengan satu peladjaran lagi, ialah mengemudi dokar, karena jang penting ialah gerak tjepat, dan mobil tentunja amat kurang. Semua anggauta harus dengan sendirinja dapat naik sepeda. Tudjuan dari latihan itu, supaja kaum wanita tidak asing terhadap bermatjam-matjam sendjata peperangan, dapat bergerak tjepat, membela diri, dan bila perlu ikut memanggul senapan, bertempur melawan musuh.
 Surabaja diserbu. Permintaan bantuan melalui radio. P.P.P.S. mulai dengan mengirimkan dua orang anggautanja jang sudah selesai dengan latihan ke Modjokerto untuk ikut membantu apa jang perlu ditolong. Sesudah itu P.P.P.S. mengambil nama baru, ialah Barisan Penolong, dengan tanda ban putih dan nama Barisan penolong ditulis dengan tjat merah (dipakai dilengan tangan).
 Latihan-latihan diteruskan, dan banjak jang mengadjukan diri untuk ikut serta. Pertolongan diberikan kepada siapa jang perlu pertolongan dalam soal mendjahit, memasak, merawat orang-orang luka. Anggauta-anggauta membanting tulang, membantu pemuda-pemuda jang mengalir dari segala pendjuru untuk mengadakan penjerbuan ke Ambarawa dan Salatiga. Pernah terdjadi, bahwa pada suatu ketika sedjumlah 12 orang anggauta Barisan Penolong, 36 (tiga puluh enam) djam terus-menerus bekerdja (memasak, membantu pemuda-pemuda jang mengalir, merawat mereka jang sakit didjalan) berpusat dimarkasnja, ialah di Lodji Gandrung di Djalan Purwosari Surakarta,

36 djam dengan sama sekali tidak beristirahat sedetikpun. Penduduk Solo mulai melihat dan menghargai Barisan penolong, dan wanita-wanita muda ini, dianggap tidak aneh lagi seperti dahulu, ketika untuk pertama kali mengadakan latihan memanggul senapan. Mereka mengerti, bahwa pengetahuan dan ketjakapan ketentaraan perlu dimiliki djuga oleh wanita-wanita jang membantu tentara didalam masa itu, karena mereka djuga sewaktu-waktu dapat menghadapi bahaja. Divisi Panembahan Senopati membutuhkan tenaga untuk membentuk dapur-dapur umum didekat daerah operasi.
 Permintaan diadjukan kepada Barisan Penolong, dan wanita-wanita itu siap sedia madju kedepan, sampai di Pudakpajung, Ungaran, Mranggen. Tidak djarang terdjadi, bahwa mereka bekerdja dibawah hudjan peluru, dan pengetahuan ketentaraan mereka sungguh ada gunanja. Pasar sering diserbu oleh musuh pada pagi hari, dan wanita-wanita muda, anggauta-anggauta Barisan penolong ini mempraktekkan peladjaran-peladjarannja mentjari siasat menipu musuh, mendapat bahan-bahan makanan jang diperlukan, mengantarkan makanan ke front, semuanja dengan selamat. Disipline dipegang teguh.
 Mereka hanja boleh memimpin dapur umum dalam rombongan sedikit-dikitnja terdiri dari 2 orang, jang lazim ialah rombongagn 4 orang atau 6 orang. Sebelumnja berangkat kefront, mereka dikumpulkan dahulu dimarkasnja di Lodji Gandrung Solo, dan mereka mendapat ekstra nasehat nasehat tentang Budi Pekerti. Tiap-tiap rombong an wanita bekerdja dibawah pengawasan seorang tentara, jang sudah agak tua, jang bertanggung djawab terhadap keselamatan tingkah laku mereka. Untuk seluruh dapur difront ditentukan ketua front, ialah Saudara Sumarni. Saudara Sutijah sebagai ketua umumnja, memimpin terus latihan-latihan dan mengorganiseer pengiriman-pengiriman kefront, berkedudukan di Lodji Gandrung. Bila ada laporan dari Saudara Sumarni mengenai anggauta-anggautanja, ketuanja sendiri, Saudara Sutijah berangkat ke front, menemui dan menjaksikan tindakan-tindakan anggauta-anggautanja. Tidak djarang terdjadi anggauta-anggauta ditarik kembali kekota, karena ada jang agak bebas didalam pergaulan. Sembojan jang didjundjung tinggi ialah: „Harus membuktikan, bahwa wanita dimana-mana dapat membawa peradaban, kesusilaan dan ketenteraman”.
 Rombongan-rombongan wanita-wanita itu tiap-tiap 2 atau 3 minggu diganti, bergiliran mereka kembali kekota, pulang kerumahnja masing-masing.
 Lama-lama ada keinginan, supaja wanita-wanita dari lain kota djuga berorganisasi seperti pekerdja-pekerdja di Solo. Suatu konperensi, djuga di Solo, dengan kundjungan beberapa orang dari Banjumas, Purwokerto, Kediri, Djokja, Blitar, Pekalongan, memutuskan, akan mengadakan kongres di Kediri, dengan laporan dari kota-kota jang mengundjungi konperensi tersebut. Mereka diberi tugas membentuk organisasi sematjam di Solo, dikotanja masing-masing. Kongres Pekerdja Wa-

427/B (14)

209

nita di Kediri mengambil keputusan: membentuk suatu organisasi dengan nama –– Barisan Buruh Wanita –– dengan ketua Saudara Trimurti, Wakil Ketua Saudara Sutijah. Peperangan terus berdjalan. Saudara Sutijah mentjeburkan diri dalam Laskar Buruh, dan mengadakan latihan-latihan diantara buruh-buruh wanita dari pelbagai kota jang dapat berhubungan.

Semua latihan ketentaraan diadakan dikota Solo, sekarang ditambah dengan peladjaran-peladjaran lain sebagai penjempurnaan, antara lain, menembak dari djauh mempergunakan mitraljur, merawat orang sakit dan latihan-latihan P.P.P.K. jang dibantu oleh Dr. Saleh Mangundiningrat dan Nj. Dr. Edi Rusli.

Dengan tjara begini tersebar pengetahuan dan ketjakapan ketentaraan dikalangan wanita. Sebagai Laskar Buruh lapangan memberi bantuan melebar kelain-lain front, tidak hanja difront sekitar Solo sadja, tetapi kelain-lain daerah mereka djuga mengadakan penindjauan dan mengorganiseer bantuan kegaris depan.

Tapanuli.

Perdjuangan Wanita di Sidikalang (Tapanuli) dimulai semendjak zaman Djepang.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disana berdiri perkumpulan Perwari.

Dalam masa revolusi itu kaum Wanita bekerdja didapur umum setjara sukarela guna membantu para pedjoang digaris depan dan menolong korban korban revolusi jang ditawan dalam pendjara-pendjara.

Dalam lapangan palang merah para wanita Sidikalang giat pula menjumbangkan tenaganja, baik siang maupun malam hari.

Sesuatu jang tidak boleh dilupakan dalam perdjuangan rakjat Indonesia, ialah pergerakan Laskar Muslimat, jakni laskar wanita Islam.

ᎠᎥ Sumatera Tengah sesudah proklamasi 17 Agustus berdiri, sebagai tjendawan tumbuh, laskar-laskar pemuda untuk menentang kembalinja pendjadjahan, misalnja: LASMI jakni Laskar Muslimin Indonesia, Hizbullah, Tentara Merah, Salilullah, Barisan Hulubalang, Pesindo dan lain-lain.

Laskar-laskar ini didirikan dan diasuh oleh partai-partai jang hidup di Sumatera Tengah. Biajanja pun ditanggung oleh partai-partai itu. LASMI didirikan oleh Partai Islam Perti, Hizbullah didirikan oleh Masjumi, Tentara Merah oleh P.K.I. dan begitulah seterusnja.

Partai Islam Perti disamping mendirikan LASMI djuga membangun Laskar Muslimat, jakni Laskar bahagian wanitanja.

Laskar Muslimat dididik tak ubahnja sebagai LASMI djuga, jaitu mereka diadjar berbaris jang teratur, hidup berdisiplin tentara dan dimana mereka berdjalan membawa sendjata bambu runtjing jang terkenal. Kadang-kadang opsirnja pakai sendjata api djuga.

Pelantikan-pelantikan untuk Laskar Muslimat ini diadakan djuga diberbagai-bagai kota di Sumatera Tengah, umpamanja di Bukittinggi, Padang, Solok, Sawah Lunto, Bangkinang, Kampar dan Kerintji.

Dalam pelantikan-pelantikan itu mereka memakai pakaian seragam, jaitu kudung putih serupa zuster dikepalanja, badju gunting baru dan sarong batik. Kalau mereka berkonperensi dikota djelas kelihatannja, karena pakaiannja jang seragam itu.

Pakaian Laskar Muslimat itu disamping merupakan uniform tentara manis kelihatannja dan bahkan menarik djuga.

Pekerdjaan Laskar Muslimat ini sangatlah pentingnja dikala itu, karena mereka ikut serta berdjuang digaris depan, masuk hutan keluar hutan, masuk kampung keluar kampung dan ikut dalam ,,longmars" dari bukit-kebukit dan dari gunung kegunung.

Sesampainja disesuatu front, selain mereka merupakan palang merah jang teratur dan tjakap, mengurus dapur umum untuk makanan pradjurit laskar-laskar, djuga kadang-kadang ikut bertempur melawan Belanda. Medan Padang Luar kota jang terkenal mengetahui betul bagaimana hebatnja perdjuangan Laskar Muslimat dikala itu di Sumatera Tengah.

Agar djangan sampai dilupakan, baik djuga kita sebut disini beberapa nama jang kita ingat dari pemuka-pemuka Laskar Muslimat ketika itu, jaitu Saudara Rosni Zainal, Norma Alamsuddin, Hadji Sariani, Lamdjani Manan, Rohana Thaib, Nurdjani Tandjung Barulak, Sulidjah Batipuh, Djaura Muara Labuh, Nuridjah Ahmad, Lawijah Batusangkar, Ramani Nurisan, Latifah Bondjol, dan sebagai penasehat Umumnja Ummi H. Salima.

Dapat dipastikan bahwa djumlah mereka adalah lebih kurang 10.000.

Sedemikian setitik sumbangan Wanita jang besar artinja untuk kemerdekaan bangsa seluruhnja.

Tandjungkarang.

Pada tanggal 27 Oktober 1945 terbentuklah di Tandjungkarang sebuah organisasi puteri jang dinamai Gerakan Puteri Indonesia, dengan singkatan Gerpi.

Oleh usaha wanita-wanita dan puteri-puteri telah diadakan dapur umum untuk romusja-romusja dari seluruh Sumatera jang akan dipulangkan ke pulau Djawa dan dalam perdjalanan mereka singgah di Tandjungkarang. Pun pemudi-pemudi jang datang dari Djawa sebagai badan penghubung dari Pemerintah Pusat mendapat makan dari dapur umum. Pemudi-pemudi jang berasal dari Djawa jang pada zaman pendudukan Djepang telah tertipu dan dari Singapura dan Sumatera akan dikembalikan ke Djawa, ada kira-kira 50 orang, ditampung dan diurus oleh Gerpi.

Oleh pemuda-pemuda jang datang dari Djawa diadakan rapat-rapat dan terbentuklah bermatjam-matjam badan sebagai Palang Merah Indonesia, Pendidikan dan sebagainja. Dan dalam tiap-tiap badan jang terbentuk tetap ada beberapa puteri duduk dalam pengurusnja.

Oleh Gerpi dan organisasi wanita lain-lainnja mulailah diadakan rapat-rapat dikampung-kampung. Semua wanita-wanita tua muda dikumpulkan untuk diberi penerangan dalam bahasa daerah tentang kemerdekaan kita Pekik perdjuangan „Merdeka" terdengar diseluruh pelosok.

 Kemudian Gerpi membentuk tjabang-tjabangnja diberbagai pelosok, antaranja di Tandjungkarang, Telukbetung, Menggala, Kotabumi, Sukadana, Pringsewu, Metro, Kalianda, Kotaagung dan Krue.
 Semua tjabang diharuskan mengadakan kontak dengan Pemerintah sipil, militer setempat dan semua organisasi-organisasi lainnja dan menjediakan tenaga untuk membantu Pemerintah dalam segala lapangan.
 Pakaian untuk romusja, untuk pradjurit, semua diserahkan pada Gerpi. Pun didapur umum tiap hari anggauta Gerpi bergiliran menjumbangkan tenaganja.
 P.M.I. bagian puteri jang mempeladjari dan mengadakan latihan-latihan pertolongan pertama dalam ketjelakaan jang dipimpin oleh Dr. Badrul Munir seluruhnja terdiri dari anggauta-anggauta Gerpi. Mengadakan kursus-kursus mendjahit, memasak dan dimulai dengan pemberantasan buta huruf.
 Djuga mengadakan fancy fair jang mana hasilnja pertama kali seluruhnja 100% diserahkan pada D.P.R. Lampung dan kedua kalinja 50% untuk D.P.R. Lampung dan 50 % untuk P.M.I. tjabang Lampung.
 Berhubung pada waktu itu belum ada sekolah menengah untuk melandjutkan peladjaran anak-anak kita, maka Partai Buruh Indonesia (P.B.I.) mengadakan udjian masuk untuk sekolah menengah S.M.P. Duduk dalam panitia udjian adalah Saudara M. I. Tjindarbumi.
 Melihat hasil-hasil jang sangat mengetjewakan, terbitlah keinginan untuk menampung puteri-puteri jang tak lulus dalam udjian tersebut. Pada tanggal 1 April 1946 dibukalah dikota Tandjung karang sebuah S.M.P. dari P.B.I. jang dipimpin oleh Saudara Munzil Aswar.
 Pengurus Pusat dari Gerpi mengadakan rapat untuk merentjanakan pembukaan sebuah sekolah untuk menampung puteri-puteri jang tak lulus dalam udjian masuk S.M.P.
 Dengan mendapat bantuan dari Pemerintah sipil, militer dan lain-lain dan dengan kegiatan pengurus maka pada tanggal 1 Mei telah dapat di buka sebuah S.K.P. jang untuk sementara waktu menumpang di Gedung jang dipakai oleh S.M.P. Mula-mula dibuka dua kelas dengan kira-kira 60 orang murid.
 Berkat perdjoangan pengurus, oleh Residen Lampung diserahkan kepada Gerpi sebuah gedung bekas gedung D.P.R. jang sangat besar dan sangat bagus milik Internatio untuk dipakai sebagai sekolah.
 Berhubung sebuah S.K.P. sangat banjak membutuhkan alat- alat dan Gerpi tak mempunjai tjukup uang kas untuk menutup kebutuhan itu maka diadakan kontak dengan pimpinan militer supaja pekerdjaan sebagai mendjahit dan memasak diserahkan pada Gerpi dan sebagai penghargaan djasa diberikan Gerpi bahan-bahan untuk sekolah. Dengan demikian sekolah tadi dapat berdjalan dengan lantjar. Djuga diadakan sandiwara dan fancy fair untuk S.M.P. dan S.K.P.

 Disamping sekolah djuga diadakan kepanduan. Dalam penjambutan terhadap rombongan tamu-tamu agung jang datang dari Djawa, Gerpi tak pula ketinggalan membantu dalam segala lapangan, seperti masak, lajanan, kesenian dan lain-lain. Demikian pula bantuan-bantuan jang besar telah diberikan pada waktu terdjadi pertempuran-pertempuran dengan Belanda di Palembang, Baturadja dan tempat-tempat lain.
 Kemudian Gerpi dilebur P.P.I. pada tahun 1948.

 Kalimantan .
 Pada tanggal 17 Desember 1946 Persatuan Wanita Indonesia (Perwani) didirikan di Kalimantan jang berpedoman besar di Bandjarmasin, diketuai oleh Nj . N. Djohansjah.
 Dengan terbentuknja Pedoman Besar Perwani ini lalu mendapat sambutan dari wanita-wanita di daerah-daerah di Kalimantan, terbukti dengan berdirinja tjabang-tjabang Perwani didaerah Bandjarmasin dan Hulu Sungai.
 Pada tanggal 16 sampai 18 Djuni 1947 pedoman besar Perwani mempelopori konperensi Wanita seluruh Kalimantan. Dalam konperensi tresebut di ambil beberapa keputusan, jaitu :

  1. Membentuk panitia Kongres Wanita Kalimantan jang direntjanakan akan diadakan awal tahun 1958.
  2. Mengirimkan delegasi wanita ketanah Merdeka.
  3. Menjokong permohonan P.K.P.I. agar di Kalimantan diadakan Kursus Dukun Beranak.
  4. Mendesak kepada tiap-tiap partai dan perkumpulan agar para isteri dan puteri dari anggota partai dan perkumpulan suka mendjadi anggota, setidak-tidaknja memasuki suatu persatuan wanita.
  5. Berusaha memberantas kawin paksa dan perkawinan dibawah umur.
  6. Berusaha memberantas fakir miskin.
  7. Berusaha mengurangi pelatjuran (memperbaiki kaum perempuan jang tersesat hidupnja).
  8. Mengusahakan berdirinja Sekolah Pendidikan Puteri bagian Rendah dan Menengah.

 Konperensi ini disambung oleh konperensi Perwani jaitu tanggal 19 sampai 20 Djuni 1947 jang dihadiri oleh 7 tjabang, konperensi ini mengambil beberapa keputusan diantaranja menerima segala keputusan konperensi wanita seluruh Kalimantan dilaksanakan oleh Perwani, karena organisasi wanita lain pada masa itu belum ada, jang menghadiri konperensi hanja merupakan panitia setempat.
 Lain dari pada itu diputuskan memperkuat organisasi kedalam.
 Keputusan-keputusan konperensi wanita pertama jang diserahkan kepada Perwani sebahagian dapat dilaksanakan berkat kerdja sama dengan beberapa partai dan pemerintah umpamanja:

 Mengumpulkan anak-anak fakir miskin, kerdja sama dengan Badan Sosial S.K.I. jang sampai sekarang masih ada, jaitu Rumah Jatim jang ada di Belitung.

 Mengumpulkan gadis-gadis sengsara jang tersesat hidupnja dengan diberikan didikan kearah penghidupan jang sempurna.
 Kerdja sama dengan Pemerintah, mendirikan S.K.G. jang guru-gurunja sebahagian besar diambil dari Pengurus Perwani.
 Selangkah demi selangkah Perwani madju untuk mengisi djalannja sedjarah wanita Kalimantan.
 Pada tanggal 5 dan 6 Nopember 1947 diadakan pula konperensi kilat Perwani jang dihadiri oleh 9 tjabang. Dalam konperensi itu diputuskan :

  1. Mendesak dan menuntut kepada Pemerintah agar wanita diberi hak memilih dan dipilih.
  2. Mendesak agar setjepat mungkin Dewan Bandjar dibentuk.
  3. Menentukan waktunja kongres wanita jaitu tanggal 17 sampai 20 Pebruari 1948 bertempat di Kandangan.
  4. Mengirim surat kepada pusat Kowani di Jogjakarta agar dapat mengirimkan wakilnja pada kongres tersebut.

 Meskipun perdjoangan wanita Kalimantan masih muda usianja, tetapi telah dapat menuntut hak-haknja sebagai manusia, dan telah ada kesanggupan untuk melaksanakan pekerdjaan jang agak besar dan berat, seperti kongres.
 Dari tanggal 15 sampai 25 Desember pedoman Besar Perwani melaksanakan keputusan konperensi jaitu : beberapa pengurus Pedoman Besar Perwani mengadakan penindjauan ke Hulu Sungai. Ditiap-tiap kewedanaan mengadakan rapat-rapat umum dengan atjara mengobar-ngobarkan semangat persatuan dan mendjelaskan maksud adanja kongres wanita dan tentang pentjalonan anggota wanita untuk Dewan Daerah Bandjar. Selama perdjalanan mendapat sambutan jang memuaskan dari segenap lapisan rakjat, terutama wanita, menandakan bahwa mereka telah mulai sadar tentang kewadjiban wanita Indonesia terhadap Bangsa dan Tanah Airnja.
 Kongres wanita Kalimantan jang pertama dapat dilangsungkan pada tanggal 17 sampai tanggal 20 Pebruari 1948 bertempat di Kandangan, dengan dihadiri oleh 3 orang utusan Kowani Pusat jaitu : Nj. Soekemi, Nj . Herawati Diah, Nj . Soerasto.
 Kongres itu memutuskan:

  1. Organisasi-organisasi Wanita seluruh Kalimantan digabungkan dalam satu badan federasi jang bernama Persatuan Tindakan Wanita Indonesia (Pertiwi), dengan susunan pengurusnja sebagai berikut:

 Dewan Pimpinan Pusat Nj . Djohansjah, dibantu oleh 2 orang. Pembantu-pembantu jaitu Nj. Gt. Hidajat dan N. Gt. Mastoto.
 Tindakan keluar mengirimkan beberapa mosi dan resolusi kepada Pemerintah jaitu :

  1. Resolusi tentang kedudukan wanita dalam Advies College Dewan Haminte Bandjarmasin .
  2. Resolusi tentang kedudukan wanita dalam Dewan Daerah Bandjar.
  3. Resolusi tentang tahanan-tahanan politik supaja dibebaskan.
  1. Mosi tentang Poliklinik wanita (tempat pengobatan tersendiri untuk wanita).
  2. Mosi tentang penilik sekolah wanita dan Badan Pengudji wanita.
  3. Mosi tentang dukun beranak jang beridjazah ditiap-tiap daerah.

 Jang harus melaksanakan keputusan-keputusan itu ialah D.P.P. Pertiwi.
 Dengan berlangsungnja kongres wanita Kalimantan jang pertama, maka itu merupakan kedjadian jang tak mudah dilupakan oleh para Wanita Kali mantan, karena dengan djalan itu persatuan bertambah kuat dan bertambah meluas, hampir-hampir keseluruh Kalimantan, karena Pertiwi meliputi Kalimantan Selatan,
 Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Timur, ketjuali Kalimantan Barat.
 Mengenai resolusi dalam kongres wanita Kalimantan, tentang Advies College Dewan Haminte Bandjarmasin jang ditudjukan untuk kedudukan itu ialah Nj. Gt. Hidajat, diangkat pada tanggal 1 April 1948 dan dilantik resmi pada tanggal 11 Mei 1948.
 Mengenai resolusi No. 2 dalam kongres wanita Kalimantan mengenai Dewan Daerah Bandjar telah dipilih sebagai wakil wanita Nj. N. Djohansjah, diangkat pada tanggal 30 Djuni 1948 dan dilantik resmi pada tanggal 3 Djuli 1948.
 Pada tanggal 1 sampai 4 Oktober 1948 diadakan konperensi Perwani jang ke-2 di Bandjarmasin dihadiri oleh 7 tjabang-tjabang.
 Konperensi itu memutuskan memperbaiki organisasi wanita dan membentuk beberapa komisaris daerah dan beberapa anggota tersiar.
 Pada tahun 1949 berhubung dengan suasana Kalimantan bertambah genting, dan tekanan pemerintah Belanda semakin terasa, Pedoman Besar Perwani dan tjabang-tjabangnja tak dapat melan tjarkan djalannja organisasi setjara legaal maka dengan setjara illegallah pekerdjaan-pekerdjaan dilakukan jang mana dokumentasinja sangat sukar dikumpulkan. Beberapa anggota Tjabang di Hulu Sungai turut aktip bergerilja terutama mendirikan dapur-dapur umum. Boleh dikatakan seluruh Pengurus Tjabang Perwani ditiap-tiap Kewedanaan mendjadi tempat perhubungan antara pemimpin-pemimpin politik dan pemimpin-pemimpin gerilja.
 Banjak pula anggota-anggota jang berani mendjalankan tugas sebagai kurir, membawa surat-surat penting atau dokumentasi dari suatu tempat ketempat jang lain.
 Hal ini dapat diketahui oleh Pemerintah Belanda sehingga beberapa pemimpin Perwani ditangkap dimasukkan kedalam tahanannja.
 Meskipun tekanan Belanda begitu hebatnja, Pedoman Besar Perwani dapat bekerdja bersama-sama dengan partai politik jang sealiran jang Kalimantan jaitu S.K.I. dan Serni sehingga dapat mengirim beberapa surat kawat dan resolusi jang mendesak supaja dikirim segera delegasi A.P.R.I. ke Kalimantan. Pada tanggal 28 Agustus 1949 delegasi A.P.R.I. jang dikepalai oleh Djenderal Major Suhardjo, datang ke Kalimantan untuk menindjau dan meng adakan perundingan-perundingan dengan pemerintah Belanda.


Pedoman Besar Perwani mengambil kesempatan mengadakan tanja djawab dengan Pak Hardjo serta mendapat beberapa kesan, untuk menunaikan kewadjiban wanita Indonesia.


Pada tanggal 9 September 1949 Pedoman Besar Perwani mengadakan rapatnja mengingat pertanggungan djawab sebagai wanita Indonesia, rapat memutuskan merasa perlu adanja Panitia Persiapan untuk menjambut kedatangan rombongan A.P.R.I. jang akan berkedudukan di Bandjarmasin.


Pedoman Besar Perwani merasa perlu mengadjak D.P.P. Pertiwi dalam melaksanakan keputusan tersebut, sehingga segala pekerdjaan dapat didukung oleh seluruh organisasi wanita di Kalimantan.


Pedoman Besar Perwani memutuskan menjetudjui adanja K.N.I. Tjabang di Bandjarmasin dan menjediakan wakil dari Perwani.


Tanggal 11 September 1949 atas initiatip Perwani tjabang Bandjarmasin dapat dibuka sebuah Balai pemeriksaan perempuan hamil didjalan Andalas dikepalai oleh Nj. Dr Surti. Usaha itu ialah sekarang jang diteruskan oleh U.K.I.D.A.


Pada tanggal 14 September 1949 wakil Perwani dalam K.N.I. turut berunding dengan Letnan Kolonel Hasan Basri memutuskan berusaha mendatangkan perwakilan A.P.R.I. ke Kalimantan dan mendatangkan Panitia Gentjatan Sendjata (Local Joint Board).


Pada tanggal 21 September 1949 datanglah rom bongan Pak Hardjo kedua kalinja disertai 13 orang Perwira A.P.R.I.


Sudah tentu badan persiapan jang dibentuk oleh Perwani dan Pertiwi melaksanakan segala sesuatu kepentingan Angkatan Perang seluruhnja dengan dibantu oleh P.P.T.N.I.


Sungguh sangat dibanggakan melihat dengan njata kegiatan para wanita kita mendjalankan tugasnja masing-masing dengan penuh tanggung-djawab.


Tidak boleh dilupakan pula bahwa sesudahnja A.P.R.I. berada di Kalimantan seluruh tjabang-tjabang turut aktif menjelenggarakan sesuatunja untuk keperluan Angkatan Perang jang ditempatkan ditiap-tiap Kewedanaan.


Pada tanggal 5 dan 6 Pebruari 1950 diadakan konperensi Perwani seluruh Kalimantan di Bandjarmasin jang dihadiri oleh 10 tjabang dan Perwari Pusat Jogjakarta jaitu Nj. Pudjobuntoro.


Dalam konperensi tersebut dibitjarakan soal-soal jang mengenai Negara kesatuan disesuaikan dengan situasi Tanah Air. Rapat konperensi memu tuskan tidak perlu adanja Perwani Kalimantan, maka dengan persetudjuan bulat Perwani dilebur kedalam Perwari dan disjahkan oleh wakil Pusat Nj. Pudjobuntoro dengan susunan Pengurus sebagai berikut.


Di Kalimantan diadakan Komisaris Propinsi dan Komisaris Daerah. Komisaris Propinsi berkedudukkan di Kandangan dipimpin oleh Nj. Rahmah Bahran.


Komisaris Daerah jaitu Nj . H. Saniah Rapai berkedudukan di Bandjarmasin. Komisaris Daerah Kalimantan Timur berkedudukan di Samarinda dengan dipimpin oleh Nj . H. Isnaniah.


Selain dari peleburan Perwani ke Perwari ada djuga mengambil beberapa keputusan jang penting diantaranja:

  1. Mendesak kepada Pemerintah agar Dewan setjepat mungkin diperbaharui dengan pemilihan jang setjara demokratis.
  2. Mendesak kepada Dewan Daerah Bandjar supaja Bandjar supaja selekas mungkin menindjau kembali pemilihan senator-senator dan anggota-anggota Parlemen.
  3. Mendesak kepada Pemerintah agar lekas tertjapainja penglaksanaan Wadjib Beladjar.
  4. Mohon kepada pemerintah untuk mengadakan peraturan-peraturan mengenai Pemberantasan Buta Huruf.


Sebagai langkah pertama setelah Perwani dilebur mendjadi Perwari dalam bulan Maret 1950 Komisaris Daerah mengundjungi Daerah Dajak Besar dan dapat melantik beberapa buah tjabang. Sekembalinja dari Dajak Besar dalam bulan Mei 1950 dan mengundjungi Hulu Sungai di Kandangan maka Komisaris Daerah dan Komisaris Propinsi mengadakan rapat bersama. Mereka mengusulkan kepada pusat agar Komisaris-komisaris Daerah dihapuskan dan tjukup dengan adanja Komisaris Propinsi sadja. Lain dari pada itu membitjarakan djuga tjalon-tjalon dari Perwari untuk tjalon dalam Dewan Perwakilan Rakjat Sementara.


Penindjauan diadakan sampai ke Murung Pudak dan berhasil dapat menambah beberapa buah tjabang jang baru.

Dalam Dewan Perwakilan Rakjat Sementara sekarang Perwari mendapat beberapa kursi jaitu dikota Besar Bandjarmasin Nj. J.R. Noor dan Melijani sjar❜i.


Di Kabupaten Bandjar Nj. Hamsiah dan di Kabupaten Hulu Sungai Nj. Jusri, Nj. Rahmah Bahran dan Nj. Sjamsiah Ambieri.


Di Kabupaten Sampit Nj. Tjilik Riwut.


Pada achir tahun 1950 dapat mengirim utusan kekongres Perwari di Semarang jaitu: 9 utusan tjabang dari Kalimantan Selatan dan Timur, seorang penindjau dan seorang Komisaris Propinsi.


Dari kongres itu utusan-utusan dari Kalimantan mendapat sambutan jang istimewa dari saudara-saudaranja.


Pada kongres itu dapat dipertemukan seluruh tjabang-tjabang dikepulauan Indonesia.


Inilah jang pertama kali tertjapai tjita-tjita Perwari mengumpulkan seluruh tjabang-tjabang di Indonesia dalam suasana kegembiraan. Tiap-tiap utusan merasa puas karena rasa persaudaraan jang telah lama dipisahkan oleh pemerintah Belanda dapat dipertemukan kembali.

213

Sesudah kongres di Semarang:

Seluruh tjabang Perwari di Kalimantan melaksanakan segala keputusan kongres. Komisaris Perwari Propinsi Kalimantan mengadakan rapat, memperlengkap pengurusnja sehingga dapat membuat beberapa program Komisaris-komisaris Propinsi.


Pada tanggal 1 Maret 1951 Komisaris Perwari mengadakan rapat gabungan dengan partai-partai dan organisasi jang ada di Bandjarmasin jang mengambil keputusan mendesak kepada Pemerintah untuk:

  1. Memperbanjak/mendatangkan barang-barang dengan aktip.
  2. Mengendalikan harga barang-barang dengan aktip.
  3. Menggiatkan pekerdjaan seksi Polisi Ekonomi.
  4. Memperluas pekerdjaan Djawatan Pertanian supaja hasil bumi diperlipat gandakan setjepat-tjepatnja.


Akibat kongres Kowani di Djakarta, dalam kongres mana Kowani dan tjabang-tjabangnja dibubarkan banjaklah usaha-usaha Kowani didaerah-daerah jang sukar dipertanggung-djawabkan begitu pula di Kalimantan.


Sebagai usaha jang njata dari Komisariat Kowani ialah Taman Indria di Bandjarmasin. Sesudah bubarnja Kowani djalannja agak seret, terpaksa Komisaris Perwari mengadakan inisiatip mengadakan rapat bersama dengan organisasi wanita bekas Kowani. Rapat pertama gagal, dan rapat jang kedua memutuskan bahwa Badan Pendidikan bekas Kowani jang meliputi Taman Indria dipertanggung-djawabkan oleh Bagian Pendidikan Perwari.


Menado.


Pada tanggal 8 Djuli 1917 oleh almarhum M.C. Walanda-Maramis, di Menado didirikan sebuah organisasi bernama „Pertjintaan Ibu Kepada Anak Temurunnja", disingkat P.I.K.A.T.", dengan mempunjai 15 buah tjabang dan 2000 anggota, Dasar organisasi ini ialah pendidikan dan sosial, jang bertudjuan:

  1. Mempersatukan kaum wanita Indonesia jang berasal dari daerah Minahasa chususnja dan jang berasal dari luar Minahasa umumnja.
  2. Mendidik dan memperhalus djiwa dan achlak kaum wanita Indonesia, dan dengan itu mempertinggi deradjat kaum wanita Indonesia.
  3. Memperdalam perasaan tanggung-djawab kaum wanita Indonesia terhadap Nusa dan Bangsa.

Semendjak bulan Desember 1948, P.I.K.A.T. jang sedjak pembentukannja hanja melulu untuk wanita-wanita jang berasal dari Minahasa, mulai menerima djuga wanita-wanita Indonesia dari daerah lain mendjadi anggotanja.


Pada bulan Desember 1950 P.I.K.A.T. menggabungkan dirinja kedalam Kongres Wanita Indonesia di Djakarta.

Djuli 1952: Meminta kepada Pemerintah supaja:

  1. membuka sekolah-sekolah Bidan di Minahasa:
  2. mendjaga supaja pendidikan dan pengadjaran di Minahasa chususnja dan Indonesia umumnja tidak merosot, dan untuk mengindarkan itu. supaja pada sekolah-sekolah landjutan ditempatkan tenaga-tenaga jang pada tempatnja (bevoegd);
  3. supaja di Minahasa didirikan sekolah-sekolah vak untuk kemadjuan pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi;
  4. menjatakan tidak menerima baik akan hal pemaksaan agama oleh golongan Islam terhadap golongan Keristen di Wilajah Sulawesi-Utara dan Sulawesi Tengah, ja'ni supaja anggota-anggota rakjat Keristen melepaskan agamanja dan pindah kedalam agama Islam.

Mengandjurkan pada Pemerintah dan pada rakjat seluruhnja untuk menghindarkan dan menentang perbuatan-perbuatan itu. Oleh sebab, meskipun P.I.K.A.T. berdasar sosial, tetapi mengingat bahwa pemaksaan itu tidak sesuai dengan inti-sari PantjaSila, malahan adalah memperkosakan sjarat-sjarat kemasjarakatan dalam suatu Negara jang merdeka dan berdaulat dan hal sedemikian membahajakan kokohnja ikatan Negara, P.I.K.A.T. telah kemukakan pernjataan tersebut.


Djuli 1953: Meminta subsidi untuk sekolah Taman Kanak-kanak Amurang. Usaha jang pernah/sedang dapat berdjalan: Sekolah-sekolah pengetahuan rumah-tangga, Vak-school dengan aerama-asrama untuk gadis gadis bersekolah dan untuk Wanita-wanita jang bekerdja, Sekolah Taman Kanak-kanak.

Djuli 1918: Didirikan sekolah pengetahuan rumah tangga (Huishoudschool) P.I.K.A.T. dengan asrama untuk gadis-gadis dari luar daerah Minahasa (Gorontalo, Kotamobagu, Ternate, Sangir dan Talaud).


Tahun 1919: P.I.K.A.T. mendjadi Badan Hukum (Rechtspersoon).

Nopember 1932: Dengan mendapat bagian dari Staatsloterij besarnja Rp. 42.135,- didirikan sebuah Vakschool dengan guru-guru tamatan Middel-bare Vakschool Djakarta, sekolah mana kemudian (1936) mendjadi Huishoudschool dengan asrama untuk murid-murid dari luar daerah Minaliasa.


Diluar Minahasa telah didirikan tjabang-tjabang antara lain Kotamobagu, Makassar, Tarakan, Djakarta, Bogor, Bandung dan Surabaja.


Di Tondano dibuka asrama untuk murid-murid sekolah Mulo.


Beberapa tjabang mengadakan kursus-kursus untuk pengetahuan rumah tangga dan di Menado dibuka asrama (Huize Maria) untuk wanita-wanita bekerdja.


Tahun 1938: Dikeluarkan madjallah SUARA P.I.K.A.T.


Tahun 1940: Huishoudschool P.I.K.A.T. mendapat subsidi dari Pemerintah dengan membiajai 1 guru tamatan Middelbare Vakschcol Djakarta. Sampai pada pendudukan Djepang P.I.K.A.T. menjelenggarakan Huishoudschool di Menado, 3 buah asrama untuk anak-anak bersekolah dan sebuah asrama untuk wanita-wanita bekerdja.


Sementara pendudukan Djepang P.I.K.A.T. tetap berusaha supaja gedung Huishoudschool dan asrama-asrama tidak dibeslag, hanja dipindjam. Gedung-gedung tersebut tak luput dari pemboman-pemboman; walaupun dengan susah pajah pekerdjaan-pekerdjaan diteruskan.


Tahun 1948: Gedung Huishoudschool jang dipakai (Opgevorderd) oleh K.N.I.L. dikembalikan.


Agustus 1950: Huishoudschool jang sama deradjatnja dengan Sekolah pemerintah, mendjadi Sekolah Kepandaian Puteri jang untuk sementara waktu diselenggarakan oleh pemerintah disebuah gedung miliknja perserikatan P.I.K.A.T.


Maret 1951: Dibuka sekolah Taman Kanak-kanak di Amurang.


Perkumpulan „Putri Setia” didirikan di Menado pada tanggal 5 Djanuari 1928, dengan tudjuan untuk memperdjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berbagai badan-badan jang berdjuang untuk mentjapai Indonesia Merdeka dibantu oleh „Putri Setia", sambil berusaha sendiri setjara langsung memasuki pelosok-pelosok kampung memberi penerangan tentang Indonesia Merdeka.

Maluku.

Meskipun pihak pendjadjah mengekang hasrat jang bergelora didalam dada putera-puteri di Maluku, namun djiwa jang bergelora untuk turut berbakti terhadap Ibu Pertiwi tidak bisa dipadamkan.


Perlawanan-perlawanan jang dilakukan rakjat Maluku terhadap pendjadjah Belanda diikuti djuga oleh wanita-wanita. Sebagai buktinja ialah Christina Martha Tidhohu, putri radja Abubu dari pulau Nusalaut, jang bersama-sama pahlawan Pattimura telah menentang pemerintah Belanda dalam tahun 1817, sehingga ia dikorbankan musuh dengan menenggelamkannja kelaut Banda.


Didalam Sarikat Ambon/Ina Tuni Wanita-wanita Maluku turut bergerak sebagai pelopor-pelopor wanita dalam pergerakan nasional, antaranja Ina Bala Latumahina dan Ina Toule.


Djika Serikat Ambon di Maluku sendiri tak diperkenankan tumbuh dan berkembang, makatjita-tjita untuk mentjapai kemerdekaan tanah air dan bangsa diteruskan oleh pemuda-pemuda dan wanita-wanita diluar Maluku.

Puteri-Puteri Maluku di Djawa Timur bergerak didalam P.P.R.I. (Pemuda Puteri Republik Indonesia) di Surabaja, di Djawa Tengah dalam organisasi Pemuda Maluku dan di Djawa Barat dalam A.P.I. Ambon.


Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, wanita-wanita di Maluku mendirikan perkumpulan „Persatuan Wanita Indonesia di Ambon" (Perwaida), dan pada tanggal 27 Desember 1950 didirikan „Persatuan Wanita Republik Indonesia" tjabang Ambon.


Tjabang-tjabang dan ranting-ranting Perwari dibentuk diseluruh Propinsi Maluku, dengan tudjuan mempersatukan wanita-wanita di Maluku untuk


dengan setjara berorganisasi mengisi kemerdekaan Indonesia.

Untuk menghimpun wanita-wanita dari perkumpulan Vrouwen Organisatie in Ambon (Vloria) kearah suatu tudjuan jang sesuai dengan panggilan zaman, pada bulan Mei 1951 dibentuk sebuah organisasi lokaal bernama ,,Sinar".


Selain dari organisasi-organisasi jang telah diuraikan diatas, di Maluku terdapat pula Persit, K.I.M., Persatuan Wanita Kristen Indonesia (P.W.K.I.) , G.P.I.I. Puteri, Peladjar Islam Indonesia, Wanita Demokrat, Muslimat, Parindra Wanita dan Wapsi.


Badan-badan sosial dikalangan wanita di Ambon antara lain ialah „Panitia Pembantu Sosial", dan ,,Jajasan Kesedjahteraan Anak-anak”.

2. KARANGAN-KARANGAN TENTANG REVOLUSI DAN WANITA INDONESIA.

MEMPERINGATI DJASA PERGERAKAN-PERGERAKAN WANITA INDONESIA TERHADAP KAUM WANITA KETURUNAN ARAB.

Oleh: Nj. Barkah A. R. Baswedan.

Dizaman pendjadjahan, djika disebut „Wanita Indonesia”, maka jang dimaksudkan hanjalah wanita Indonesia „Asli”. Itulah akibat systeem kolonial jang memisah-misahkan penduduk-penduduk tanah air kita ini menurut keturunannja.


Namun ikatan agama dan darah jang kuat mengikat golongan keturunan Arab dengan penduduk asli telah dapat menembus segala rintangan kolonial.


Dalam batas-batasnja jang sempit, wanita keturunan Arab ikutlah dalam gerakan-gerakan wanita Indonesia, dalam badan-badan sosial dan agama.


Karenanja, maka kesadaran wanita Indonesia akan hak-haknja jang mesti dituntut menjelunduplah achirnja kedalam benteng-benteng kaum wanita keturunan Arab jang lebih berat penderitaannja dalam tutupan. Maka tidak berapa lama dari lahirnja Partai Arab Indonesia (P.A.I.) jang bersemangat muda dan pengakuan hak-haknja wanita, lahirlah bagian isterinja.


Masjarakat digemparkan oleh terdjadinja konperensi pertama dari kaum wanita keturunan Arab di Djakarta, pada tahun 1939 jang membentuk P.A.I. Isteri.


Njonja-njonja A. R. Abdurrachman, S. Z. Gunawan, Mr. Maria Ullfah Santoso, Siti Danilah dan banjak lainnja lagi dari pemimpin-pemimpin per gerakan wanita Indonesia adalah mereka itu bidan-bidan bagi kelahirannja baji P.A.I. Isteri tadi.


Dan selandjutnja mereka itu seakan-akan turut duduk bersama kami dalam putjuk pimpinan P.I.A. Isteri itu.


Begitupun jang dialami oleh tjabang-tjabangnja diberbagai tempat ditanah air. Nama Nj. Sudirman di Surabaja adalah nama jang tak dapat dilupakan.


Maka setahun kemudian, jaitu pada tahun 1940 gerakan itu dapat melangsungkan kongresnja pertama di Pekalongan dengan sukses luar biasa. Dari menilik putusan-putusannja jang dikutip dibawah ini, dapatlah diketahui betapa semangat dan

215

tjita-tjita gerakan Wanita Indonesia meresap kedalam gerakan wanita keturunan Arab.


Kongres P.A.I. Isteri itu antara lain memutuskan:

  1. Mendjadi anggauta Badan Kongres Perempuan Indonesia (jang pidimpin oleh Nj. Sunarjo Mangunpuspito waktu dan segera menerimanja).
  2. Mendjadi anggauta Badan Perlindungan Perkawinan Perempuan Indonesia.
  3. Ikut serta dalam peringatan -peringatan jang diadakan oleh kaum ibu Indonesia seperti peringatan hari Kartini.
  4. Mengadakan badan-badan chusus untuk gadis-gadis berumur 15 tahun guna memberi didikan kemasjarakatan.
  5. Ikut serta dalam usaha-usaha pemberantasan pelatjuran.


Dan dengan sendirinja gerakan ini jang men djadi bahagia ndaripada partai politik P.A.I. jang mendjadi anggauta G.A.P.I., maka tjita-tjita kemerdekaan mendjadi tjita-tjitanja pula.


Serbuan Djepang jang menjebabkan bubarnja P.A.I. (dan semua partai-partai politik anggauta G.A.P.I.) menjebabkan bubarnja P.A.I. Isteri. Namun dimana kaum wanita Indonesia dimasa Djepang itu mengadakan usaha-amal, maka pengikut-pengikut dan pemuka-pemuka P.A.I. Isteri ikut aktip didalamnja pula.


Sedjak proklamasi kemerdekaan dipandang tidak perlu menghidupkan kembali gerakan P.A.I. Isteri itu, seperti djuga P.A.I. tidak dibangunkan kembali. Mereka masing-masing dapat memasuki partai dan perhimpunan Indonesia sebagai sesama putera Indonesia, menurut haluan dan kejakinannja.


Sajang ............ soal ,,asli" dan bukan asli" rupanja agak menghambat, dan mendjadi rintangan jang memasjgulkan hati.


Adalah kewadjiban pergerakan-pergrakan wanita Indonesia untuk memahamkan salah satu rintangan ini . Dengan hati-keibuannja akan lebih mudah menjelesaikannja, djika ketjerdasan kaum bapak masih digoda oleh masa peralihan kerewelan politik............


Supaja makin terbukti, bahwa dalam banjak hal wanita lebih sanggup menjelesaikan masalah-masalah masjarakat dengan praktek dan kebidjaksanaannja serta kesadarannja akan lahirnja masjarakat negara jang merdeka............


Dan demikian djasa-djasa pergerakan wanita. Indonesia jang sudah-sudah berarti akan bersambung dengan djasa-djasa jang baru seterusnja.


Insja Allah.


MASA PERDJOANGAN.

Oleh: Nj. Kowari.

Wanita Katholik sudah ada semendjak tahun 1924. Usaha-usahanja tertudju kepada usaha-usaha sosial. Sesudah Djepang meninggalkan tanah air kita – nama Wanita Katholik agak berobah-robah akan tetapi usahanja, walaupun belum setjara besar-besaran terus dilandjutkan.

Waktu pemasukan Nica:

Rombongan-rombongagn dimana mungkin bergerak sebagai anggauta Palang Merah. Tidak sedikit majat-majat jang dapat dikubur dan diurus oleh rombongan-rombongan tersebut. Dimana diketahui ada saudara-saudara jang ditawan diusahakan dapatnja menerima bingkisan keperluan sehari-hari atau paling sedikit ada hubungan dengan sanak keluarganja.


Rombongan-rombongan membantu dalam penggeseran penduduk atau dalam pengungsian kelain tempat jang agak aman untuk keluarga-keluarga, jang daerahnja digunakan sebagai daerah operasi oleh Nica.


Dimana bapak-bapak dan para pemuda kita turut bergerak dalam gerilja; para ibu-ibu dan pemudinja selalu berusaha turut meringankan pekerdjaan pekerdjaan para pedjoang-pedjoang kita.


Dengan rombongan ketjil-ketjil ada jang bertugas masuk-keluar kota jang diduduki musuh.


Rombongan-rombongan ini keluar membawa berita-berita jang telah diperbanjak oleh ibu-ibu dan para pemudi dan masuk dengan membawa hasil-hasil bumi jang diperlukan didalam kota. Tidak sedikit kita menjamar sebagai tukang sajuran maupun seperti kuli-kuli. Tidak sedikit kita menjediakan disudut-sudut kampung jang dilalui oleh para pedjoang, teh maupun sekedar makanan.


Para Ibu-ibu membuat bingkisan-bingkisan berisi keperluan sehari-hari seperti sabun, sekedar lauk pauk dan obat-obatan. Dan sedikit demi sedikit bingkisan-bingkisan ini dikirim kepos-pos jang dapat didatangi.


Untuk keperluan umum, kita mengurusi orang-orang sakit jang dalam keadaan terlantar. Memintakan obat-obatan kepada palang merah dan mengumpulkan bantuan-bantuan dari badan-badan jang dapat memberi sekedar bantuan.


Kita membantu keperluan para pastur-pastur diwilajahnja dengan menjediakan dan mentjarikan apa jang dibutuhkan oleh biara-biara dan peng huni-penghuninja jang sulit meninggalkan tempat kediamannja.


Para pegawai berusaha turut serta dalam penerimaan tamu-tamu luar negeri, seperti rombongan palang merah India ―― Suger committee international dan lain-lain dan berusaha memberi penerangan-penerangan kepada tamu-tamu tadi mengenai tjita-tjita kemerdekaan dari negara kita. Pula menghantar dalam penindjauan-penindjauan jang diadakan untuk memperkenalkan kebudajaan dan keadaan-keadaan didalam masjarakat kita jang dapat memberi pandangan jang sehat terhadap pengetahuan mengenai bangsa Indonesia pada umumnja.


Pula berusaha memberi andjuran-andjuran dan adjakan-adjakan melalui radio kepada golongan golongan wanita pada umumnja, supaja tak kundjung padam turut serta memperdjoangkan tertjapainja kemerdekaan tanah air 100%.


Ichtisar seketjil ini usaha untuk memberi tahukan, bahwa masjarakat ketjil, Katholik, turut djuga serta dalam perdjoangan kemerdekaan.

216

MENGIKUTI DJEDJAK KARTINI.
Oleh : J. Rizali Noor.

KARTINI sebagai seorang puteri bangsawaan dulu, sebagai anak Bupati - mula-mula sebagai seorang gadis, kemudian sebagai seorang isteri, dikelilingi oleh aturan-aturan dan adat kuno jang mau tak mau harus merupakan bagian dari pada penghidupannja jang tak dapat begitu sadja dihapuskannja. Terbukanja mata dan fikiran Kartini akan penderitaan dan kegelapan hidup saudara-saudaranja sesama wanita adalah disebabkan oleh karena Kartini mempunjai bahan perbandingan: keleluasaan bergeraknja wanita-wanita barat, diantaranja: teman-temannja sendiri!


Tetapi, djustru karena Kartini dengan djiwanja jang halus, tetapi kuat itu, bahwa bagaimanapun djuga tak dapat sekaligus merobah keadaan saudara-saudaranja itu, maka ia mengerti, bahwa jang pertama-tama harus dikerdjakan ialah: pembebasan djiwa kaum wanita! Pembebasan djiwa yang berarti :pengertian akan keadaan jang buruk, supaja timbul geinginan untuk merobah segala sesuatu jang menghambat djalan kearah kemadjuan.


Disinilah letaknja djasa Kartini jang sebenarnja. Ia memusatkan perhatiannja bukan kepada perobahan keadaan lahir pertama-tama, tetapi djustru kepada pembebasan djiwa. Maka mengingat akan keadaan Kartini, akan milieu-suasana sekelilingnja-faham-faham sangat kolot orthodox dan statis baik dalam kalangan adat maupun agama ia berpendapat bahwa pendidikan, sekali lagi pendidikan sadjalah jang akan dapat membawa perobahan dalam keadaan kaum wanita, jang berdjuta-djuta djumlahnja, jang masih hidup dalam kegelapan.


Figuur Kartini tak dapat begitu sadja dibandingkan dengan pedjuang wanita lainnja, sebagai Clara Zetkin dinegeri Djerman, umpamanja. Dilihat dari kenjataan-kenjataan, tak ada gerak-geriknja jang merupakan tindakan jang sungguh-sungguh revolusioner, jang radikal, sebagai Clara Zetkin jang mempergunakan theorie-theorie politik dan tjara-tjara jang betul-betul revolusioner, bahkan kasar sekalipun untuk mentjapai tudjuannja. Benar tindakan Kartini tidak dapat dinamakan revolusioner, tetapi fikirannja sudah tjukup revolusioner, bukankah tiap-tiap tindakan jang menghendaki sesuatu perobahan boleh dikatakan tindakan jang revolusioner?


Andai kata Kartini tidak meninggalkan kita dalam usia jang begitu muda, andai kata ia dapat bergerak terus, alangkah besarnja usaha jang dapat dan pasti akan didjalankannja untuk kebangunan dan kemadjuan kaum wanita! Berapa gerangan fikiran-fikiran dan tjita-tjita jang masih terkandung dalam hatinja Kartini diwaktu ia dipanggil oleh Jang Maha Kuasa? Siapa akan mengatakannja? Bagi kita sudah terang dari kumpulan tulisan-tulisannja: „Dari gelap terbitlah terang" bahwa tentu Kartini tidak tinggal diam. Maka bukanlah mendjadi kewadjiban kita meneruskan, mewudjudkan apa jang sudah dimulai oleh Kartini itu?


Demi kepentingan rakjat umumnja dan kaum wanita chususnja Meninggalnja Kartini dengan sekonjong-konjong ditengah-tengah perkembangan tjita-tjitanja mengandung pesan bagi generasi jang kemudian, generasi jang harus meneruskan, mentjiptai mengisi!


Kartini, jang hidup didalam alam kolonial, zaman pendjadjahan, hanja dapat bergerak dengan alat-alat dan sendjata jang sederhana.


Hanja fikiran jang tadjam, semangat jang kuat serta tjinta bangsa jang murni mendjadi modal jang mendorongnja!


Tetapi kita-generasi sekarang, wadjib meneruskan dan mengisi apa jang sudah dimulai, karena bagi kita berkat Perdjoangan rakjat Indonesia seluruhnja berkat revolusi rakjat jang bertahun-tahun, sudah terbuka djalan, sudah ada alat dan sendjata jang kuat untuk mentjapai tjita-tjita kita bersama itu, jaitu:


NEGARA JANG MERDEKA!

Hasil Perdjoangan kita bersama ini, sekaligus memberikan pada kita, kaum wanita, tempat jang lazimnja dinegara-negara barat harus direbut, diperdjoangkan dengan sungguh-sungguh, jaitu, kedudukan sebagai warga negara jang penuh, jang sama dengan kaum lelaki didalam segala lapangan!


Tetapi...... dengan mempunjai hak jang sama ini belum lagi kita kaum wanita mendjadi warga perdjoangan jang terhormat, belum lagi kita memenuhi pesan jang ditinggalkan oleh Kartini.


Karena hak jang sama itu hanja ada artinja, ada gunanja, djika kita djuga dapat memenuhi memikul disamping itu: kewadjiban jang sama.


Betapa banjaknja kewadjiban kita -- dimana dunia -- dimana kita sekarang harus sedjadjar dengan warga dunia didalam masjarakat Indonesia-sebagai warga negara jang penuh dikampung halaman kita sendiri -- dimanapun kita berada! Sebagai pendorong penjuluh rakjat umumnja wanita chususnja penjuluh mereka jang masih belum meresap hasil perdjoangan, jang masih hidup dalam kegelapan dan kemiskinan......


Bagaimana kita harus menunaikan kewadjiban tadi? Satu-satunja alat jang harus dipergunakan sebaik-baiknja ialah: alat organisasi. Alat organisasi inilah jang harus mendjadi saluran untuk memberi pendidikan, pengetahuan, kepandaian, kebebasan dan kemerdekaan djiwa bagi seluruh kaum wanita. Alat organisasi inilah jang harus dapat dipergunakan guna mengerdjakan segala pekerdjaan-pekerdjaan jang berat-berat jang masih mendjadi tanggung-djawab kita bersama. Tidak beratkah tanggung-djawab kita itu ? Tjobalah kita mendjawab pertanjaan-pertanjaan jang tentu akan diadjukan masjarat dan dunia pada kita sebagai warga negara jang merdeka:


-- Sudahkah dapat kita berkata : „Nanti kalau diadakan Templat:SiC umum, tiap-tiap warga negara termasuk kaum wanita, pasti akan menunaikan kewajibannja? - –– Sudahkah nanti kalau dibuka sekolah di desa-desa tiap-tiap ibu tentu akan memasukkan anak perempuannja? –– Sudahkah tiap-tiap ibu –– kepala rumah tangga mengerti akan kewadjibannja membrantas/penjakit menular dengan mendjalankan sjaratsjarat kebersihan umum untuk mendjaga kesehatan rakjat? ––


–– Sudahkah organisasi wanita mengerdjakan usaha membangun ekonomi rakjat, sekalipun setjara kooperasi ketjil-ketjilan, setjara gotong-rojong rakjat didesa-desa? ––


Banjak, banjak sekali kewadjiban kita jang menunggu. Tak sempat menjebutkannja disini.


Bilakah akan dapat kita mendjawab dengan tegas atas segala pertanjaan itu:


,,Jah, semua itu telah kami kerdjakan dengan beres!"


Bilakah kita akan puas???


Kita tidak akan merasa puas. Apa sebab? Sebab, kita akan terus madju terus berusaha supaja dapat lebih madju dari pada semulanja, kita harus terus mentjari djalan baru, mengambil langkah baru ! Kita tidak boleh berhenti!


Mari kita bersama-sama, dimana kita berada, mengambil bagian kita dari pada beban dari pada kewadjiban jang diletakkan atas pundak kita, mendjalankan bukan hanja tjita-tjita Kartini, tetapi tjita-tjita kita semuanja: Mengangkat deradjat rakjat kita seluruhnja, mendjadi anggauta jang penuh dari pada kekeluargaan dunia jang sedjahtera!!!


Inilah djalan kita menunaikan kewadjiban terhadap tanah air dan bangsa.


PERANAN WANITA DALAM REVOLUSI 17 AGUSTUS 1945.

Oleh: Setiati Surasto.


Apa jang saja kemukakan ini hanja sebagian sadja dari facta-facta jang dialami selama dan sesudah 17 Agustus 1945 dan jang merupakan peranan dari kaum wanita Djakarta.


Banjak sekali masih kedjadian-kedjadian dimana kaum wanita pegang peranan tetapi telah terlupakan dan hanja merupakan goresan sadja bagi mereka jang mendjalankan.


Djika pada saat meletusnja revolusi, kaum lakilaki memegang peranan jang gagah perkasa, memanggul senapan, bambu runtjing, gunakan „kaplaarzen dan beenkap", maka kaum wanitalah jang membuat bendera-bendera sang Merah Putih, besar ketjil, untuk gedung-gedung, untuk mobil, sepeda, betja dan untuk dipasang dimana-mana, kaum wanitalah jang mempertahankan garis belakang.


Tjoretan-tjoretan dan tempelan-tempelan dimana-mana, adalah banjak sekali hasil kerdja tangan dan djari-djari wanita-wanita muda.


Seruan Palang Merah Indonesia setelah pertumpahan darah di Bekasi, disambut oleh banjak wanita, djuga wanita-wanita peladjar (mahasiswa), jang dengan serentak mentjatatkan diri dalam P.M.I.


Dokter-dokter jang sudah habis waktunja karena kesibukan sehari-hari sampai djauh malam melatih serta mengadjar kaum wanita ini mendjadi pembantu-pembantu djururawat darurat.


Banjak wanita-wanita mengganti ruangan sekolah atau ruangan kerdja dengan ruangan rumah sakit, klinik atau pos-pos P.M.I.


Dipusat P.M.I., wanita-wanita muda seperti Saudara Jo Abdurachman, Dalimah dan kawan-kawannja adalah tenaga jang merupakan „spil". Mereka inilah jang menghubungkan Palang Merah Indonesia dengan dunia internasional.


Kedatangan tentara Inggris dan Gurka mengakibatkan Pemerintah Republik Indonesia dibawah pimpinan Bung Karno untuk pindah ke Jogjakarta. Mulai itu keganasan „serdadu” Belanda jang ikut serta dengan tentara Inggris, terhadap penduduk Djakarta.


Orang-orang Belanda ini mau menduduki kembali perusahaan-perusahaan, kantor-kantor dan djawatan-djawatan. Pegawai-pegawai dan kaum buruh sudah bersumpah setia kepada Pemerintah Republik Indonesia, dan menolak kedatangan Belanda.


Pertempuran-pertempuran dimana-mana, dikantor-kantor perusahaan-perusahaan tidak dapat dihindarkan, pegawai-pegawai jang penting harus mengungsi atau sementara tinggal dirumah.


Demikian djuga djawatan tilpun kehabisan pegawai. Semua dari kepala djawatan mendapat sambutan baik dari wanita-wanita peladjar. Hampir semua jang bekerdja mengganti pegawai-pegawai itu adalah wanita-wanita peladjar. Sering mereka itu diganggu oleh tentara gurka, meskipun sedikit banjak mereka itu dilindungi karena djawatan tilpun pada waktu itu penting djuga bagi tentara Inggris.


Bagi djawatan-djawatan jang masih tetap bertahan, seperti djawatan pos, tilpun, listrik, sosial, pengadjaran, kotapradja dan lain-lain perlu dipikirkan bekal hidupnja sehari-hari.

Berdirilah kemudian „WANI" (Wanita Negara Indonesia, jang diketuai oleh Nj. Suwarni Pringgodigdo), jang banjak berdjasa sebagai dapur umum. Disamping ,,Wani”, diketjamatan-ketjamatan, didirikan pula dapur umum ketjil-ketjilan jang mengurus makannja pengungsi-pengungsi dari suatu kampung jang terkena serangan mortir dari tentara Inggris/Belanda.


,,WANI" dipimpin dan diurus oleh kaum wanita, sebagaimana djuga dapur umum lainnja. Dapur umum ini lebih penting lagi peranannja sebagai „pos republiken", pos mendapat kabar, pos untuk menjelamatkan diri bagi kaum extremis". Banjak sekali tipu daja kaum wanita pendjabat-pendjabat dapur umum untuk menjimpan dan menjelamatkan putera-puteranja jang sedang mendjalankan tugas kemerdekaan.

Disamping dapur umum, wanita-wanita di Djakarta mendirikan tempat „pendjahit umum”, jaitu tempat dimana kaum wanita dari semua golongan menjumbangkan bantuannja dengan mendjahit 218 untuk pemuda-pemuda jang dimedan pertempuran; jang didjahit adalah tjelana, kemedja, pitji, bendera, pembalut dan lain-lain jang dengan tjepat dikirimkan ke „pedalaman”.

Banjak wanita di Djakarta jang menjumbangkan tenaganja sebagai penghubung. Tidak sedikit hasil jang diperoleh kaum wanita untuk melepaskan simpanan bahan makanan dari gudang-gudang di Priok dan Kota, dengan djalan „bitjara” dan ,,berunding" dengan pendjabat-pendjabat tentara Inggris atau pendjaga-pendjaga.

Untuk mendjumpai atau berhubungan dengan Pemerintah Republik Indonesia, pegawai-pegawai dan pendjabat-pendjabat di Djakarta harus melalui garis demarkasi di Bekasi .

Bagi orang laki-laki ada susah sekali untuk melewati batas ini, untuk pemuda berarti „djibaku”.Satu-satunja jang pasti berhasil adalah wanita.

Barang-barang penting, seperti alat-alat kantor mesin ketik, dokumentasi, kertas, alat tulis, bahkan pernah terdjadi satu gerbong penuh dapat melalui Bekasi dengan selamat. Tentu sadja tidak semudah seperti jang tertulis diatas.

Wanita ini membawa surat-surat izin dagang, namanja pakai titel jang muluk-muluk didepannja, senjumnja harus manis, maki-maki dari tentara Belanda harus dapat ditelan dengan tidak memperlihatkan marah dan mualnja, serta tidak lupa bitjara bahasa Belanda bersama kata-kata „Dank U Wel meneer”.

Hasilnja alat-alat kantor bisa lolos. Demikian pula halnja dengan gerbongan beras dari pedalaman untuk kaum Republik di Djakarta. „Pedagang wanita" memegang peranan besar. „Untuksedikit mentjari untung, nir, mau didjual sama tuan-tuan Inggris dan Belanda" .

Sudah tentu ada kalanja barang-barang itu di beslag, orangnja ditahan, dimaki-maki atau dipukuli. Ini adalah risico. Sajang sekali tidak semua nama-nama wanita ini tertjatat. Pada umumnja memang bukan nama jang terutama, dan pada waktu itu dan lama sesudahnja adalah lebih aman untuk menjimpan nama-nama jang sebenarnja.

Dengan banjaknja orang-orang penting kepeda laman, djuga sekolah-sekolah banjak terlantar. Guru-guru wanita jang mempertahankan Sekolah sekolah Republik boleh dikatakan orang-orang jang tahan udji.

Sekolah Rakjat Republik banjak didirikan, sangat sederhana serta sangat kekurangan, hanja dengan satu tjita-tjita, pertahankan Republik , dja ngan masuk Nica.

Sekolah Kepandaian Putri, Sekolah Guru Taman Kanak-kanak diadakan digarasi-garasi kosong di rumah partikelir.

Ada sekolah S.K.P. Republik, diadakan disalah sebuah rumah di Gg. Tengah, jang terantjam bahaja V.B. Maklum, orang-orang Republik tidak bisa ambil V.B. Disekolah tersebut terpaksa gurunja — wanita — berganti-ganti tidur disekolah untuk mendjaga keselamatan gedungnja. Ada guru jang kurang berani melakukan pendjagaan itu, membawa adiknja untuk menemani sewaktu malam.

Pada hari-hari peringatan Nasional, 17 Agustus, Hari Kartini, Hari Ibu, kaum wanita di Djakarta belum pernah melampauinja dengan begitu sadja.

Masih segar tergores pada ingatan saja, betapa besar hasratnja kaum wanita Djakarta memperingati 1 tahun berdirinja Republik Indonesia.

Usul peringatan dan perajaan diadjukan oleh kaum wanita, kepada Walikota Djakarta Raya, Pak Suwirjo. Usulnja lengkap : 1. resepsi , 2. rapat umum, 3. pawai dari Balai Kota ke Pegangsaan Timur 56, 4. mendirikan dan meresmikan Tugu Peringatan.

Pak Wir setudju, semua pendjabat-pendjabat Republik, setudju, ja siapa jang tidak setudju? Pak Wir kirim delegasi ke penguasa militer Inggris, memberitahukan akan mengadakan peringatan dan demonstrasi. Ditolak, bahkan diantjam. Mereka katakan, djangankan rapat umum, peringatan dalam ruangan tertutup sadja akan dibubarkan.

Kabar ini dikemukakan dalam rapat-rapat di Kotapradja, lengkap dihadiri oleh pendjabat pendjabat Republik. Semuanja putus harapan. Njonja Masdani bagian Tugu Peringatan menangis tersedu-sedu. Kaum wanita Djakarta telah bersusah pajah kumpulkan uang, membudjuk seorang ahli bangunan untuk membuat tugu peringatan Republik, jang mula-mula takut dan ragu, tetapi kemudian bersedia dan telah mulai . Apakah harus dibongkar? Wanita-wanita golongan muda tidak dapat menahan marahnja. Mentjela keragu-raguan Mengusulkan, pendjabat-pendjabat pemerintah.melepaskan diri dari Panitya Resmi, akan berusaha melaksanakan program atas risico sendiri. Pak Wir kasih naschat, Pak Bachtiar Direktur S.M.A. kasih nasehat, Ibu Sukemi, Ketua kita kasih nasehat, masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Rapat diteruskan dilain tempat, persiapan dilandjutkan.

Tanggal 16 Agustus 1946.
Tugu peringatan sudah selesai ketjil, sederhana, memutjuk keatas, dengan gambar peta Indonesia, lengkap dengan Irian Barat. Di belakang tertulis, oleh wanita Djakarta. Persiapan-persiapan dan latihan-latihan baris
wanita, diadakan didepan gedung S.K.P. (sekarang gedung Metropole).
Tiba-tiba datang tilpun dari Kotapradja, jang menjatakan bahwa jang bertanggung djawab Peringatan harus datang pada pendjabat tentara Inggris (lupa namanja). Didjawab, bahwa tidak ada penanggung djawab, Panitya Peringatan sudah dibubarkan dalam Rapat Kotapradja.

Setelah dimusjawaratkan, kaum wanita jang ada dilapangan itu bersepakat untuk malam itu djuga menginap dihalaman gedung Pegangsaan Timur no. 56 untuk mendjaga supaja djangan dibatalkannja peringatan kita. Sore harinja sedjumlah 100 á 200 wanita-wanita muda telah berkumpul di Pegangsaan Timur no. 56. Mereka akan mengadakan api unggun. Tiba-tiba mereka bersorak-sorak Perdana Menteri Republik Indonesia Sjahrir datang. Dengan beliau, djuga Menteri Sosial, Nj . Mr. Maria Ullfah San toso. Kaum wanita sibuk mendjelaskan hasrat dan kesulitannja. Beliau setudju resepsi diteruskan, demonstrasi diteruskan - dengan tanggung djawab sendiri.

Esok harinja pagi-pagi, barisan wanita jang tidak menginap di Pegangsaan Timur, disiapkan dan diatur didepan gedung S.K.P.

Tiba-tiba datang lari-lari Sdr. Sri Juliani dari Pegangsaan Timur, dan mengatakan bahwa tentara Inggris sebentar lagi akan datang menghalangi.

Kami memutuskan untuk bergerak madju dengan tidak menunggu lainnja. Nj . Maria Ullfah Santoso membuka barisan kita. Ditengah djalan datang tank Inggris, Barisan membelok kekanan, melalui paritan menudju sebelah belakang gedung Pegangsaan Timur. Penumpang-penumpang kereta api jang melihat barisan wanita terdjun keparit dan perkuat barisan kita. Dibelakang gedung Pegangsaan telah menunggu serombongan tentang Gurka. Kami terhalang, dan diusir serta mau dibubarkan. Tetapi kami tetap bersatu.

Datanglah Perdana Menteri mendjemput kita. Kita naik. Upatjara pembukaan tugu dimulai. Kumandang diudara : Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah darahku.

Kaum wanita Djakarta memperingati Ulang Tahun Kemerdekaannja jang pertama di Djakarta.

Demikianlah sedikit tjoretan peranan wanita Djakarta untuk mempertahankan Kemerdekaan Tanah Air, Nusa dan Bangsa.

Nj. Erna Soetoto Djajadiningrat. Satu-satunja tokoh Wanita jang mendapat Bintang Gerilja.


PERANAN PEMUDI PADA PETJAHNJA REVOLUSI TANGGAL 17 AGUSTUS 1945.

Oleh : Hurustiati Subandrio.

Karangan ini berdasarkan atas kenang-kenangan. Ialah kenang-kenangan seorang jang telah ikut serta dengan aktif menjusun barisan pemudi guna menjumbangkan segala tenaga dalam pelaksanaan Revolusi Nasional itu. Kenang-kenangan itu harus disertai dengan fakta-fakta. Fakta-fakta inilah jang sebagai tiang untuk menegakkan kenang-kenangan itu.

Perlu sekali rasanja kenang-kenangan itu dituliskan. Inilah untuk merenungkan sedjenak rangkaian tindakan kita hingga sekarang, jang pada hakekatnja berpangkal pada Revolusi Nasional itu. Revolusi itu masih berdjalan terus, belum ada habis-habisnja.

Kita menjusun Negara Republik Indonesia belum pula mentjapai kesempurnaan. Kita harus berdjalan terus menudju kearah kesempurnaan Negara kita. Baik sekali dalam pada itu kita menengok kebelakang, untuk mengetahui dengan djelas apakah jang dikehendaki Revolusi itu.

Inilah guna menetapkan djedjak-langkah kita, agar supaja djangan njeleweng. Apakah tindakan kita sehari-hari sesuai dengan tjita-tjita jang ditjantumkan pada Revolusi 17 Agustus 1945 itu ? Apakah kita masih sanggup menjediakan diri kita sendiri guna kepentingan penjelesaian Revolusi itu ? Apakah sumbangan kita waktu sekarang kekeningku sambil berkata : „ Bilakah engkau memikirkan kepentingan diri dan keluarga sendiri sadja? Inilah beberapa pertanjaan jang perlu sekali kita tindjau pada hati-sanubari kita. Kenangkenangan kepada hari jang lampau, pada permulaan petjahnja Revolusi Nasional dapat mendjadi pegangan.

Tidaklah dapat disangkal, bahwa pada petjah nja Revolusi para pemudi sebagai golongan memegang peranan jang penting, baik digaris depan mau pun djuga digaris belakang pertempuran. Revolusi kita adalah Revolusi jang disertai pertempuran melawan angkatan tentara asing jang ingin menegakkan kembali kekuasaan pendjadjahan di Indonesia.

Usaha kekuasaan asing ini mendapatkan perlawanan jang hebat dari semua golongan penduduk, dan para pemudi tidak sedikit djasanja dalam perlawanan ini. Selain daripada itu para pemudi ingin memberikan sumbangannja pula kepada pembangunan Negara Republik Indonesia.

Alasan-alasan jang tersebut diatas mendjadi dorongan jang kuat bagi para pemudi untuk menggabungkan diri dalam suatu organisasi pemudi agar supaja dapat bertindak tjepat dan tepat menurut keadaan jang memaksakan. Keperluan ini dirasakan sekali oleh para utusan pemudi diKongres Pemuda jang Pertama sesudah petjahnja Revolusi, ialah Kongres Pemuda di Jogjakarta dalam bulan Oktober 1945. Pada Kongres Pemuda itu telah hadir sekurang-kurangnja sepuluh orang utusan dari masing-masing karesidenan, diantaranja beberapa orang pemudi. Disitulah para pemudi itu mendapat kesempatan untuk mengadakan bertukar-fikiran bersama-sama sehingga bulat pendapatnja untuk mengadakan organisasi pemudi tersendiri guna kepentingan bersama.

 Kongres Pemuda di Jogjakarta menghasilkan organisasi Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia sebagai federasi antara persatuan-persatuan pemuda. Pada Kongres itu pula lahir Pesindo, Pemuda Sosialis Indonesia, sebagai fusi antara berbagai-bagai organisasi pemuda didaerah-daerah. Pesindo, Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Pemuda Kalimantan, K.R.I.S. Pemuda Maluku, I.P.P.I. dan Pemuda Puteri Indonesia tergabung dalam federasi Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia. Pengesjahan pembentukan organisasi pemudi, Pemuda Puteri Indonesia (P.P.I.), akan diusahakan dalam suatu konferensi pemudi, jang akan diadakan di Surakarta dalam bulan Desember 1945. Uraian ini memberi kesan tentang tempat para pemudi berdjuang. Ialah terutama disamping para pemuda untuk menegakkan, membela dan membangun Negara Republik Indonesia.

 Tepat dalam bulan Desember 1945 dibentuk organisasi wanita muda, ialah Pemuda Puteri Indonesia, dalam konperensi di Surakarta jang dikundjungi oleh utusan-utusan pemudi dari daerah daerah, ialah dari karesidenan dan kabupaten. Pengurus Besar pertama dipilih pula jang diketuai oleh saja sendiri dengan Nj . Sutarman sebagai Wakil-ketua dan Sdr. Harjati sebagai Penulis. Suasana konferensi pertama itu diliputi oleh semangat Perdjuangan. Inilah disebabkan karena dibeberapa tempat, di Djakarta, Semarang dan di Surabaja tentara asing sudah mendarat. Pun Magelang telah mengalami pula pertempuran. Inilah menginsjafkan para pemudi akan kewadjibannja untuk ikut serta mendjaga garis pertempuran.

 Apakah jang diusahakan oleh para pemudi digaris-garis pertempuran? Di Djakarta, Purwakarta, Salatiga, Modjokerto dan lain-lain tempat dipusatkan bermatjam-matjam usaha P.P.I. guna pemeliharaan mereka jang berdjuang digaris depan pertempuran. Walaupun para pemudi tidak ikut berdjuang setjara bertempur, namun mengerdjakan sekuatnja agar supaja keperluan-keperluan mereka jang digaris depan diperlengkapi. Banjaklah antara pemudi P.P.I. jang menggabungkan diri dalam organisasi Palang Merah Indonesia. Banjak pula jang ikut menjelenggarakan dapur umum, baik bagi pedjuang-pedjuang, maupun djuga bagi pengungsi-pengungsi jang mengalir kedaerah daerah aman dari garis pertempuran P.P.I. dibeberapa tempat djuga mengumpulkan madjalah madjalah dan tulisan-tulisan lainnja guna disebar kan diantara pedjuang-pedjuang digaris depan .

 Dalam hal ini terutama tentara peladjar memerlukan sangat akan batjaan-batjaan. Pemeliharaan pengungsi-pengungsi memerlukan pula pembagian pakaian jang kemudian dikerdjakan bersama-sama dengan bagian sosial dari Kementerian Pertahanan. Dibeberapa tempat dimana berkumpul banjak pengungsi-pengungsi, misalnja di Purwodadi dan di Salatiga perlu sekali diusahakan sekolah-sekolah guna anak-anak pengungsi, dan inilah pula dikerdjakan oleh para anggauta P.P.I. Tentu dalam segalanja P.P.I. amat erat bekerdja sama dengan organisasi-organisasi pemuda lainnja, djuga dengan organisasi wanita. Dalam hal ini pantaslah disebutkan beberapa organisasi-organisasi wanita jang melulu mengerdjakan usaha bagi mereka digaris depan pertempuran. Misalnja Laskar Wanita Indonesia (Laswi) jang diketuai oleh Nj. Arudji Kartawinata dan W.A.P. dibawah pimpinan Nj. Ali Sastroamidjojo .

 Pada pokok-dasarnja organisasi P.P.I. dimaksudkan untuk mendjadi tempat pertumbuhan bagi pemuda puteri, tempat pendidikan untuk mempersiapkan dirinja kearah kedewasaan. Jang ditudju ialah kedewasaan sebagai warganegara penuh jang ikut-serta memikul beban jang sewadjarnja guna pertumbuhan negara, tidak kurang daripada warga negara lelaki. Pula dalam organisasi itu pemuda puteri dapat melatih diri untuk mempergunakan hak-hak politik jang telah mendjadi miliknja dengan Undang-undang Dasar Sementara. Tidaklah dimaksudkan agar supaja P.P.I. menganut salah suatu aliran politik atau ideologi jang mulai ramai diperbintjangkan oleh masjarakat pada masa itu. Ideologi atau aliran politik dapat dianut oleh anggautanja masing-masing jang telah merasa dirinja sedar akan hal itu.

 Di P.P.I. para pemudi menjiapkan diri untuk mendjadi wanita modern jang tahu akan kewadjibannja sebagai warga suatu negara jang modern pula, walaupun dalam alam kebudajaan Timur jang abadi. Tumbuhnja P.P.I. tidak lepas dari pada sifat tumbuhnja pergerakan pemuda pada umumnja, karena pemudi tidak mengasingkan diri dari pada pergaulan pemuda, sebaliknja, mereka berorganisasi djustru untuk dapat mengikuti djedjak langkah pemuda jang tjepat itu.

 Para pemudi perlu sekali mengikuti djedjak pergerakan wanita djuga, agar supaja djangan mengasingkan diri dari pergaulan dengan kaumnja, ialah kaum wanita. Maka ketika dalam bulan Djanuari 1946 diadakan Kongres Wanita jang Pertama sesudah petjahnja Revolusi, P.P.I. ikut serta dalam Kongres Wanita di Klaten itu. Sesudahnja Kongres menghasilkan terbentuknja Perwari jang diketuai oleh Nj . Sri Mangunsarkoro dan dalam Kongres itu ditetapkan adanja federasi perkumpulan wanita, P.P.I. langsung menggabungkan diri dalam federasi itu, bersama-sama dengan Perwari, Aisjah, Muslimat, G.P.I.I. Puteri, Persatuan Wanita Keristen Indonesia, Wanita Katholik dan sebagainja, jang kemudian disusul djuga oleh perkumpulan-perkumpulan wanita lainnja.

 Sudah selajaknja P.P.I. mengadakan kerdja-sama jang erat dalam Kongres Wanita Indonesia (Kowani) itu. Disanalah para pemudi mendapat latihan dan pendidikan guna memperdjuangkan dan mempergunakan hak-haknja sebagai warga negara. Selain daripada itu banjaklah usaha para ibu dalam hal perdjuangan dan pembangunan Nusa dan Bangsa. Guna mempertjepat langkah para ibu maka dibentuk Badan Pekerdja Kowani lengkap dengan seksi-seksinja, jang dipimpin oleh beberapa orang wanita dari berbagai organisasi. Saja sendiri

telah diserahi pimpinan seksi penerangan. Dalam fungsi itulah dalam tahun 1947 bulan April telah mewakili Kowani pada Inter-Asian Relations' Conference di New Delhi, bersama-sama dengan Nj. Hamdani ( Perwari ) dan Nj. Suryohadi (Barisan Buruh Wanita ). Kami bertiga adalah utusan Kowani kerapat wanita dari Inter-Asian Relations' Conference itu. Disitulah untuk pertama kalinja sesudahnja petjah Revolusi delegasi Indonesia berdjuang diforum internasional.
 Dalam pembangunan apakah usaha P.P.I. pada masa permulaan dahulu? Dibeberapa tempat, walaupun Negara masih dalam suasana pertempuran militer, pendidikan dan sekolah-sekolah tetap dipelihara. Dalam hal ini P.P.I. memberi sumbangan dengan menjelenggarakan sekolah rakjat dan taman kanak-kanak. Pula pemberantasan buta huruf diselenggarakan oleh organisasi wanita dan pemuda bersama-sama. Mereka sudah mulai dengan mengadakan gerakan untuk hal ini sampai kedesa-desa. Sebelumnja Pemerintah ber tindak dengan mengaturnja dalam Kementerian P.P.K. , organisasi -organisasi masa telah mulai dengan pemberantasan buta huruf ini. Selain dari pada sebagai organisasi, sebagai perseorangan para pemudi mengadakan tindakan jang positip dalam pembangunan Negara. Jang saja maksudkan ialah, bahwa dalam djawatan dan lapangan pekerdjaan berbagai ragam para pemudi tampil kemuka untuk mengambil bagiannja, baik sebagai pegawai Pemerintah, maupun djuga sebagai seorang partikelir. Waktu Revolusi adalah masa jang penting guna menarik pekerdja-pekerdja wanita.
 Kemudian hari djarang sekali wanita itu melepaskan tugasnja masing-masing, karena merasa bahwa tenaganja dibutuhkan benar-benar guna pembangunan Negara. Banjak antara pekerdja wanita itu kemudian memimpin dalam lapangannja masing-masing dan menundjukkan bahwa P.P.I. sebagai tempat persiapan bagi para pekerdja wa nita telah memberikan hasil.
 Dalam ketata-negaraan para anggauta P.P.I. mendapat latihan pula. Inilah dilaksanakan karena dibeberapa tempat dan daerah telah diminta untuk duduk dalam dewan-dewan daerah.
 Dalam Komite Nasional Pusat saja sendiri, bersama-sama dengan Sdr. Zus Ratulangi dan Sdr. Setiati telah ditundjuk oleh Presiden sebagai anggauta jang mewakili gerakan pamudi. Bahkan didesa-desa P.P.I. djuga mendapat tem pat dewan desa. Inilah penting sekali guna pendidikan para pemudi dalam hal ketata-negaraan. Dalam hal tjara berorganisasi P.P.I. Pusat telah menjelenggarakan latihan-latihan kader dalam tahun 1946 di Salatiga dan Jogjakarta jang dikundjungi oleh Pemuda-pemudi dari berbagai-bagai daerah.
 Dalam kota-kota dan daerah- daerah pendudukan seperti Djakarta, Semarang dan lain-lainnja, perdjuangan pemudi lain pula tjorak ragamnja. Kadang-kadang tentara pendudukan menghalang halangi wanita dan pemuda. Inilah terdjadi di Djakarta ketika dalam tahun 1946 para wanita ingin merajakan Hari Kartini. Tentara Inggeris mela

rangnja dan dalam hal ini demonstrasi pemudi jangdipelopori oleh Nj . Mr. Maria Ullfah Santoso telah berhasil menerobos pendjagaan tentara asing itu dan sampai dengan selamat di Gedung Proklamasi di Pegangsaan Timur untuk melaksanakan perajaan Hari Kartini itu.
 Karangan ini hanja dimaksudkan untuk memberi sekedar kesan tentang peranan pemudi pada petjahnja Revolusi pada tanggal 17 Agustus tahun 1945. Arus Revolusi itu tidak luput membawa para pemudi ikut bergolak. Para pemudi djuga turut membangkitkan pergolakan itu.<ber> Itulah semuanja bagi kemadjuan kita bersama. Kemadjuan kearah mana ? Kearah mendjadikan tanah-air kita itu tempat dimana putera-puterinja dapat hidup sedjahtera, tjukup dan bahagia. Sebelum itu tertjapai kita siap sedia untuk memikul bebannja jang lebih berat lagi.

O, IBU.

Oleh: Ibu SUDIRMAN.

 Mendengar perkataan ,,Kaum IBU" itu, maka Ibuku sendiri, jang pada masa itu telah landjut usianja, berkata : „ Jah, puteraku tunggal, memang sudah sewadjarnjalah engkau bekerdja untuk Ibu, untuk aku". Demikianlah Ibuku membuka kata wedjangannja, dengan tidak menjedari bahwa jang kumaksudkan kaum IBU tadi bukanlah Ibuku sen diri sadja, melainkan segenap kaum IBU seluruh Indonesia, bahwa makna jang lebih luas adalah IBU PERTIWI PERSADA INDONESIA. Namun, pembuka-kata Ibuku tadi kuterima dengan tenang, tidak kubantah, dan kami dengarkan terus.
 Diwaktu beliau melahirkan adikku lelaki, aku dipanggil mendekati Ibu. Kemudian diusap-usap keningku sambil berkata : „ Bilakah engkau mem punjai adik puteri, agar dapat membantu, bekerdja untuk menolong Ibu. Lebih banjak puteriku, lebih tertip keadaan rumah tanggaku" Demikianlah kata-kata Ibuku pada saat kaum wa nita merintis djalan sambil menggalang persatuan. Aku tetap tidak membantah kata-kata Ibuku, walaupun pada galibnja bertentangan dengan isi hatiku, perihal makna kebaktian kepada IBU tadi. Aku berpendapat, bahwa pengabdianku ditudjukan kepada IBU PERTIWI, sedang Ibuku meng. artikannja melulu kepala Ibuku sendiri. Namun aku insjaf, bahwa tanpa didikan dari Ibuku, mustahil aku akan dapat mengabdi kepada Ibu Pertiwi. Betapa berat ibuku mendidik aku dalam soal keradjinan bekerdja, kesutjian berfikir, kesutjian berkata dan kesutjian berbuat. Betapa teliti Ibuku mendidik aku dalam soal kehematan dan ketjermatan dalam segala-galanja. Dan betapa ichlasnja pula Ibuku memberi tjontoh kepadaku untuk ber korban perasaan, tenaga dan benda, untuk kepentingan bersama. Memang pada saat itu Ibuku be lum mengenal organisasi wanita seperti djaman sekarang. Djadi jang dimaksud dengan kepentingan bersama itu ialah lingkungan keluarga jang luas dan handai-tolan sekeliling keluarga kita.
 Alkisah, didikan Ibuku tadi kupakai dikalangan masjarakat ramai, dikalangan perkumpulan wanitajang pada waktu itu saja ikuti. Sungguh tidak

mengetjewakan, segala apa jang kudapati dari Ibuku sangat berharga untuk bekal berbakti kepada masjarakat. Hanjalah tinggal menambah dengan

pengetahuan-pengetahuan jang timbul menurut kemadjuan zaman, seperti soal-soal sosial, ekonomi dan politik. Adapun dasar-dasar dari berbagai pengetahuan tadi telah kudapat dari Ibuku sendiri, djadi hanja tinggal memoderniseer, kata orang djaman sekarang, dan tinggal meluaskan sadja.

Dengan mempergunakan hasil pendidikan Ibuku tadi, aku telah bekerdja untuk masjarakat, menurut kekuatan dan ketjakapanku dilapangan sosial, ekonomi dan politik. Maka terharulah aku, seakan-akan aku mengirim surat kepada Ibuku untuk menghaturkan terima kasihku kepada beliau sehingga aku dapat mengabdi kepada IBU PERTIWI atas bimbingan IBUKU sendiri.

Walaupun Ibuku pada waktu itu belum mengerti djalannja organisasi seperti djaman sekarang, namun beliau telah berdjasa, telah memberi dasar-dasar jang kuat bagi organisasi wanita sekarang. Aku berani berkata bahwa, tanpa dasar-dasar tadi, mustahil aku akan mendjadi IBU jang berbakti kepada IBU PERTIWI. Kini aku hanja tinggal memohon kepada Tuhan jang Maha Kuasa, semoga aku dipandjangkan umur untuk lebih lama berbakti kepada IBU PERTIWI melandjutkan dorongan IBU-ku.

Kiranja demikian pulalah halnja dengan saudara-saudara kaum wanita jang sekarang sedang berdjuang dilapangannja masing-masing, untuk mentjapai apa jang ditjita-tjitakan. Hendaknja disamping bersedia mengorbankan tenaga, fikiran dan harta-bendanja untuk kepentingan organisasi-nja, bersedia untuk mendjadi pendorong kaumnja, keluarganja dan putera-puterinja, agar kelak me reka dapat mengganti saudara-saudara, bahkan jang lebih sempurna dari apa jang kita kerdjakan sekarang.

Perdjalanan saudara-saudara kaum wanita masih djauh jang harus ditempuh. Walaupun kita sudah lebih dari 25 tahun bergerak, djanganlah kita sudah merasa lelah. Lapang perdjuangan kita sekarang bahkan bertambah luas, sedjak negara kita merdeka. Bertambah banjak kewadjiban kita didalam masjarakat dan bertambah beban kita. Usaha kita pada masa ini baru tampak buahnja dalam lapangan sosial. Dilapangan sosialpun masih belum sempurna. Dalam lapangan ekonomi masih djauh terbelakang, apalagi dalam lapangan politlik. Saja dapat mengatakan demikian, karena saja belum melihat adanja usaha ekonomi jang diurus oleh wanita. Walaupun ada, tetapi masih dalam taraf permulaan dan belum tampak buahnja, karena kaum kita masih belum mempunjai dasar-dasar jang saja utarakan tadi, ialah HEMAT DAN TJER- MAT. Lagi pula pengetahuan dalam soal ini dikalangan wanita masih belum mendalam. Saja ingin melihat kooperasi besar atau perusahaan jang di. kemudikan oleh wanita.

Dalam lapangan politik demikian pulalah halnja, masih belum mempunjai dasar jang kuat, ialah dasar PENGABDIAN dan PENGORBANAN kepada masjarakat. Kaum Ibu sekarang masih banjak jang diliputi oleh kepentingan DIRI SENDIRI. Disamping itu harus saja akui pula, bahwa keahlian dalam soal ini masih belum mendalam.

Saja ingin melihat kaum IBU duduk dalam KABINET seperti Nj. Mr. Maria Ullfah Santoso dahulu, dan ingin pula tiap-tiap pembentukan Kabinet baru, melihat penjusun atau formateur wanita.

Ah, saudara-saudara kaum Ibu, banjak sekali jang ingin kulihat dikalangan kaumku wanita, setelah aku mendengar kata-kata HAK SAMA dan KEDUDUKAN SAMA antara wanita dengan prija.

Mudah-mudahan keinginan ini mendjadi pula keinginan seluruh kaum wanita, dan semoga wanita mendjadi lebih djauh melangkahkan kakinja dan lebih tjepat menudju tjita-tjitanja, ialah WANITA TIANG NEGARA.

MERDEKA!

KENANGAN DALAM DETIK-DETIK PROKLAMASI.
Oleh : I. N. Suprapti.


A. Tanggapan kami terhadap Proklamasi.


Ketika itu kami berdiam dikota Djokjakarta. Maka itupun kami tidak tahu suasana di Pusat. Di Ibukota Djakarta. Teristimewa kesibukan-kesibukan, ketika Djepang akan menjerah kepada Sekutu. Tidak tahu kami, kesibukan-kesibukan para pemimpin dan tokoh-tokoh terkemuka di waktu itu.

Sampai pada suatu hari terdetik „ Indonesia Merdeka", dipimpin oleh Dwitunggal Soekarno Hatta. Berita itu hanja sajup-sajup kami dengar. Ialah berita tentang kemerdekaan negara kita . Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.

Kami tidak begitu terkedjut dengan berita ,,Indonesia-Merdeka" itu. Sebab kami anggap, ia datang dari pihak Djepang. Bukankah Djepang telah berdjandji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia? Dan telah dibentuk pula, suatu Panitya Persiapan Kemerdekaan, jang beranggauta 62 orang. Terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka, dan antara lain terdapat djuga tokoh wanita, seperti misalnja Nj. Sunarjo Mangunpuspito.

Tetapi kemudian ternjata, sangkaan kami keliru. Proklamasi itu tidak datang dari pihak Djepang. Melainkan dari pihak Indonesia sendiri. Pemuda-pemuda dan golongan rakjat revolusioner, jang bertekad-bulat, merentjanakan Proklamasi itu. Dan semakin hari, bertambah djelas bagi kami rangkaian perkembangannja. Djepang telah menjerah kepada Sekutu, akibat djatuhnja bom-atom di Hirosima dan Nagasaki. Tenno Heika telah meminta damai. Dan tentara Sekutu jang diwakili Inggris, akan mendarat di Indonesia konon untuk ,,mendjaga keamanan".

Segera djuga kesibukan-kesibukan terdjadi di Daerah kami. K.N.I. Daerah (Komite Nasional Indonesia) dibentuk. Banjak tokoh-tokoh Daerah dikumpulkan. Diantaranja terdapat djuga para wanita djika tak chilaf seperti : Nj. D.M. Hadi prabowo, Nj. Sukiah (dahulu Nj. Sutomo), dan terdiri penulis sendiri. Datang sebagai wakil dari K.N.I.P. (Komite Nasional Indonesia Pusat) ketika itu, Sdr. Ir. Sakirman. Jang memberikan pendjelasan soal-soal disekitar Proklamasi itu. Bahwa rakjat Indonesia, harus mendjalankan „staatsgreep" (perebutan kekuasaan) terhadap Djepang, jang ketika itu hakekatnja telah kalah. Memindahkan kekuasaan Djawatan-djawatan, kantor-kantor, gedung-gedung dan sebagainja, dari tangan Djepang ketangan bangsa Indonesia. Djika mungkin dengan djalan damai, perundingan. Dan djika tidak mungkin, sendirinja dengan kekerasan. Maka untuk ini di adakan persiapan-persiapan. Pengerahan tenaga. Tidak ketinggalan tenaga-tenaga kaum wanita.

Sedang Pemerintah Pusat di Djakarta akan mendjalankan diplomasi", djika tentara Inggris datang. Perdjuangan akan dilakukan setjara „,non-violens". Tidak memakai kekerasan sendjata. Waktu itu di Ibukota Republik Indonesia, Djakarta, telah dibentuk suatu Pemerintah Pusat. Kabinet Presidentil dipimpin oleh Dwitunggal Soekarno-Hatta. Sudah mempunjai pula Undang-undang Dasar Sementara, jang memuat 42 fatsal. Antaranja jang terkenal ialah fatsal 33. Kesedjahteraan-Sosial.

B. Kami semua serentak siau-bangkit.

Maka serentak bangkitlah rakjat di Daerah kami. Pemuda, kaum tua, wanita, ibu-ibu, pemudi-pemudi dan sebagainja. Mereka bergerak memberikan sumbangan tenaga. Dengan matjam-matjam tjara-tjara. Wanita-wanita dikampung-kampung, pemudi-pemudi disekolah, bekerdja mendukung-mempertegak negara kita jang baru sadja merdeka itu. Daripada gerak-kesibukan kaum wanita ini, dapat kami tjatat:

  1. Dalam penaikan berdera Merah-Putih di gedung Gubernur (jang kemudian mendjadi gedung kediaman Presiden ketika Ibukota hidjrah dari Djakarta ke Djokjakarta), maka seorang pemudi telah naik tiang. Memasang bendera tersebut.
  2. Disekolahan-sekolahan, rumah-rumah, para pemudi membikin lentjana Merah-Putih dengan bahan tjita dan dibagikan kepada rakjat, untuk dipakainja.
  3. Para wanita, ibu-ibu, pemudi-pemudi setjara gotong-rojong Rukun-Kampung, Rukun-Tetangga, bergolongan-bersama, memikul tugas digaris-belakang. Untuk pemuda-rakjat jang mendjalankan ,,staatsgreep" terhadap Djepang itu, jang ternjata tidak senantiasa suka melepaskan kekuasaannja dengan djalan damai. Mereka mengatur makan, minum, djuga untuk pertolongan pertama untuk ketjelakaan.

Disamping gerak jang demikian itu, maka terdapat pula gerak perkembangan jang bersifat organisasi. Untuk itu dapat ditjatat:

  1. Berdirinja Perwani. (Persatuan Wanita Indonesia). Hakekatnja organisasi ini, bukan organisasi jang dibentuk baru. Melainkan mendjelmakan apa jang telah ada. Ialah Fujin Kai, organisasi wanita dizaman Djepang, jang dirubah mendjadi Perwani. Dengan pemimpin-pemimpinnja tatkala itu ialah Nj. D. M. Hadiprabowo, dan Nj. D. D. Susanto. Organisasi ini bertugas digaris belakang. Untuk pemuda-rakjat jang bertempur, jang mendjaga keamanan dibatas-batas kota, dan lain-lain. Djuga merupakan garis-belakang bagi K.N.I. Daerah ketika itu, jang berpuluh-puluh djumlah anggautanja, dan bekerdja siang-malam.
  2. P.P.I. (Persatuan Pemudi Indonesia), dipimpin oleh Nn. Astuty.
  3. P.P.P.I. (Persatuan Pegawai Puteri Indonesia). Dipimpin pada waktu itu oleh Nn. Widajati Sugardo (sekarang Nj. Sutardjo) dan pemimpin-pemimpinnja jang lain seperti Nn. Suparni (sekarang Nj. Redansjah), Nn. Sri Oemiati (sekarang Nj. M. Siregar) dan jang lain-lainnja.
Organisasi tersebut hakekatnja telah berdiri beberapa bulan sebelum Djepang menjerah, atas usaha Nn. Widajati Sugardo dan kawan-kawannja tadi. Djadi tidak didirikan oleh Djepang, tetapi

mendapat izin dari Djepang. Maksudnja ialah untuk memperdjuangkan nasib para pegawai wanita. Suatu tudjuan jang progresip diketika itu. Dan setelah Proklamasi, organisasi tersebut dilan djutkan.
 Kedua organisasi jang belakangan tadi, P.P.I. dan P.P.P.I., mengambil tugas jang sama dengan Perwani. Sebab jang urgent dikerdjakan untuk saat tersebut, memang jang demikian itulah. Dan karena P.P.I. dan P.P.P.I. ini anggautanja para pemudi, maka kedua organisasi tersebut mendapat status sebagai bagian bawah dari Perwani, jang anggauta.anggautanja banjak para wanita dan ibu-ibu. Pun kedua organisasi tadi, mengakui adanja pimpinan dari Perwani.
C. Semua melalui prosesnja.
 Perdjuangan Republik Indonesia dengan rakjatnja madju terus. Dengan sendirinja ia membawa prosesnja, perkembangan-perkembangannja dengan segala konsekwensi-konsekwensinja. Konsekwensi daripada masjarakat jang sedang dinamis bergolak. Tidak sadja ia mengenai perdjuangan Republik Indonesia sebagai negara baru, jang semakin hari semakin njata bentuk-tjoraknja.
 Tetapi pun organisasi-organisasi rakjat, mengikuti proses-perkembangan tersebut. Ia berdjalan mentjari bentuk-bentuk dan isinja jang njata. Jang sesuai dengan pribaki, bahan, dan faktor faktor, jang berada dalam tubuh organisasi itu sendiri dan masjarakat jang menudju kepada susunan baru. Proses itu kita saksikan pada:
Perwani. Kemudian ia berfusi dengan organisasi organisasi di Daerah lainnja, seperti Wani (Wanita Negara) di Djakarta. Dalam kongresnja di Klaten tahun 1945 mendjadi Perwari (Persatuan Wanita Republik Indonesia), dengan Ketua Pusatnja jang pertama Nj. Sri Mangunsarkoro. Selandjutnja proses Perwari ini terdjalin pula dengan Persatuan Perdjuangan, jang menjebabkan djatuhnja pimpinan Nj. Sri Mangunsarkoro dalam kongresnja darurat di Djokja tahun 1946, dan diganti oleh Nj. Surat dari Djawa Timur (Malang).
 P.P.I. (Persatuan Pemudi Indonesia), kemudian dalam prosesnja berubah mendjadi Pemuda Puteri Indonesia.
 P.P.P.I. (Persatuan Pegawai Puteri Indonesia), ini mempunjai proses jang pandjang dan djalin mendjalin.
 Kesadaran baru jang timbul ketika itu ialah pengertian, bahwa istilah „pegawai/pekerdja”, itu identiek dengan istilah „buruh”. Sebab sama-sama tenaga jang menerima upah, hanja ada perbedaan funksinja dalam negara. Pengertian ini achirnja menimbulkan pikiran bahwa : organisasi sematjam P.P.P.I. semestinja, menghubungkan diri dengan organisasi jang setjorak, ialah organisasi buruh. Dirasa aneh bahwa suatu organisasi jang bertjorak „buruh", mendjadi bagian-bawah daripada suatu organisasi wanita jang bertjorak „umum". Dan organisasi buruh jang waktu itu ada ialah B.B.I. (Barisan Buruh Indonesia) jang berpusat di Ke diri, dan dipimpin oleh saudara Sjamsu Harya Udaya.
 Maka oleh P.P.P.I. diadakanlah hubungandengan B.B.I. Dan terdapatlah ketjotjokan sehing-

ga P.P.P.İ. diakui sebagai bagian dari B.B.I. sedang nama P.P.P.I. lalu dirubah mendjadi B.B.W. (Barisan Buruh Wanita). B.B.W. mengalami perkembangannja jang tjepat. Dalam waktu jang singkat sadja, ia telah mempunjai 17 tjabang di seluruh Djawa. Lalu terpikirlah untuk mengada kan kongres, guna menetapkan Pusat Pimpinan. Sebab selama itu antara satu dengan lainnja tjabang belum ada hubungan organisatoris, namun telah terasakan adanja hubungan „idiologies", meskipun belum begitu konkrit. Dan semakin dirasa pentingnja segera diadakan kongres itu ialah, adanja salah-faham dari pihak sementara tokoh tokoh buruh laki-laki, jang menganggap berdirinja B.B.W. itu sebagai sikap memetjah-belah" perdjuangan buruh. Sektarisme.
 Tetapi kesalah-fahaman itu segera lenjap, setelah terdjadinja kongres tersebut. Karena dalam kongres itu ditentukan pula tentang status B.B.W. dalam lingkungan perdjuangan buruh seluruhnja. Kongres itu dilangsungkan di Kediri pada tahun 1946, dan dipimpin oleh Nj. Sutiah Surjohadi. Dalam kongres B.B.W. itu ada 3 orang tokoh pergerakan jang memberikan perasarannja ialah: Nj. S.K. Trimury, Nj. Mr. Maria Ullfah Santoso, dan Sdr. Sjamsu Harya Udaya Ketua Pusat B.B.I./P.B.I. (Barisan Buruh Indonesia/Partai Buruh Indonesia) . Prasaran dari Nj. Mr. Maria Ullfah Santoso dibatjakan tatkala itu oleh Nn. Setiati (sekarang Nj. Setiati Surastro), sebab sdr. Nj. Mr. Maria Ullfah sendiri tidak menghadliri kongres tersebut.
 Dari ketiga matjam prasaran itu, didapatlah bahan-bahan untuk mengolah kelangsungan dari B.B.W. Dan dalam kongres jang 3 hari lamanja itu, didapatlah ketentuan mengenai kedudukan B.B.W. dalam lingkungan perdjuangan buruh. Ialah sebagai lapangan untuk mendidik kader-kader buruh wanita" dan merupakan nicht/zusterorganisasi dari B.B.I./P.B.I. (Partai Buruh Indonesia). Ia mendjadi suatu ,,politieke kweekbed" bagi kader-kader buruh wanita.
 Dan konsekwensi daripada ketentuan tersebut ialah: tokoh-tokoh dalam B.B.W. semula, tenaga tenaga potensinja, ditarik duduk dalam pusat B.B.I./P.B.I., sebagai wakil dari B.B.W. Adapun mereka itu ialah : Nj. S. K. Trimurty, Nj. Sutiah Surjohadi, Nj. Siti Kalimah, Nj. Umi Sardjono, Nj. Suwarti (waktu itu masih nona), dan penulis ini sendiri.

 Ada di K.N.I. Pusat di Djakarta, aliran buruh ini diwakili oleh ketika itu Nn. Susilowati (sekarang Nj. Susilowati Riekerk).

Kesimpulan.

 Proses organisasi jang semula ketjil seperti P.P.P.I. itu tidak hanja berhenti mendjadi B.B.W. sadja, jang mendjadi zuster/nichtorganisasi dari

B.B.I./P.B.I . Dan djusteru kedudukannja sebagai bagian-bawah daripada suatu gerakan dan partai politik itu, ia menemui prosesnja jang terus menerus dan djalin-berdjalin. Sedjalan dengan proses-perkembangan dari gerakan /partai jang mendjadi induk-organisasinja ialah B.B.I./P.B.I. tadi. Demikian misalnja perubahan B.B.I. men

djadi Gasbi (Gabungan Sarekat Buruh Indonesia), sendirinja mendjalin pula kepada B.B.W.
 Tetapi hal itu tidak akan kami tjeritakan disini lebih djauh. Sebab proses jang terdjadi itu, semakin lama sudah semakin djauh djaraknja, tanggal Proklamasi saat detik-detik dengan 17 Agustus 1945. Djadi kami anggap kurang tepat untuk diuraikan disini.
 Maka sebagai penutup tulisan ini kami ambillah suatu kesimpulan:

  1. Bahwa datangnja kemerdekaan negara kita itu telah membangkitkan kesadaran baru dalam bentuk dan isi serta tjita-tjita perdjuangan kaum wanita. Ialah kesadaran terhadap perdjuangan buruh jang lebih konkrit, jang di zaman pendjadjahan belum didapatnja.
  2. Suatu kenjataan dari kodrat-sedjarah. Bahwa setiap idee baru, kekuatan baru, itu mula-mula hanja ketjil sadja dan nampaknja lemah. Tetapi semakin lama semakin besar dan kuat, karena tjotjok dengan proses masjarakat jang selalu madju dan menghendaki pembaharuan.
PERANAN WANITA SEKITAR PROKLAMASI

17 AGUSTUS 1945.

Oleh: S. K. Trimurti.

 Untuk menguraikan kembali setjara chrono logis dan dokumenter sekitar kedjadian-kedjadian pada tahun 1945, adalah sangat sukar sekali. Terutama bagi saja, jang selama hampir 12 tahun dalam alam Indonesia Merdeka ini, banjak mengalami pantjaroba dalam perdjuangan, sehingga beberapa dokumen atau lebih tegas tjatatan-tjatatan jang perlu-perlu sudah hilang sama sekali. Hal ini, disebabkan oleh karena adanja razzia-razzia jang diadakan oleh pihak Belanda waktu clash, adanja perselisihan-perselisihan antara saudara sebangsa, karena pandangan politik jang berlainan, djuga karena berpindah-pindahnja tempat, karena pasang surutnja perdjuangan.
 Dari itu, apa jang saja uraikan disini, hanjalah ingatan-ingatan saja sadja, dan jang mengenai peristiwa/kedjadian-kedjadian jang saja ketahui dan alami, ditempat-tempat dan diwaktu-waktu dimana saja berada ketika itu. Tentu sadja, tulisan ini, hanja akan merupakan sumbangan bahan jang sangat ketjil, untuk mengumpulkan detik detik peristiwa, jang chusus dilakukan oleh kaum wanita.
 Bahwa tjita-tjita kaum wanita terhadap kemer dekaan tanah air, sudah lama berakar dalam bumi Indonesia, sudah sama-sama kami ketahui. Perdjuangan ini, sudah nampak, sedjak imperialisme Belanda masih menguasai Indonesia, jang waktu itu dinamakan Hindia-Belanda. Barangkali orang sekarang, masih belum lupa utjapan-utjapan dan tulisan-tulisan Sdr. Suwarni Pringgodigdo jang tadjam dan tegas menentang pendjadjahan dan menghendaki kemerdekaan. Perbaikan nasib wanita, harus ditempuh melalui Indonesia Merdeka. Djuga pemimpin-pemimpin wanita lainnja, baik jang duduk langsung dalam partai-partai politik, maupun jang duduk sebagai tenaga

pimpinan dalam beberapa organisasi wanita, seperti jang tergabung dalam P.P.I. (Perikatan Perkumpulan Isteri Indonesia), sudah nampak benih jang menudju kearah itu.
 Waktu djaman pendjadjahan Djepang, seluruh gerakan rakjat dibubarkan, termasuk gerakan wanitanja. Waktu itu, satu-satunja organisasi wanita jang boleh berdiri, dan jang direntjanakan ialah oleh pemerintah Balatentara Djepang, Fujinkai, dibawah pimpinan 'Sdr. Nj. Sunarjo Mangunpuspito. Sekalipun kelihatannja segala sesuatunja didikte oleh atasan (Djepang), akan tetapi didalam Fujinkai ini, djuga tak sedikit djumlahnja wanita-wanita jang didalam tekadnja, berdjuang untuk kepentingan tanah air, akan tetapi dilahirnja mempergunakan organisasi bikinan Djepang itu. Hal ini ternjata dari aktivitet mereka, misalnja dalam lapangan dapur-dapur umum, dalam palang merah dan sebagainja, sewaktu terdjadi pertempuran-pertempuran antara bangsa Indonesia dengan tentara musuh.
 Sewaktu Djepang menghadapi kedjatuhannja, ialah antara tanggal-tanggal sesudah 10 Agustus, nampaklah tokoh-tokoh wanita jang selama pendudkan Djepang itu tidak menampakkan aktiviteitnja, bergerombol-gerombol dengan djumlah-djumlah jang ketjil-ketjil, untuk berbitjara mengenai nasib perdjuangan wanita dan nasib tanah air dalam umumnja, dimasa-masa jang dihadapi. Tentu sadja, pembitjaraan-pembitjaraan ini tidak berkobar-kobar sebagai jang dilakukan oleh pemuda-pemuda waktu itu. Hal ini terbawa oleh sifat kewanitaan dan keibuannja.
 Sebelum itu, ialah bulan Djuli 1945, atas perkenan pemerintah Djepang, dibawah pimpinan Bung Karno, diadakan rapat Persiapan Kemer dekaan Indonesia. Ketika perundingan sampai kepada bentuk pemerintahan jang akan datang, dan ketika suara terbanjak memilih bentuk Republik maka sekonjong-konjong, ada larangan, jang katanja dari Tokio, supaja bentuk negara djangan dibitjarakan dulu. Waktu itu, pertama kali dalam sedjarah Pemerintah Djepang, sudah terdjadi pemboikotan rapat, jang dilakukan oleh pihak pemuda-pemuda, dengan djalan meninggalkan sidang itu. Mereka jang keluar itu, ialah 10 orang pemuda, dan seorang wanita, ialah saja sendiri. Kalau saja tak salah, waktu itu ada 5 orang wanita, ialah Saudara-saudara Nj. Sunarjo Mangunpuspito, Nj. Maria Ullfah Santoso, Nj. Emma Puradiredja, Nj. Ijos Wiriaatmadja.
 Wanita-wanita ini, tidak meninggalkan sidang, bukan karena takut, akan tetapi karena mereka belum merantjangkan lebih dahulu, dan belum berunding dengan kami, apa jang akan diperbuat bila terdjadi sesuatu jang bertentangan dengan kemauan kita bangsa Indonesia. Mereka ini adalah

wanita-wanita jang memikirkan segala sesuatu tindakan dengan perhitungan dan memang ketika itu hubungannja dengan pemuda-pemuda jang gerak tjepat, boleh dikata sangat kurang. Saja masih ingat sampai sekarang, bahwa Saudara-sau dara Maria Ullfah dan Emma Puradiredja, dengan tegas-tegas menghendaki bentuk Republik. Dan sikap ini, jang keluar disidang ketika itu, saja

 hargai. Dan ternjata, sampai sekarang mereka belum pernah menjeberang.
 Setelah terdjadi peristiwa jang menggemparkan itu, sidang terpaksa tak dapat dilandjutkan. Kenpei Tai mendjadi sibuk menakut-nakuti kami. Tetapi, kami jang sedikit banjak sudah punja perhitungan bahwa Pemerintah Djepang tentu akan kalah dalam peperangan, tidak merasa takut terhadap antjaman-antjaman jang ditudjukan kepada kami.
 Mengindjak bulan Agustus 1945 suasana makin hangat. Antara kami satu sama lain sudah bersiap-siap menghadapi kemungkinan . Tapi mulut tak berani bitjara banjak, sebab randjau-randjau Kenpei masih kuat dipasang disana-sini, dan mata-mata Kenpei jang menjelundup dikalangan kalangan pedjuang djuga tak sedikit. Dari itu, haruslah kami menghemat dengan kata jang tak perlu diutjapkan.
 Tanggal 14 Agustus 1945, sudah ada berita-berita jang agak positief, jang menggembirakan. Tanggal 15 Agustus 1945 saja mendengar, bahwa Djepang bertekuk lutut. Akan tetapi, oleh karena saja tak mendengar sendiri suara siaran radio gelap itu, maka berita itu, saja terima tidak 100 %. Dalam pikiran dan hati saja, hanja bersiap-siap kemungkinan jang tentu akan terdjadi.
 Rumah bung Karno di Pegangsaan Timur sudah didjaga Djepang. Katanja untuk mendjaga keselamatan bung Karno. Tapi kami tjuriga. Djangan-djangan bung Karno akan dimusnahkan sendiri oleh Djepang. Untuk mengimbangi pendjagaan itu, maka kami siapkan barisan pendjaga dari pihak Barisan Pelopor, dibawah pimpinan saudara Sudiro. Saja sendiri sangat kerap pergi kerumah ini, jang ketika itu merupakan medan perang dingin dan sikap bersiap antara pendjaga pendjaga Djepang dan pendjaga-pendjaga dari pihak kita. Menghadapi malam-malam jang genting, semua kamar-kamar dirumah bung Karno didjaga. Dari barisan Pelopor membawa sendjata sendjata misalnja klewang. Saja perhatikan, pihak Djepang mulai berada dalam kegelisahan dan tak mengadakan sikap apa-apa terhadap pendjaga pendjaga kita jang makin kelihatan agressief itu. Sampai terdjadi peristiwa-peristiwa perundingan dengan bung Karno oleh pemuda-pemuda jang menghendaki selekas mungkin memproklamirkan kemerdekaan, dan sehingga terdjadi penjelamatan bung Karno dan bung Hatta ke Rengasdengklok. Dalam saat-saat jang genting ini, memang tak terlihat kegiatan wanita kedepan. Akan tetapi, djangan dikata bahwa wanita tak atjuh kepada aksi-aksi ini. Tidak. Mereka itu, sebagai pahlawan terpendam, dengan gembira melepaskan suami suaminja, dan saudara-saudaranja, menghadapi bahaja maut. Saja masih ingat betul apa jang terdjadi, misalnja pada malam 15 menghadap 16. Waktu itu, saudara Sukarni mengadjak mengadakan coup, merebut tempat-tempat penting di Djakarta. Saja waktu itu berada dirumah Saudara Supeno. Saja masih ingat, bagaimana saudara Supeno ini berpamitan kepada isterinja, Nj. Supeno, waktu akan ikut serta mengadakan coupjang berbahaja. „ Kalau saja mati, titiplah anak-

anakku". Dan dengan tenang serta ichlas, isterinja melepaskan suaminja ini. Dan saja bersama saudara Supeno dan kawan-kawan lain, menudju ke Kebon sirih untuk berkumpul. Karena sesuatu hal, coup ini gagal. Akan tetapi persiapan untuk proklamasi diteruskan, bahkan lebih serem lagi.
 Setelah proklamasi, saja masih berada di Djakarta dan masih mengalami pertempuran-pertempuran ketjil dengan Belanda. Saja masih ingat, wanita-wanita dengan berani membantu saudara saudaranja kaum lelaki waktu bertempur dengan Belanda. Mereka mengumpulkan batu-batu dipinggir djalan untuk melempari mobil-mobil Belanda.
 Dan dikampung-kampung, wanita-wanita sedia memperlindungi pemuda-pemuda, dengan memberikan tempat-tempat persembunjian serta makanan. Ini terlalu banjak untuk dikatakan satu persatu.
 Pada tahun itu djuga, kira-kira bulan September saja pindah ke Semarang. Disini saja mengalami peristiwa pertempuran 5 hari, antara pihak Indo nesia, dengan Kidobutai Djepang. Waktu itu, kira-kira dalam bulan September 1945. Kebetulan akan ada sidang Komite Nasional Pusat, jang akan dilangsungkan di Djakarta. Sdr. Suwarti dari Solo, mendjadi utusan pula dan akan pergi ke Djakarta. Dia singgah dulu di Semarang, sebab akan mengadakan perundingan pendahuluan di Semarang dengan kami. Akan tetapi, belum sampai rundingan dapat diadakan, sudah ada pertempuran 5 hari jang menggemparkan dan banjak makan korban antara dua belah pihak, ialah pihak Djepang dan pihak Indonesia. Saja dan saudara Suwarti, sama-sama buta huruf dalam persendjataan. Kami tak dapat ikut bertempur dan tak dapat pula membantu langsung kepada pertempuran. Apa jang bisa kami lakukan, hanjalah mendjaga sendjata-sendjata jang dititipkan dirumah kami dan mendjadi penghubung telefonis sadja. Waktu itu, saja, saudara Suwarti bersama dengan suami saja, melakukan tindakan-tindakan untuk membagi -bagi makanan rakjat, berupa beras. Rakjat sudah kehabisan beras untuk makan. Pasar tutup. Pergi djauh-djauh tak dapat. Padahal gudang-gudang beras masih penuh. Waktu itu Gupernur ialah pak Wongsonegoro, dan Walikota, ialah pak Kuntjoro dan pembesar-pembesar lainnja sudah ditangkapi Djepang. Pemerintah kosong. Dengan berani mengambil risiko, maka kami adakan perundingan dengan pemilik-pemilik beras (bangsa Tionghwa), supaja suka mendjual berasnja dengan harga biasa. Sebab, kalau beras tak didjual dan tak dibagi setjara rata kekampung-kampung, maka kemungkinan besar, beras itu akan dirampok rakjat. Dan bila terdjadi demikian, maka mereka sendiri akan menderita rugi. Perundingan djadi. Dan beras boleh dibagi . Rakjat dari kampung-kampung datang kerumah kami, untuk minta tanda tangan guna membeli beras digudang. Utusan-utusan jang datang, untuk mengurus beras ini kebanjakan kaum wanita. Karena mereka harus djalan menjelundup serta berhati-hati. Dan wanita-wanita jang berdjalan, lebih selamat dari pada laki-laki. Sampai perang selesai, dan ketika Pemerintah


227

kembali lagi, kami serahkan pertanggungan djawab ini. Dan kami melakukan pekerdjaan perdjuangan sebagaimana biasa lagi.
 Sesudah terdjadi ini, saja menindjau ke Surabaja. Disini saja bertemu dengan bung Tomo, waktu itu seorang pemuda jang sangat energiek jang mengobar-kobarkan semangat rakjat melalui pidato radionja. Di Surabaja sini, saja saksikan kegiatan-kegiatan wanita jang besar, untuk menjambut revolusi . Mereka ibarat sendjata terpendam sewaktu-waktu diminta, siap sedia untuk madju. Jang sangat menarik perhatian saja, ialah meratanja persiapan-persiapan dapur umum dan pertolongan-pertolongan pengobatan untuk tentara kita jang berdjuang. Pemudi-pemudi nampak di markas-markas bersama dengan pemuda-pemuda.
 Saja tak lama di Surabaja ini, kemudian ke Pekalongan. Waktu itu disana terdjadi peristiwa 3 daerah. Di Pekalongan ini, tak begitu saja lihat kegiatan wanita-wanita sebagai di Surabaja. Mungkin, karena keadaan begitu genting, saja tak banjak keluar. Djadi, dengan sendirinja, tak banjak saja ketahui kegiatan-kegiatan wanita dalam lapangan pertempuran. Akan tetapi, Perwari, jang berdiri sedjak Desember 1945, waktu itu merupa kan satu-satunja organisasi wanita jang ada, jang meskipun keadaan dalam bahaja, tetap mengadakan rapat-rapat ditiga daerah itu, chusus untuk membitjarakan soal-soal sosial. Tentu sadja, soal sosial ketika itu ada hubungannja dengan penjelamatan rakjat, djangan sampai menderita karena perang saudara.
 Pada tahun 1946 saja pindah di Jogjakarta. Antara pemimpin-pemimpin wanita, terutama dari pihak pemudinja, kami dirikan Barisan Buruh Wanita. Salah seorang pemimpinnja jang aktief, ialah saudara Nj. Sutijah Surjahadi. Titik berat perdjuangan waktu itu pada sikap, memper tahankan kemerdekaan, dan memelihara tempat tempat kerdja jang sudah berada ditangan Republik Indonesia.
 Saudara Sutijah Surjahadi disamping memimpin buruh wanita sebagai buruh, djuga memimpin lasjkar wanita. Waktu itu sudah diadakan latihan-latihan, misalnja melempar granat, mempergunakan bedil dan sebagainja. Sajang, saja sendiri tak pernah dapat ikut latihan-latihan ini, karena kesibukan saja sendiri dalam mengatur organisasi jang baru berdiri itu. Didaerah pedalaman, djasa-djasa dari Barisan Buruh Wanita, nampak biasa sadja. Akan tetapi didaerah pendudukan, nampak sekali djasanja jang hebat. Misalnja sadja di Djakarta, jang dipimpin oleh Saudara Setijati Surasto, anggota-anggota Barisan Buruh Wanita-lah jang berdjuang mati-matian untuk mempertahankan dan terus menguasai kantor-kantor Republik Indonesia. Waktu itu, ketika Belanda sudah mulai merebut kantor-kantor Republik, maka para pegawai jang masuk kantor sering ditembaki didjalanan. Dan wanitalah, ialah pemudi-pemudinja jang berani djalan kekantor, dengan djalan berliku-liku dan sesampainja dikantor, mereka terus bekerdja, menunggu kantor, agar supaja de facto, tetap masih ada kantor Republik Indonesia. Waktu itu, Wali

228

Kota Djakarta Raja, Saudara Suwirjo. Beliau tentu menjaksikan, bagaimana kegiatan dan keberanian saudara Wanita itu.
 Sesudah itu, ialah pada tahun 1947, kiranja tak perlu saja tuliskan disini karena telah terlalu djauh dengan kedjadian-kedjadian tahun 1945. Saja harapkan, agar supaja pengalaman-pengalaman sedikit-sedikit dari para pedjuang wanita itu dapat dikumpulkan, kemudian disaring, jang mudah mudahan dapat merupakan bahan dokumentasi. Terutama dari daerah-daerah sangat penting hal itu dikumpulkan dan ditulis sendiri oleh mereka jang mengalami.
 Sekian.

PEDJUANG-PEDJUANG WANITA DI NUSA TENGGARA.

sumber kekuatan perlawanan gerilja.

ada jang ditelandjangi dan dipukuli.

Oleh: Tantrawan.

Peranan Revolusi:
 Demikian Proklamasi diumumkan di Djakarta dan beritanja sampai ke Bali, maka para pemuda dan pemudi serentak menjusun tenaga dan kekuatan turut membela proklamasi dan kemerdekaan. Langkah-langkah dan penjusunan ini terutama di Bali dapat dilakukan dengan saksama dalam wilajah Propinsi Nusa Tenggara (dahulu Sunda Ketjil). Oleh kurir-kurir jang dikirimkan dari Bali, achirnja dapat djuga dihubungi Lombok dan Sumbawa hingga pemerintahan dikedua daerah itu menjatakan berpihak kepada Republik Indonesia jang baru diproklamirkan. Demikian pula Radja-radja di Bali atas desakan para pemuda, menjatakan diri berpihak pada Republik.
 Akan tetapi, karena daerah-daerah disebelah timur lekasan diduduki oleh Tentara Serikat dari Australia dan Nica, maka praktis hanja di Bali perdjuangan revolusi itu berlangsung menentang pendjadjahan.

Perang puputan:
 Telah tertjatat dalam sedjarah nasional dan terkenal djiwa ksatria pemuda-pemuda pedjuang di Bali jang membela proklamasi sampai titik darah jang penghabisan dimedan peperangan jang bernama PERANG PUPUTAN dan dilakukan didesa Marga.
 Untuk melakukan Perang Marga (Margarana) itu Tentara Belanda (NICA) memusatkan semua kekuatan angkatan darat dan angkatan udaranja diseluruh Nusa Tenggara ke Bali, hingga pemuda pemuda pedjuang seperti Let. Kol. I Gusti Ngurah Rai, Major Wisnu dan lain-lain gugur dalam Margarana tanggal 20 Nopember 1946 jang sekarang diabadikan dan dibuatkan Taman Bahagia PANCAKA TIRTHA di Tabanan dan TJANDI MARGARANA di Marga. Akan tetap mendjadi simbul kenangan, djiwa dan tekad membela nusa: Lebih baik mati berkalang tanah dari pada hidup didjadjah kembali. Peranan kaum wanita:

Dalam perdjuangan hebat dengan tekad bulat lebih dari setahun lamanja dan sering-sering harus memakai taktik gerilja, tidak bisa diketjilkan arti KAUM WANITĂ jang aktif mengambil bagian. Dengan bantuan jang diperlukan diselenggarakan oleh kaum ibu dan wanita-wanita jang masih ada dikota, perdjuangan mendjadi tahan udji. Supply dan dapur-dapur umum diselenggarakan dimanamana para pedjuang menjingkir dan melakukan perlawanan. Tidak sedikit kaum wanita kita mendjadi penghubung antara gunung dan desa, antara desa dan kota, untuk membawa berita-berita, informasi-informasi mengenai tingkah laku musuh dan membawakan perbekalan-perbekalan jang diperlukan.

Dari sumber-sumber jang dapat kita kumpulkan, diantara wanita penghubung itu ada jang dapat diketahui oleh mata-mata NICA hingga mendapat penganiajaan jang tidak ringan. Seperti umpamanja MEN SAWER jang karena ketahuan, dia dibawa ke Banjuwangi dari Tabanan dan disana disiksa dengan sangat kedjam dan diluar perikemanusiaan. Dia ditelandjangi dan dipukuli, untuk memaksa menerangkan perdjuangannja.

Ibu-ibu dalam kesibukan:

Ibu-ibu jang ditinggalkan oleh suaminja ketempat-tempat perdjuangan dan persembunjian, masing-masing tidak berdiam diri dan turut mengambil bagian, sesuai dengan kemampuan jang ada pada mereka masing-masing. Kita belum bisa lupa pada djasa-djasa Ibu Ridwan, Ibu Merta, Ibu Metra, Ibu Oka Yasmin, Bu Djero, Njonja Subadi, Ibu Sami Merati, Sang Putu Sasih dan lain-lain , jang setjara serentak menjelenggarakan Dapur-dapur Umum, P.P.P.K., PENJELIDIKAN-PENJELIDIKAN, KURIR malah sampai membawa PELURU untuk para pedjuang ditempat-tempat jang aman.

Memberikan suami bergerak dalam perdjuangan, bagi seorang ibu adalah pengorbanan dan berkat kerelaan dan tjinta tanah air jang baru diproklamirkan itulah tidak sedikit ibu-ibu jang mendjadi djanda, anak-anak jang kehilangan ajahnja.

Betapapun pengorbanan, djiwa, harta-benda dan perasaan, mereka jang berdjiwa ksatria tidak akan merasakan sekali, karena dari sedjak semula mereka telah menjadari dengan sepenuh-penuhnja bahwa perdjuangan itu dilakukan untuk maksud jang sutji membela tanah air dan mengusir kaum pendjadjah, sehingga pengorbanan mereka sangat memulianja.


  1. Ibu Kita Kartini, Putri sedjati
  2. Putri Indonesia, harum namanja
    Ibu kita Kartini, pendekar bangsa
    Pendekar Kaumnja, untuk merdeka.
    (Refr.)
  3. Ibu kita Kartini, Putri djauhari
  4. Putri jang berdjasa, se Indonesia
    Ibu kita Kartini, Putri jang Sutji
    Putri jang merdeka, tjita-tjitanja.
    (Refr.)
  5. Ibu kita Kartini, pendekar bangsa
  6. Pendekar kaum Ibu, Tanah-Airku
    Ibu kita Kartini, penjuluh budi
    Penjuluh kaumnja, Kar'na tjitanja.
    (Refr.)
Refrein : Wahai, Ibu Kita Kartini
Putri jang mulia
Sungguh besar tjita-tjitanja
Bagi Indonesia.

BAB IV .

Bagian B.

Kerdja sama Wanita dengan Pemerintah dan Organisasi-organisasi lain untuk kepentingan Negara.

Pernjataan Kongres Wanita ke-IV.

Perdjuangan pengembalian Irian Barat kewilajah kekuasaan Republik Indonesia.


PERNJATAAN KONGRES WANITA KE-IV PERDJUANGAN PENGEMBALIAN IRIAN BARAT KEWILAJAH KEKUASAAN REPUBLIK INDONESIA.

Kongres Wanita Indonesia ke-IV diselenggarakan di Surabaja pada tanggal 28 s/d 30 Nopember 1957 dihadiri oleh seluruh Organisasi, anggota Kongres Wanita Indonesia dan Penindjau, dengan ini menjatakan:

  1. Menjokong sepenuhnja isi Resolusi tentang Tututan Pengembalian Irian Barat kewilajah kekuasaan Republik Indonesia jang diputuskan dalam rapat raksasa jang dihadliri oleh sedjuta pengundjung pada tanggal 18 Nopember 1957 bertempat dilapangan Banteng Djakarta, serta turut memikul segala konsekwensinja.
  2. Aktif menggerakan Wanita Indonesia didalam Negeri serta mengadjak Wanita diluar Negeri supaja ikut ambil bagian dalam kampanje perdjuangan merebut Irian Barat.
  3. Aktif mentjegah usaha serta gerakan jang membelokkan dan achirnja melemahkan perdjuangan Bangsa kita merebut Irian Barat.
  4. Bersama-sama dengan Golongan-golongan dalam masjarakat Indonesia aktif mempertahankan stabiliteit harga pokok kebutuhan hidup sehari-hari dan mentjegah terdjadinja sabotage atau pengatjauan dilapangan ekonomi.
  5. Mengandjurkan kepada seluruh kaum Ibu dan Wanita pada umumnja supaja mulai mengadakan penghematan atas pemakaian bahan kebutuhan pokok sehari-hari dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan di putuskannja hubungan ekonomi dengan fihak Belanda.
  6. Melalui Dana Perdjuangan Irian Barat aktif menggerakkan usaha-usaha pengumpulan uang, bahan, makanan, obat-obatan, dan lain lain untuk fonds bantuan perdjuangan Irian Barat.
  7. Apabila perdjuangan merebut Irian Barat dalam lapangan diplomasi menemui kegagal an di P.B.B., Kongres Wanita Indonesia bersedia menjediakan tenaga Wanita jang diperlukan dalam segala lapangan.

Surabaja, 29 Nopember 1957.
Panitya Penjelenggara Kongres.
Kongres Wanita Indonesia ke-IV.
ttd.
Sekretariat,
(Nj. MOH. TAM.)

PERNJATAAN KONGRES WANITA INDONESIA KE-IV KEPADA MUNAP.

Kongres Wanita Indonesia ke-IV jang bersidang pada tanggal 28-30 Nopember 1957, dihadliri oleh seluruh Organisasi, anggota Kongres Wanita Indonesia dan Penindjau.

Mengingat : Bahwa persatuan Bangsa Indonesia dan normalisasi keadaan penting artinja bagi pembangunan dan perdjuangan Negara, terutama untuk claim-nasional.

Menimbang: Bahwa MUNAP mengandung maksud dan usaha-usaha kearah tersebut diatas.

Memutuskan :

  1. Mendo'akan agar supaja MUNAP berhasil baik.
  2. Menjerukan agar MUNAP segera menjampaikan kepada D.P.R.R.I. untuk mendapatkan pengesahan.
  3. Menjerukan kepada Pemerintah agar segera melaksanakan keputusan-keputusan MUNAP jang telah disahkan oleh D.P.R.R.I.
  4. Menjerukan kepada segenap Bangsa Indonesia baik kaum laki maupun wanita agar turut dalam pelaksanaan ini setjara serentak dan dengan segala kesungguhan.

Surabaja, 30 Nopember 1957.

KONGRES WANITA INDONESIA KE-IV.

Disampaikan kepada:

  1. MUNAP .
  2. Pemerintah.
  3. D.P.R.R.I.
  4. Pers, radio dan masjarakat.


Ibu Kartowijono sedang menanda tangani naskah Kerdjasama B.K.S.P.M. Wanita.

PIAGAM B.K.S-P.M. - WANITA.

Tidak bisa ditawar bahwa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah meliputi seluruh wilajah Republik Indonesia termasuk Irian Barat, jang sampai sekarang masih didjadjah oleh Belanda. Perdjuangan Bangsa Indonesia untuk mengembalikan wilajah kekuasaannja jang sjah atas Irian Barat dengan djalan berunding dan damai dalam forum Internasional, selalu gagal, bahkan dengan nafsu kolonialnja fihak Belanda memasukkan Irian Barat, kedalam konstitusinja, dan mengadakan tindakan terror, membunuh ribuan patriot-patriot Indonesia di Irian Barat, djustru pada saat claim nasional kita sedang dibitjarakan di P.B.B.

Tindakan Pemerintah Republik Indonesia jang telah memutuskan untuk membebaskan Irian-Barat dengan „djalan lain" adalah djawaban jang tepat dan tegas atas sikap keras kepala kaum kolonialis Belanda itu.

Kami, WANITA INDONESIA DAN PEMUDA/MILITER bersama-sama dengan seluruh Rakjat bertekad bulat untuk membebaskan Irian- Barat dari tjengkeraman pendjadjahan Belanda dengan segala konsekwensinja.

Kami jakin, dengan ikut sertanja kaum wanita sebagai pengasuh keluarga dan pembentuk generasi jang merupakan salah satu kekuatan nasional jang penting ditengah-tengah gerakan rakjat, pasti akan merupakan sumbangan jang besar artinja bagi perdjuangan pembebasan Irian-Barat jang adil ini.

Semoga Tuhan Jang Maha Kuasa memberkahi perdjuangan kita. Amin.

Ditandatangani di: Djakarta.
Pada tanggal: 22 Desember 1957.
Bertempat di:
Gedung Wanita.
Pada djam: 12.00 tepat.
Oleh:

I.WAKIL-WAKIL B.K.S.P.M.

  1. Let. Kol. Pamurahardjo (Ketua ) B.K.S.P.M. Pusat.
  2. Kapten Said Pratalykusuma (Sekretaris B.K.S-P.M. Pusat) .
  3. Anwar Nasution Staf Pelaksana B.K.S.P.M. Pusat.
  4. Mr. Ismail Suny Wk. Ketua Dw. Pertimbangan B.K.S.P.M. Pusat.
  5. Sujatmo Wk. Ketua Dw. Pertimbangan B.K.S.P.M. Pusat.
  6. Dharilah Anggota Dewan Pertimbangan B.K.S.P.M. Pusat.
  7. Chadidjah Razak Anggota Dewan Pertimbangan B.K.S.P.M. Pusat.
  8. Barus Anggota Dewan Pertimbangan B.K.S.P.M. Pusat.
  9. Letnan Satu A. Sofjan Staf Pelaksana B.K.S.P.M. Pusat.

II. WAKIL-WAKIL KONGRES WANITA INDONESIA.

  1. Nj. Kartowijono Ketua Perwari.
  2. Nj. Gani Soerjokusumo Wakil Ketua Wanita Demokrat.
  3. Nn. S. Lena P.P.I.
  4. Nj. Lutan Sekretariat Perwamu.
  5. Nj. Salawati Daud Gerwani.
  6. Nj. Z. Hakam G.P.I.I
  7. Nj. Mariati Adnan Muslimat
  8. Nj. Djaka Persit.
  9. Nj. Wahjudi Bhajangkari.

FRONT NASIONAL PEMBEBASAN IRIAN BARAT
B.K.S.-WANITA-MILITER.
POKOK-POKOK TATA-TERTIB KERDJA
B.K.S.-WANITA-MILITER-PUSAT.

TUGAS PIMPINAN HARIAN:

  1. Bertanggung djawab baik kedalam maupun keluar atas semua aktiviteit B.K.S.-WANITAMILITER.
  2. Memimpin Sidang-sidang Pengurus Harian, dan Sidang-sidang Pleno B.K.S.-WANITA-MILITER.
  3. Menanda tangani semua Surat-surat Keluar.
  4. Memimpin pelaksanaan semua keputusan-keputusan B.K.S.-WANITA-MILITER dan mengkoordinir pekerdjaan Pengurus Harian serta Seksi-seksi.
  5. Mengambil kebidjaksanaan keluar maupun kedalam jang tidak bertentangan dengan keputusan-keputusan B.K.S.-WANITA-MILITER.
  6. Bersama-sama dengan para Wk. Ketua jang bertugas setjara bergilir setiap harinja untuk mengatasi setiap persoalan dan kesulitan jang dihadapi.
  7. Mengatur pembagian pekerdjaan diantara para Wk. Ketua B.K.S.-WANITA-MILITER dan memimpin rapat-rapat chusus Sekretariat dan rapat-rapat para Ketua Sie.
  8. Djika Ketua berhalangan, tugas-tugas diatas dilaksanakan oleh Wk. Ketua I dan seterusnja dengan persetudjuan Ketua/Sekdjen Nasional Pusat atau Wakilnja.

b. Wk. Ketua I, II dan III.

  1. Mewakili dengan sjarat ajat 8a, serta membantu Ketua dalam melaksanakan tugas-tugasnja.
  2. Bertanggung djawab atas pelaksanaan semua tugas-tugas jang diserahkan pada masing-masing.
  3. Berkewadjiban untuk datang kekantor setiap hari setjara bergilir.

II. Para Penulis:

  1. Penulis I dan Penulis II bertanggung jawab atas segala sesuatu jang berkenaan dengan tugas-tugas Sekretariat B.K.S.-WANITA-MILITER.
  2. Menanda tangani disamping Ketua atau Wakilnja semua surat-surat keluar surat-surat mandaat dan sebagainja.
  3. Berkewadjiban untuk datang kekantor setiap hari setjara bergilir. III. Bendahari I dan Bendahari II:
  4. Bertanggung djawab atas kerapian dalam pekerdjaan masalah Keuangan B.K.S-WANITA-MILITER.
  5. Berkewadjiban untuk datang kekantor setiap hari setjara bergilir.

IV. Pembantu Umum: Para Pembantu Umum diwadjibkan kekantor setiap hari setjara bergilir untuk membantu melantjarkan pekerdjaan Pengurus Harian sehari-hari.

V. Mengenai persoalan jang prinsipiel jang tidak bertentangan dengan peraturan dasar Front Nasional dan jang tidak tertjantum dalam putusan putusan B.K.S.- WANITA-MILITER harus dibitjarakan dalam Pimpinan Harian/Pleno.

VI. Lain-lain hal jang tidak tertjantum dalam tata-tertib ini akan diatur lebih landjut oleh Pengurus Harian.

Disjahkan di : Gedung „PANTJA PRASETYA"
DJAKARTA.
Oleh : Sidang Pleno ke II B.K.S.
WANITA-MILITER.
Pada tanggal : 19 September 1958.
Djam : 13.15 (djam 1.15 siang).


PIMPINAN RAPAT:
Penulis,
ttd.


(Nn. S. LENA)

Ketua,
ttd.
(NJ. B. JUSUPADI)


B.K.S.-WANITA-MILITER

PROGRAM PERDJUANGAN B.K.S.-WANITA-MILITER

PENDAHULUAN:

Perdjuangan mengembalikan Irian Barat kedalam wilajah kekuasaan Republik Indonesia adalah tudjuan pertama dari perdjuangan Front Nasional Pembebasan Irian Barat.


Wanita Indonesia sebagai tiang Negara berkewadjiban memperhebat perdjuangan Pembebasan Irian Barat dengan djalan mengerahkan segenap tenaga Wanita sesuai dengan andjuran Ketua Front Nasional Pembebasan Irian Barat untuk memperkuat garis depan, dengan tidak boleh sekali-kali diabaikan bahwa kuatnja Garis Depan tergantung dari kuatnja Garis Belakang jang merupakan landasan.

SUSUNAN PERDJUANGAN: a. Bahagian chusus Wanita ; b. Bahagian Dalam Negeri ; c. Bahagian Luar Negeri.

USAHA PERDJUANGAN:

I. Sosial:

a. Bantuan Garis Depan; b. Kesehatan Rakjat; c. Bantuan Korban Bentjana Alam (insidentil) dan pertempuran.


a. Bantuan Garis Depan:

  1. Memperbanjak usaha barang-barang jang dibutuhkan Garis Depan.
  2. Membantu membikin Bank Darah dan memperlipat-gandakan Dana Darah.
  3. Membantu pembikinan dan perawatan Taman-taman Pahlawan.
  4. Membantu usaha-usaha Moral Welfare (hiburan untuk Garis Depan dengan perpustakaan dan lain-lain).
  5. Menjalurkan bantuan masjarakat terhadap Keluarga Pradjurit.
  6. Menggerakkan Aksi pengumpulan madjalah madjalah.

b. Kesehatan Rakjat:

  1. Menggerakkan masa pembersihan rumah, halaman, desa, kota, sekolah-sekolah dan kantor-kantor.
  2. Menggerakkan massa pemberantasan penjakit.
  3. Menggerakkan massa untuk pemberantasan tikus, lalat dan njamuk.

c. Bantuan korban bentjana alam dan pertempuran:

  1. Pengumpulan pakaian.
  2. Membantu pengumpulan bahan makanan (Dapur Umum).
  3. Membantu pengungsian.
  4. Membantu korban-korban pertempuran.

II. Ekonomi

  1. Penambahan hasil bahan makanan.
  2. Membantu melantjarkan distribusi bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari.
  3. Membantu mengawasi harga kebutuhan hidup sehari-hari.
  4. Menghimpun industri rumah.
  5. Membantu memadjukan Kooperasi.
  6. Membantu mengurangi kegiatan ekonomi asing.
  7. Membantu kegiatan Bank Simpan-pindjam untuk keluarga pradjurit.

III. Pendidikan:

  1. Membantu adanja penampungan anak-anak jang tidak dapat meneruskan peladjarannnja dengan mengadakan kursus-kursus kedjuruan.
  2. Membantu pengawasan peladjar-peladjar kita di Luar Negeri, baik atas beaja Pemerintah, maupun dengan beurs dari Luar Negeri.
  3. Membantu Pendidikan Rakjat dalam lapangan Home-Economie.
  4. Membantu pendidikan Hygiene.
  5. Menggerakkan masa untuk pemberantasan pentjabulan (film, batjaan dan lain-lain).
  6. Pendidikan Rochani:
    a. Ketuhanan;
    b. Achlak dan Budipekerti;
    c. Kebangsaan dan keinsjafan ber-Negara.
  7. Pendidikan P.P.P.K. dan Home-Nursing dan Dapur Umum.
  8. Mempergiat pemberantasan buta-huruf.
  9. Turut membantu mengawasi, membatasi aktiviteit sekolah-sekolah asing. IV. Politik :
  10. Membantu Panitya Anti Subversief dari Pemerintah c.q. Militer.
  11. Membantu mempergiat dan menjempurnakan Civiel Defence (Pertahanan Rakjat).
  12. Turut membantu memperhatikan penempatan personil di Perwakilan kita di Luar Negeri.
  13. Turut membantu usaha pengawasan dan pembatasan aktiviteit Negara Asing Dalam Negeri.


V. Penerangan :

  1. Turut aktief dalam Seksi Penerangan Front Nasional untuk melantjarkan usaha-usaha tersebut diatas.
  2. Memperluas penerangan-penerangan Luar Negeri, selain melalui Perwakilan-perwakilan djuga melalui Mahasiswa-mahasiswa kita jang

berada di Luar Negeri.

VI. Usaha - usaha djangka pendek :

  1. Bantuan Garis Depan :
    a. Menghibur keluarga pradjurit;
    b. Mempergiat pengumpulan sumbangan darah;
    c. Mempergiat latihan P.P.P.K. , Home-Nursing dan Dapur Umum.
  2. Kesehatan Rakjat.
  3. Membantu melantjarkan distribusi bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari.
  4. Membantu mengawasi harga kebutuhan hidup sehari-hari.
  5. Membantu adanja penampungan anak-anak jang tidak dapat meneruskan peladjarannja dengan mengadakan kursus-kursus kedjuruan.
  6. Turut aktief dalam Seksi Penerangan Front Nasional untuk melantjarkan usaha-usaha tersebut diatas.
  7. Memperluas penerangan-penerangan Luar Negeri, selain melalui perwakilan-perwakilan djuga melalui Mahasiswa-mahasiswa kita jang

berada di Luar Negeri.

  1. Mempergiat pemberantasan buta-huruf.


Disjahkan di : Gedung „PANTJA PRASETYA" DJAKARTA .

Oleh : Sidang Pleno B.K.S.-W/M. ke II

Pada tanggal : 19 September 1958.

Djam: 12.45.

PIMPINAN RAPAT :
Penulis,
ttd.
(Nn. S. LENA)

Ketua,
ttd.
(NJ. B. JUSUPADI)


FRONT NASIONAL
PEMBEBASAN IRIAN BARAT
Djl. Medan Merdeka Timur No. 6
DJAKARTA RAYA.
B.K.S.-WANITA- MILITER.


PEDOMAN KERDJA B.K.S.-WANITA-MILITER
I. Nama dan kedudukan.

 Organisasi ini bernama BADAN KERDJA SAMA-WANITA-MILITER, Pusatnja berkedudukan di ibu-kota Republik Indonesia.

II. Waktu.

 B.K.S.-WANITA-MILITER didirikan di Djakarta pada tanggal 16 Agustus 1958, untuk waktu selama Irian Barat belum kembali kedalam Wilajah Kekuasaan Republik Indonesia.

III. Maksud dan tudjuan.

 Menghimpun kekuatan Nasional, chusus Wanita dan Militer setjara riel dalam rangka perdjuangan Pembebasan Irian Barat dari Kekuasaan Belanda atas dasar Proklamasi 17 Agustus 1945.

IV. Bentuk.


 B.K.S.-WANITA-MILITER adalah BADAN KERDJA SAMA antara MILITER dan ORGANI SASI-ORGANISASI fungsionil Wanita dengan tidak mengurangi kedaulatan Organisasi-organisasi masing-masing.


V. Keanggautaan.

 Anggauta B.K.S.-WANITA-MILITER di Pusat terdiri dari organisasi-organisasi Wanita jang berPusat dan Pusat-nja atau Perwakilannja berkedudukan di ibu-kota Republik Indonesia, dan Militer.

{{C|VI. Pimpinan.}]

Pimpinan B.K.S.-WANITA-MILITER terdiri dari:

  1. Dewan Pleno ;
  2. Pengurus Harian.
  1. Dewan Pleno B.K.S.-WANITA-MILITER terdiri dari:
    a. Ketua B.K.S.-WANITA-MILITER;
    b. Wakil-wakil Organisasi Wanita jang tersebut dalam pasal V.
  2. Pengurus Harian terdiri dari seorang Ketua Wk. Ketua I, Wk. Ketua II, dan Wk. Ketua III, Penulis I dan Penulis II, Bendahari I dan Bendahari II serta 3 (tiga) orang Pembantu Umum.

VII. Tugas.

 B.K.S.-WANITA-MILITER mengerahkan chusus tenaga massa Wanita untuk turut melaksanakan Program Front Nasional Pusat.

VIII. Sidang.

1. Dewan Pleno :
a. Dewan Pleno bersidang sekurang-kurangnja 1 (satu) kali sebulan.
b. Dalam keadaan jang penting Ketua atau Pengurus Harian berhak memanggil untuk bersidang, atau atas permintaan sekurang-kurangnja 5 (lima) anggauta.
2. Pengurus Harian:
a. Pengurus Harian bersidang sekurang-kurangnja 2 (dua) minggu sekali.
b. Dalam keadaan penting Ketua berhak memanggil untuk bersidang, atau atas permintaan sekurang-kurangnja 3 (tiga) anggauta Pengurus Harian.

IX. Keputusan.

Semua Keputusan jang prinsipiel diambil dengan suara bulat (aklamasi).

X. Sekretariat.

Sekretariat B.K.S.-WANITA-MILITER dipimpin oleh para Ketua c.q. para Penulis.

Tenaga-tenaga Pembantu Sekretaris dapat diambil dari luar atas kebidjaksanaan Pengurus Harian.

XI. Beaja.

Semua beaja didapat dari Front Nasional Pusat.

XII. Ketentuan lain-lain.

Perobahan-perobahan dan hal-hal jang belum ditentukan dalam Pedoman ini akan diatur lebih landjut oleh Pengurus Harian.

Disjahkan di


Oleh


Pada tanggal

Djam

  : Gedung „PANTJA PRASETYA”
DJAKARTA.

  : Sidang Pleno ke II B.K.S.-
WANITA-MILITER.

  : 19 September 1958.

  : 13.00 (djam 1 siang).


PIMPINAN RAPAT:

Ketua,
ttd.
(NJ. B. JUSUPADI)

Penulis,
ttd.
(Nn. S. LENA)


INTERVIEW B.K.S.-WANITA-MILITER FRONT NASIONAL PUSAT
PADA CONFERENSI PERS TGL. 20 OKTOBER 1958.

I. PENDAHULUAN:
a. B.K.S.-WANITA-MILITER Sebelum Revisi.
Setelah Panitia Aksi Irian Barat jang diketuai oleh J.M. Menteri Penerangan Sudibjo dibentuk, maka golongan Wanita bersatu padu untuk membantu Perdjuangan Irian Barat setjara aktief.

Kongres Wanita Indonesia pada Kongresnja di Surabaja, bulan Nopember 1957, memutuskan, untuk membentuk suatu Panitya jang ditugaskan mewakili Kongres Wanita dalam segala hal jang bertalian dengan perdjoangan Irian Barat.

Panitya ini terdiri dari 9 Organisasi Wanita:
1. Perwari sebagai Ketua.
2. Wanita Demokrat.
3. Muslimat Masjumi.
4. Gerwani.
5. P.P.I.
6. G.P.I.I.
7. Persit.
8. Bhayangkari.
9. Perwamu.

Setelah Front Nasional dibentuk dan Panitya Aksi Irian Barat menjerahkan tugasnja kepada Front Nasional, Kongres Wanita menundjuk ke 9 Organisasi Wanita itu untuk duduk dalam Front Nasional.

Panitya kemudian dilengkapi dengan Muslimaat N.U. dan 10 Organisasi inilah jang ditundjuk oleh Kongres Wanita untuk mewakili dalam Front Nasional.

b. SESUDAH REVISI:
Setelah diadakan Revisi dalam Front Nasional maka jang mendjadi anggota Front Nasional adalah Badan-badan Kerdja Sama.

Maka fihak Militer menghubungi Kongres Wanita Indonesia untuk bersama-sama membentuk B.K.S. Wanita-Militer Pusat.

Mengapa djustru Kongres Wanita jang dihubungi?

Oleh karena Kongres Wanita adalah satu-satunja Gabungan Organisasi Wanita jang telah diakui baik didalam maupun di Luar Negeri.

Selain dari pada itu didalam Kongres Wanita tergabung Organisasi-organisasi Wanita jang berpusat, jang mewakili semua aliran, dan jang Tjabang-tjabangnja tersebar diseluruh Indonesia.

Maka jang mendjadi anggota B.K.S.-Wanita-Militer Pusat adalah Organisasi-organisasi Wanita jang berpusat atau mempunjai perwakilan penuh di Djakarta.

Panitya Kongres Wanita kemudian dilengkapi lagi dengan Wanita Katholik dan P.W.K.I.

Adapun semua Organisasi Wanita jang bukan anggota Kongres Wanita oleh karena sifatnja lokaal akan mendjadi anggota B.K.S.-Wanita- Militer Daerah, bila sampai waktunja B.K.S.-B.K.S. Daerah itu dibentuk.

B.K.S.-WANITA-MILITER PUSAT.

PENGUMUMAN
No.: 64/PH/Peng/3/58.

Dalam rangka Peringatan HARI PAHLAWAN jang akan berlangsung pada tanggal 10 Nopember 1958, maka kepada para peserta kami umumkan sebagai berikut:

I. Wanita-wanita jang akan turut dalam upatjara HARI PAHLAWAN 10 Nopember 1958, diminta berkumpul ditempat-tempat jang telah di- tentukan oleh organisasinja masing-masing, dimana bus-bus Panitya akan mendjemput para peserta.

II. Para peserta dari tiap-tiap organisasi supaja dibagi-bagi dalam rombongan-rombongan menurut muatan bus dibawah pimpinan seorang Ketua rombongan jang bertanggung djawab dalam tiap-tiap bus. III. Konewmsi sekedarnja disediakan oleh Panitya.

IV. Panitya menjediakan 4 bendera dan tulisan-tulisan: „WANITA” jang akan dibawa oleh rombongan.

V. Pembagian waktu (time table) pada tanggal 10 Nopember 1958 adalah sebagai berikut:

  1. Djam 05.00 bus-bus mendjemput para peserta ditempat-tempat jang telah ditentukan.
  2. Djam 06.00 rombongan-rombongan jang diangkut dengan bus-bus harus sudah berada di Gedung PANTJA PRASETYA, Medan Merdeka Timur 6. Pimpinan rombongan sesampai di Gedung PANTJA PRASETYA, diminta berhubungan dengan Panitya untuk menerima keterangan-keterangan.
  3. Djam 06.15 rombongan berangkat dengan bus ke Merdeka Selatan 6.
  4. Djam 06.30 rombongan sampai ke Merdeka Selatan 6.
  5. Djam 065.30—06.50 rombongan mengatur diri masing-masing di Merdeka Selatan 6.
  6. Djam 07.00 upatjara HARI PAHLAWAN 10 Nopember 1958 dimulai.

VI. Sesudah upatjara di Merdeka Selatan 6 selesai, rombongan naik ke bus masing-masing Untuk setjara konvoi menudju Makam Pahlawan Kalibata.

VII. Upatjara di Makam Pahlawan Kalibata:

  1. Pembatjaan do'a oleh B.K.S.-Ulama-Militer.
  2. Perletakan Karangan Bunga oleh Wakil-wakil tiap-tiap B.K.S.
  3. Penaburan bunga oleh Wakil-wakil tiap-tiap B.K.S.

VIII. Selesai upatjara di Makam Pahlawan Kalibata, rombongan masuk ke bus masing-masing untuk beristirahat.

IX. Sesudah istirahat, rombongan dengan bus masing-masing kembali ke Gedung PANTJA PRASETYA. Tempat pembubaran adalah di Gedung PANTJA PRASETYA, dan selesai pembubaran rombongan diantar ketempat-masing-masing.

Djakarta, 8 Nopember 1958.
B.K.S.WANITA-MILITER-PUSAT.

Technis/Organisatoris B.K.S.-B.K.S. Daerah ada dibawah B.K.S.-Pusat, tetapi taktis ada dibawah Peperda.

II. TUGAS B.K.S-WANITA-MILITER:

B.K.S.-Wanita-Militer turut serta setjara aktief menjusun, memelihara dan memperkuat pertahanan Garis Belakang, jang merupakan landasan bagi kekuatan Garis Depan.

Golongan Wanita menginsjafi sedalam-dalamnja bahwa selain banjak tugas jang dapat dilaksanakan.

Golongan Wanita menginsjafi sedalam-dalamnja, bahwa selain banjak tugas jang dapat dilaksanakan sesuai dengan ke-Wanitaannja, masih harus djuga dapat dan sanggup menggantikan tenaga Prija di Bidang Pertanian, Industri, Kesehatan, Pendidikan dan lain sebagainja.

Djika diperlukan dan keadaan memaksa Wanita harus sanggup pula memanggul sendjata.

Kami menginsjafi bahwa memang luas dan berat tugas Wanita dimasa Negara dalam keadaan Perang/Darurat Perang. Namun demikian B.K.S. Wanita-Militer berkejakinan bahwa dengan bantuan masjarakat, terutama Persnja segala tugas dapat dilaksanakan sebaik-baiknja.

Adapun tugas B.K.S-WANITA-MILITER terbagi atas 4 hidang jang terpenting:

  1. Sosial
  2. Ekonomie
  3. Pendidikan
  4. Perang Urat Sjaraf.

Dibidang Sosial B.K.S-WANITA-MILITER membantu pada saat ini Panitya Kebersihan Nasional.

Pada hari ini B.K.S.-WANITA-MILITER mengikuti rombongan penindjauan ke sekolah-sekolah Rakjat Djakarta Raya jang diselenggarakan oleh Panitya Kebersihan Daerah Djakarta Raya. bersama-sama Badan Penghubung Organisasi Wanita jang diketuai oleh Ibu SOEDIRO.

III: PERANAN PERS:

B.K.S-WANITA-MILITER PUSAT mengharapkan dari Saudara-saudara Wartawan bantuan jang sebesar-besarnja didalam usahanja menginsjafikan Wanita Indonesia atas tugas dan kewadjibannja didalam menghadapi Perdjuangan Irian Barat.

Pers sebagai pembentuk ”PUBLIC-OPINION” (pendapat umum) sungguh penting peranannja didalam menjebarkan pengertian mengenai pertahanan Garis Belakang.

Pada masa sekarang hampir setiap orang dapat membatja surat kabar, sehingga Pers dapat mengobarkan semangat Rakjat untuk berdjuang bagi Negara dan Bangsa menurut Bidangnja masing-masing.

Melalui Pers dapat ditjapai Pendidikan Rakjat, maka Pemberitaan sedikit banjaknja hendaknja bersifat mendidik pula disamping sifat penerangannja.

Wanita, sebagai Ibu dan Pengasuh generasi baru tidak lain mengharap dari Pers Indonesia, supaja setjara posithel turut membangun Djiwa Bangsa Indonesia, menudju kepribadian jang tinggi.

B.K.S..WANITA-MILITER-PUSAT.

LAMPIRAN PEDOMAN KERDJA TAMBAITIAN FASATL, V KEANGGOTAAN.

1. Organisasi-organisasi Wanita berhak menempatkan dan menarik wakilnja dalam/dari Harian atau Pleno B.K.S-WANITA-MILITER dan Harian atau Pleno FRONT NASIONAL PUSAT.



238 2. Rapat Pleno BKS-WANITA-MILITER mempunjai hak recall pada Wakil-wakilnja di Pleno dan Harian FRONT NASIONAL dengan persetudjuan Organisasi jang bersangkutan, djika Wakil itu menjimpang dari prinsip dan/atau merugikan B.K.S.-WANITA-MILITER.

3. Djika wakil Organisasi jang duduk dalam B.K.S-WANITA-MILITER/FRONT NASIONAL mengundurkan diri/direcall oleh Organisasinja atau Pleno B.K.S.-WANITA-MILITER, maka organisasinja automatis menduduki langsung semua fungsi orang jang digantikannja itu.

4. Djika seorang anggota B.K.S.-WANITA-MILITER berhalangan menghadiri rapat pleno B.K.S-WANITA-MILITER/FRONT NASIONAL, maka Organisasinja berhak menundjuk Wakilnja: dan Organisasi itu dapat menempatkan wakil Organisasinja jang lain jang tetap.

5. Seseorang jang mewakili wakil Organisasinja jang duduk dalam B.K.S.-WANITA-MILITER/FRONT NASIONAL, automatis menarik diri, djika jang diwakilinja telah dapat mendjalankan tugasnja kembali.

Lampiran tambahan Tata-tertib:

Djika seorang anggota Penguras Harian B.K.S.-WANITA-MILITER berhalangan sewaktu-waktu atau untuk masa kurang dari 30 hari, maka tugasnja dilaksanakan oleh seorang anggota Pengurus Harian lainnja, hierarchis dengan persetudjuan Ketua/Wakilnja.

Djika ia berhalangan lebih dari 30 hari, maka Organisasinja berhak menundjuk wakilnja.

Djakarta, 25 Oktober 1958.

Wk. Ketua I,

ttd,

(NJ. GANI SURJOKUSUMO)

Penulis I,

ttd.

(Nn. S. LENA)

DAFTAR-ORGANISASI

No. Nama Organisasi Alamat No. telpon

1. Wanita Demokrat Indonesia Djl. Salemba Raya 73 Dig. 234
2. Perwari Djl. Tangkubanprahu 8 Mtg. 247
3. Masjumi-Muslimaat Djl. Kramat Raya 45 Gbr. 989
4. Gerwani Djl. Matraman Raya 51 Dtg. 753
5. Aisjiah Djl. Kramat Raja 45 Gbr. 980
6. P.P.I. Dji. Samarinda 14 Gbr. 820/38
7. Bhayangkari Djl. Barito II/13 Blok A. Kbj. Baru
8. Persit Djl. Siliwangi 12 Gbr. 5895
9. G.P.L.I.-Putri Djl. Menteng Raya 58 Gbr. 1159
10. P.W.K.I. Djl. Patiunus 11 Kebajoran Baru
11. Wanita Katholik Djl. Kramat Raya 67
12. Wanita P.S.I.I. Djl. Salemba Raya 33A (belakang)
13. N.U.Muslimaat Djl. Menteng Raya 24 Gbr, 3564
14. Perwamu Djl. Blora 24
15. Gerakan Wanita Sosialis Djl. H.O.5. Tjokroaminoto 61
16. Pertiwi Djl. Tegal 8
17. Sehati Djl. Madura 33
18. Perti-Wanita Djl. Dempo 11 Dtg. 746
19. Ikatan Bidan Indonesia Djl. Budi Kemuliaan 25 Gbr. 2828
20. Baperki-Wanita Djl. Mangga Besar VI/16 Kt. 1389
21. Wanita Tamansiswa Djl. Bungur Besar 152
22. Wanita-Nasional Djl. Ketapang Utara 21 A. Kt. 1322
23. P.O.W.S.A. Djl. Pattimura 18 Kbj. 717
24. Wanita-Rakjat Djl. Tandjung 45


Djakarta, 12 Nopember 1958.
B.K.S..WANITA-MILITER-PUSAT.


239

DAFTAR ANGGOTA KONGRES WANITA INDONESIA (SESUDAH PERMUSJAWARATAN TGL 26-1-1958).

No. Nama Organisasi Alamat Keterangan Suara

1. P.B. Budi Isteri Djl. Djati No. 37 Bandung 4 Suara
2. P.B. Parkiwa „ Sawunggaling No. 20 4 „
3. P.B. Putri Narpowandowo „ Kepatihan Panitsari Solo 4 „
4. Putri Budi Sedjati (lokal) „ Tapak Siring No. 20 Surabaja 1 „
5. P.B. Party Wanita Rakjat „ Tandjung No. 45 Djakarta 8 „
6. P.B. Aisijah „ Gerdjen No. 57 Jogjakarta 18 „
7. P.B. Pikat „ Menado Menado
8. D.P.P. Gerwani „ Matraman Raya No. 51 Djakarta 15 „
9. P.B.P.W.K.I. „ Patiunus 11 Kebj. Djakarta 15 „
10. P.P. Wanita Katholik „ Imam Bondjol 14 Djakarta 15 „
11. Pimpinan Pusat Perwari „ Tangkuban Prahu No. 6. Djakarta 15 „
12. P.P.G.P.I.I. Puteri „ Menteng Raya No. 58 Djakarta 15 „
13. Muslimat „ Kramat Raya Na. 45 Djakarta 15 „
14. P.B. Gerakan Wanita P.S.I.I. „ Buah Batu No. 22 Bandung 15 „
Perwakilan „ Salemba Raya 33a Djakarta
15. P.B. P.P.I. „ Pasuruan 16 Djakarta 8 „
16. Ikatan Bidan Indonesia *) „ Budikemuljaan 25 Djakarta 4 „
17. P.B. Persit „ Pladju No. 8 15 „
18. P.B. Bhayangkari „ Barito II No. 13 Kbj. Baru Djakarta
Blok A. 15 „
19. D.P.P. Wanita Demokrat Ind. „ Salemba Raya No. 73 15 „
20. Ikatan Perawat Wanita (lokal*) „ Tosari No. 55 1 „
21. P.B. Wanita Nasional „ Nusantara IV No. 2 8 „
22. P.B. Wanita Indonesia „ Merapi No. 4 8 „
23. Persatuan Wanita Universitas Gadjah Mada (lokal) „ Widoro No. 8a Jogjakarta 1 „
24. P.B. Sahati „ Madura No. 33 Djakarta
25. P.B. Perwamu „ Blora No. 24 15 „
26. PB. P.I.K.T. „ Indramaju No. 2 2 „
27. Perh. Wanita Universitas (lokal) „ Aditiawarman Blk. M. 8 I No. 4 Keb. Baru 1 „
28. Rukun Ibu Djakarta „ Lembang No. 18 1 „
29. Badan Pusat Wanita Taman Siswa „ Taman Siswa 33 Jogjakarta
30. Pertiwi Tegal No. 8 Djakarta
31. P.B.P.O.W.S.A. „ Tjideng Barat No. 58 7 „
32. P.P. Gerakan Wanita Sosialis „ Tjisedane No. 6 15 „
33. P.B. Perwali „ Kramat VII No. 4 7 „
34. Muslimat Nahdatal Ulama „ Menteng Raya No. 24
35. Jajasan dan Seksi-seksi **)
a. Jajasan Kesedjahteraan Anak-anak „ Palem No. 16 Djakarta
b. Jajasan Seri Derma „ Indramaju No. 7
c. Jajasan Hari Ibu „ “Gedung Wanita”
„ Demangan Jogjakarta
d. Komisi Hukum „ Pasuruan 16 Djakarta
e. Panitya Bunga Kartini „ Gresik No. 9
36. P.B. Party Islam Perti „ Dempo Na. 29
37. P.B. Pusat Pers, Istri Auri „Padang Pandjang No. 1 Djakarta
38. I.W.K.LA, (Ikatan Wanita Kereta Api) Tapak Siring No. 20 Surabaja

________

.*) Tidak mengirimkan anggaran dasar.
.**) Anggaran dasar a, b, c, lihat Bab III,



240 B.K.S.-WANITA-MILITER-PUSAT.

DAFTAR
SUSUNAN PENGURUS HARIAN
B.K.S.-WANITA-MILITER

No DJABATAN NAMA ALAMAT/No. TELPON
1 Ketua Kolonel Sambas Atmadinata
Let. Kol Soewardi Brototanojo
Djl. Teuku Tjikditiro 67 O.P. 1604/O.P. 1345.
Djl. Tjeremai 10 Bogor Bgr. 167.
2 Wakil Ketua I Nj. B. Jusupadi
Nj . Gani Surjokusumo
Djl. Gondangdia Lama 11 O.P. 1493 .
Djl. Purwakarta 27.
3 Wakil Ketua II Nj. S. Kartowijono Djl. Tangkubanperahu 8 M. 247
4 Wakil Ketua III Nj . S. Nurdjanah
Nj. Raimah Raib
Djl. Gondangdia Ketjil 17 Gbr. 2281
Djl. Lautze 288.
5 Penulis I Nn . S. Lena Djl. Palem 36 Gbr. 5732.
6 Penulis II Nj . Waloejo Soegondo Djl. Widjaya XVI/42 Kbj . 548.
7 Bendahari I Nj. Rakena Thaher Djl. Tambak 13 .
8 Bendahari II Nj. Wachid Hasjim Djl. Taman Matraman 8 Dj . 597.
9 Pembantu Umum I Nj . Umi Sardjono Djl. Matraman Raya 51 Dj . 753.
10 Pembantu Umum II Nj. Djakasemedi Djl. Siliwangi 12 Gbr. 5895.
11 Pembantu Umum III Nn. Mimi Soedarmo Djl. Sam Ratulangi 7 Gbr. 3062.



Djakarta, 17 Nopember 1958.

B.K.S.-WANITA-MILITER

Penulis I,

ttd.

(Nn. S. LENA)

TOKOH PERDJOANGAN DAERAH-DAERAH.

Nj. Soesilawati.

Nj. Waroh,

Nj. Soekemi .

Nj. Soepardjo.

Nj. Kartawijono.

Nj. Rasina Ismail.

Nj. Pandean,

BAB IV.

Bagian C.

Wanita Indonesia sebagai Pedjabat Negara /Wakil Rakjat.

ANGGOTA WANITA D.P.R. REPUBLIK INDONESIA


Nj. Sumari (P.N.I.)

Nj. Lastari Soetrasno (P.N.I.)

Nj. Soepeni (P.N.I.)

Nj. Soetyah Surya Soerjohadi (P.N.I.)

Nj. Djunah Pardjaman

(Masjumi)

ANGGOTA WANITA D.P.R. REPUBLIK INDONESIA


Nj. Hadiyah Hadi Ngabdulhadi (N.U.)

Nj. Moedikdio (P.K.I.)

Nj. Charlotte Salawati (P.K.I.)

Nj. Sundari Abd. Rachman(P.K.I.)

Nj. Suharti Suwarto(P.K.I.)

ANGGOTA WANITA D.P.R. REPUBLIK INDONESIA


Nj. Zachra Hafni Abu Hanifah(Masjumi)

Nj. Rahmah El Junusijah(Masjumi)

Nj. Mahmudah Mawardi (N.U.)

Nj. Hadji Mariam Kanta Sumpena(N.U.)

Nj. Marijamah Djoenaidie(N.U.)

ANGGOTA WANITA D.P.R.

REPUBLIK INDONESIA

x-small

Nj. Sardjono.
(P.K.I.)

Nj. Suzana Hamdani
(P.S.I.)

C. Wanita sebagai Pedjabat Negara/Wakil Rakjat.
Anggota-anggota Wanita di Dewan Guminta Zaman Hindia Belanda.
(Hatsil pembitjaraan dalam Kongres Perempuan

Indonesia ke-III tanggal 23-27 Djuli 1938 jang tidak

mendjadi keputusan Kongres).

1 Emma Puradiredja

2. Nj. Sunarjo Mangunpuspito

3. Nj. Sudirman

4. Nn. Sri Umijati

— Dewan Guminta Bandung.

— Dewan Guminta Semarang.

— Dewan Guminta Surabaja.

— Dewan Guminta Tjirebon.

Wanita-wanita jang dipanggil oleh Commissie Visman dari Pemerintah Hindia Belanda: suatu commissie penjelidikan keinginan-keinginan bangsa Indonesia terhadap perobahan tatanegara pada permulaan tahun 1941.

1. Nj. Sunarjo Mangunpuspito,
Tuntutaanja „Indonesia Berparlement”.
2. Nj. Sri Mangunsarkoro,
Tuntutannja „Indonesia Merdeka”.

ANGGOTA-ANGGOTA WANITA DARI K.N.I.P.

Masjumi,
1. Nj. ,Aisjah Hilal.
2. Nj. Wachidah Sukidjo.
3. Nj. Sunarjo Manganpuspito.
4. Nj. Pudjotomo.

P.N.I.
1. Nj. Jusupadi.
2. Nj. Sudarman Hadikusumo,
3. Nj. Supardjo.

Partai Sosialis (sekarang lebur djadi P.K.I.).
1. Nj. Mudikdio.

P.B.I. (sekarang lebur djadi P.K.I.).
1. Nj. Umisuharti Sardjono.
2. Nj. Suwarti.
3. Nj. S.K. Trimurty.

P.K.I.
1. Nj. Kindangon.

Partai Wanita Rakjat (masuk tidak berpartai).
1. Nj. Sri Mangunsarkoro.
2. Nj. Siti Danilah Sutan Makmur.
3. Nj. D.M. Hadiprabono.

Tidak berpartai. 1. Nj. S. Kartowijono.
2. Nj. Dr. Hurustiati Subandrio.
3. Nj. Sumarjati Sukemi.
4. Nn. Suparti.
5. Nn. Susilowati (sckarang Nj. Riekerk).
6. Nj. Suwarsih Djojopuspito.
7. Nj. Sutarmo.

Golongan Buruh.
1. Nj. Rijati.
2. Nj. Setiati Surasto.

Daerah Sumatera.
1. Nj. Nurbaiti Karim.
2. Nj. Rasuna Said.

Anggota Dewan Pertimbangan Agung. 1. Nj. Suwarni Pringgodigdo.

Anggota-anggota wanita dari Dewan Perwakilan Rakjat (Sementara) Republik Indonesia. 1. Nj. Suwardi (P.K.I.).
2. Nj. Sunario Mangunpuspito (Masjumi).
3. Nj. Sukemi (P.S).
4. Nj. Waroh (P.S).
5. Nj. Rasuna Said.
6. Nj. Suwarni Pringgodigdo (P.S.I).
7. Nj. Susilowati Riekerk (P.S.I).
8. Nj. Mudikdio (P.K.I).

Anggota Wanita D.P.R. Republik Indonesia. 1. Nj. Lastari Soetrasno (P.N.I).
2. Nj. Soemari (P.N.I).
3. Nj. Soepeni (P.N.I).
4. Nj. Sutijah Surya Hadi (P.N.I.). 5. Nj. Djunah Pardjaman (Masumi).
6. Nj. Hafni Zachra Abu Hanifah Thaib (Masjumi).
7. Nj. Rahmah El Junusiah (Masjumi).
8. Nj. Sunarjo Mangunpuspito (Masjumi).
9. Nj. Asmah Sjahrunie (N.U.).
10. Nj. Mahmudah Mawardi (N.U.).
11. Nj. H. Mariam Kanta Sumpena (N.U.).
12. Nj. Marijamah Djoenaidie (N.U.).
13. Nj. Hadiyah Hadi Ngabdulhad: (N.U.).
14. Nj. Moedikdio (P.K.I.).
15. Nj. Ch. Salawati (P.K.I).
16. Nj. Sundari Abdulrachman (P.K.I.).
17. Nj. Suharti Suwarto (P.K.I.).
18. Nj. Sardjono (P.K.I.).
19. Nj. Suzana Hamdani (P.S.I.).

Anggota-anggota wanita Konstituante. 1. Soewarti Bintang Suradi (P.K.I.).
2. Nj. Hadji Ibrahim Siti Ebong (Masjumi).
3. Nj. Siti Salmi Sismono (Masjumi).
4. Nj. Amir Sjarifudin Djaenah (P.K.I.).
5. Nj. Hadji Ratu Aminah Hidajat (I.P.K.I).
6. Nj. Kamsinah Soetojo Wirjowratmoko (P.N.I.).
7. Nj. Sulasmi Mudjiati Sudarman (P.N.I.).
8. Nj. Nadimah Tandjung (Masjumi).
9. Nj. Miensutari Abdul Gani Suriokusumo (P.N.I.).
10. Nj. Suwardiningsih (P.K.I).
11. Nj. Adiani Kertodiredjo (N.U.).
12. Nj. Kasijati (P.N.I.).
13. Nj. Nihajah Ma'sum (N.U.).
14, Nj. Abidah Machfndz (N.U.).
15. Nj. Sunarjo Manggunpuspito (Maejumi).
16. Nj. Sri Soedinah Darma Soesanto (P.K.I.).
17. Nj. Siti Salichah Saifoedia Zuhri (N.U.).
18. Nj. Tresna Sungkawati Ido Garnida (Prim).
19. Nj. Ratna Sari (Masjumi). 20. Siti Ramlah Aziez (Masjumi).
21. Nj. Setiati Surasto (P.K.I.).
22. Nj. Aisjah Dachlan (N.U.).
23. Nj. Mr Tutilarsih Harahap Sudjanadiwirja (Parkindo).
24. Nj . Maimunah (P.K.I.).
25. Nj. Ratu Fatmah Chatib (N.U.).
26. Nj . R.A. Sri Kanah Koempoel (G.P.P.S.).
27. Nj. Julia Sarumpaet-Hutabarat (Parkindo).
28. Nj .Ibu Dalam Sjamsuddin (P.N.I.).
29. Nj. Sjarkawi Mustafa binti Sajid M. Taib (Masjumi).
30. Nj . Sjamsiah Abbas (Perti).

Anggota-anggota wanita Dewan Nasional.
1. Nj . Rasuna Said.
2. Nj. S.K. Trimurty.

ANGGOTA WANITA KONSTITUANTE
REPUBLIK INDONESIA


Nj. Nihajah Ma.sum

(N.U.)


Nj. H. Ibrahim Siti Ebong

(Masjumi)


Nj. H. Ratu Aminah Hidajat

(I.P.K.I.)


Nj. Kamsinah Soetojo Wirjowratmoko

(P.N.I.)


Nj. Sulasmi Mudjiati Sudarman

(P.N.I.)


251

ANGGOTA WANITA KONSTITUANTE
REPUBLIK INDONESIA


Nj. R.A. Sri Kanah Koempoel

(G.P.P.S.)


Nj. Mr. Tutilarsih Harahap

(Parkindo)


Nj. Ibu Dalam Sjamsuddin

(P.N.I.)


Nj. H. Sjamsiah Abbas

(Perti)



252

ANGGOTA WANITA KONSTITUANTE
REPUBLIK INDONESIA



Nj. Suwardiningsih

(P.K.I.)


Nj. Adiani Kertodiredjo

(N.U.)


Nj. Kasijati

(P.N.I)


Nj. Siti Salmi Sismono

(Masjumi)


Nj. Sri Soedinah Darma Soesanto

(P.K.I.)




245

ANGGOTA WANITA KONSTITUANTE REPUBLIK INDONESIA

Nj. Siti Solichah Saifoedin (N.U)

Nj. Ratna Sari (Masjumi)

Nj. Siti Ramlah Aziez (Masjumi)

Nj. Setiati Surasto (P.K.I.)

Nj. Aisjah Dahlan (N.U.)

WANITA-WANITA JANG PERNAH MENDJADI MENTERI.

  1. Mr. Maria Ullfah Santoso sebagai Menteri Sosial, dalam 2 Kabinet Sjahrir, ialah Kabinet R.I. ke- III dan ke-IV jang dibentuk pada tanggal 12 Maret 1946 dan 2 Oktober 1946. Djatuh tanggal 3 Djuli 1947.
  2. Nj. S. K. Trimurty sebagai Menteri Perbu- ruhan dalam Kabinet R.I. ke-V, ialah Kabinet Amir- Sjarifuddin jang dibentuk pada tanggal 3 Djuli 1947 dan djatuh pada tanggal 29 Djanuari 1948.

x-small


TOKOH-TOKOH WANITA R. I.


Nj. Emma Puradiredja
Anggauta Dewan Guminta
Bandung.


Nj. Suwarni Pringgodigdo
Anggauta Dewan Pertimbangan
Agung.


Nj. Rasuna Said
Anggauta Dewan Nasional.



Nj. S. R. Poedjotomo
Anggauta K.N.I.P.



Nj. R. Muthalib
pernah djadi Walikota
Pontianak.


Nj. Sunarjo Mangunpuspito
Anggauta Konstituante
pernah mendjadi anggauta Dewan
Guminta Semarang.



Nj. S. K. Trimurti
Anggauta Dewan Nasional
pernah mendjadi Menteri Perburuhan dalam Kabinet R.I. ke-5
dan Anggauta dari K.N.I.P.


Nj. Sri Umijati Suwadji
Anggauta Dewan Guminta
Tjirebon.


x-small

Nj. Mr. T. Harahap.

Nj. Soemardjo.

Nj. Jahja Malik.

Nj. Ruslan Abdulgani.

Nj. A. Tahya.


Nj. D. Walandaw.

x-small

Nj. Soewarti (P.K.I.)

Nj. Chamsinah Jusuf Samah.

Nj. S. Soerjotjondro,

Nji Hadjar Dewantoro.


Nj. Siti Rohmah Mustafa Kamil.


Emiria Sunassa. (Pelukis Wanita pertama) .


Nj. S. Marijamah Muhidin (N.U.)


Nj. Sudirman.

Nj. Fatimah Hadji Abdurahman Ridwan.

x-small

Nj. Widiyohatmodjo.

Nji Ramelan

Nj. Isti Kartini.

Nj. Tuti Djiwa Duarsa.

Ni Kirjanini.

Nn. A.A. Muter.

x-small

Nj. C. Maengkom.

Nji Darsiti Soeratman.

Nj. Suriadi (Penulis II Rukun Ibu).

Nj. Moh. Saleh.

Nj. Abdul Rahman.

Nj. A. Hertoh.

Nj. Soewarti.

Nj. Sumadi (Penulis 1 Rukun Ibu).

Nj. Wungkar.

Nj. Sumbogo (Bendahari Rukun Ibu).

Nj. Muljanto.

Nj. A. Jahja (Wakil Ketua Rukun Ibu).

Nj. H. Rukajah Abdulhamid (Masjumi).

Nj. P. Marjoto.

Nj. Tresna Sungkawati Ido

Garnida (Prim).

x-small

Nj. Siti Admillah.

Nj. Rohani Sjafii.

Nj. Siti Maullah.

Nj. Ratu Fatmah Chotib.

Odah Salimah.

Nj. Chodidjah Suwardy.

x-small

Pengurus Harian Pusat Persit.


Nn. Dra G.C. Laurens.


Nj. M.S. Abdulgani Suriokusumo

(P.N.I.).
TOKOH-TOKOH WANITA NUSA-TENGGARA.

Ibu Sami Merati.

Ibu Merta.

Nj. Sjam Adnoes. Ketua Rukun Ibu

Ketua Persatuan Wanita Murba. Nj. Lutan Madjid

Ketua Umum Wanita Indonesia Nj. Joedonegoro.
TOKOH-TOKOH WANITA R. I.

Nj. S. Abednego
Ketua Umum P.W.K.I.

Nj. Dr. Hurustiati Subandrio
Wk. Ketua Perhimpunan Wanita
Universitas Indonesia.

Nj. Mr. Nani Suwondo
Ketua Perhimpunan Wanita
Universitas Indonesia.

Nj. Hadjar Dewantara
Pemimpin Umum Wanita

Taman Siswa.

x-small

BAB IV.

Bagian D.

Hubungan Kongres Wanita Indonesia dengan Organisasi-organisasi diluar negeri.
Seminar tentang kedudukan Wanita di Asia Selatan di New Delhi dari tgl. 27 Desember 1952 s/d 3 Djanuari 1953.
Seminar on civic responsibilities and increased participation of Asian women in public life; Bangkok, 5-7 August 1957.

Konperensi Wanita Asia-Afrika.
D. HUBUNGAN KONGRES WANITA INDONESIA DENGAN ORGANISASI-ORGANISASI DI LUAR NEGERI.

Kongres Wanita Indonesia sebagai Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang didalamnja tergabung organisasi-organisasi wanita jang beraneka-warna azas dan tudjuan, selalu memelihara hubungan-hubungan dengan Organisasi-organisasi diluar negeri, akan tetapi tidak memasuki gabungan internasional apapun djuga.

Sewaktu Kongres Wanita Indonesia belum di bentuk, maka Badan Kongres Wanita Indonesia pada tanggal 14-16 Djuli 1946 pada Kongresnja jang ke-II di Madiun, memutuskan untuk menggabungkan diri sebagai Anggota dari „Women's International Democratic Federation”. Tetapi setelah Kongres Wanita Indonesia terbentuk pada 28 Nopember 1950, maka keanggotaan dengan W.I.D.F. tadi dibubarkan, karena ternjata, bahwa W.I.D.F. beraliran kiri.

Djuga dengan Pan Pacific Women Organization, jang sekarang namanja diganti mendjadi Pan Pacific & South East Asia Women Organization, Kongres Wanita hanja mengadakan hubungan dengan kalau perlu mengirim penindjau, tetapi tidak memasukinja sebagai anggota, karena ternjata, bahwa P.P. & S.E.A. Women Organization ini lebih tjondong kekanan.

Dengan demikian maka Kongres Wanita Indonesia tidak memasuki gabungan internasional baik jang tjondong ke-kiri maupun jang tjondong ke kanan, sesuai dengan politik bebas dan aktip negara kita dalam hubungan dengan dunia luar. Akan tetapi anggota-anggota dari Kongres Wanita Indonesia dapat mengadakan hubungan sendiri dengan Organisasi apapun djuga diluar negeri. Sesuai djuga dengan politik negara kita jang mendjadi pendorong dan penjelenggara Konperensi Negara-negara Asia-Afrika, maka Kongres Wanita Indonesia djuga ikut mendjadi pendorong dan penjelenggara Konferensi Wanita Asia-Afrika jang diadakan di Colombo dalam tahun 1958 ini.

Dengan demikian terlihat djuga, bahwa perdjoangan Wanita Indonesia, selalu berdjalan searah dan bersama-sama dengan perdjoangan Bangsa Indonesia umumnja.

Hubungan-hubungan Keluar sebelum Kongres Wanita Indonesia.

Sebelum Kongres Wanita Indonesia berdiri, maka telah banjak pula diadakan hubungan-hubungan dengan luar negeri oleh Gabungan Pergerakan Wanita Indonesia antara lain:

Sebelum perang dunia ke-2 Perikatan Perkum pulan Isteri Indonesia mengirim utusan ke Kongres Wanita Asia di Lahore pada tahun 1931.

Sesudah perang dunia ke-2 maka Badan Kongres Wanita mengirim utusan ke East Asia Conference di India pada bulan Oktober 1946. Utusan ini terdiri dari: Nj. Dr. Hurustiati Subandrio, Nj. Soetiah Soerjahadi dan Nj. Hamdani.

Dalam bulan Desember 1947 oleh Badan Kongres Wanita Indonesia dikirim utusan ke All Indian Women's Conference, jang terdiri dari Nj. Soenarjo Mangunpuspito, Nj. Dr. Sulijanti Sukonto (sekarang Nj. Dr. Sulijanti Saroso), Nj. Utami Surjadarma dan Nj. Herawati Diah.

Hubungan keluar setelah Kongres Wanita Indonesia.

Kongres Wanita Indonesia mengirim utusan-utusan djuga untuk mewakilinja didalam Konperensi dari "Non Governmental Organization" jang diadakan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa di Bali dalam bulan September 1951. Utusan untuk ini adalah Nj. Utami Surjadarma.

Pada tahun 1952 dikirim utusan, jang terdiri dari Nn. Susilowati (sekarang Nj. Riekerk) dan Nn. Tastie Kusuma Utojo (sekarang Nj. Usodo notodirdjo sebagai penindjau ke Pan Pacific Women's Conference di Christchurch (New Zealand).

Pada tanggal 29 Desember 1952 sampai dengan 7 Djanuari 1953 diadakan Seminar di New Delhi oleh U.N.E.S.C.O. mengenai „Kedudukan Wanita di Asia Selatan”. Utusan Kongres Wanita Indonesia adalah: Nj. Kartowijono, Nj. Mr. J.M. Tumbelaka dan Nn. Soeitinah, Nj. E. Puradiredja dan Nj. T. Memet Tanumidjaja.

Sesudah peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, maka perhatian luar negeri lebih besar lagi terhadap pergerakan wanita di Indonesia dan usaha-usahanja. Ini ternjata dari kundjungan-kundjungan tamu-tamu luar negeri untuk melihat-lihat usaha-usaha pergerakan Wanita di Indonesia dan dari undangan-undangan jang disampaikan kepada Kongres Wanita, antara lain; undangan dari U.S.I.S. untuk 8 orang dari Kon gres Wanita Indonesia untuk melawat ke Amerika Serikat dalam tahun 1953, jang pelaksanaannja baru dipenuhi dalam tahun-tahun berikutnja.

Djuga dari Pemerintah Indonesia telah ada pe ngertian akan kesanggupan dari Kongres Wanita Indonesia jang terbukti dari undangan-undangan jang diteruskan oleh Pemerintah kepada Kongres Wanita, sehingga untuk soal-soal Kewanitaan Kongres Wanita mendjadi sumber dari tenaga jang dibutuhkan.

Dalam bulan September 1956 Pemerintah Russia mengundang Negara anggota dari "Status of Wo men Commission" dari Perserikatan Bangsa-bangsa kesuatu Seminar di Moskow. Pemerintah Indonesia minta tjalon dari Kongres Wanita dan utusan jang dikirim adalah Nj. Mr. Toeti Harahap dan Nn. Muljati. Wakil Pemerintah adalah: Mr. Laili Roesad. Dalam bulan Oktober 1956, Organisasi Wanita Soviet Russia mengundang Kongres Wanita Indonesia dan utusan-utusan jang berangkat adalah 10 orang:

  1. Nj. Maruto Nitimihardjo dari Jajasan Seri Derma,
  2. Nj . E. Soemanegoro dari Parkiwa,
  3. Nj . Abdulgani Surjokusumo dari Wanita Demokrat,
  4. Nn. Siti Mudjiah dari P.P.I.,
  5. Nj. Kusnapsiah Slamet dari Gerwani,
  6. Nj . Lutan Madjid dari Perwamu,
  7. Nj. Abdulrachman dari Wanita Indonesia,
  8. Nj. Wahid Sutan Radjolelo dari Wanita Nasional,
  9. Nj. Djuwarsa dari Budi Isteri,
  10. Nj . Mahjudin dari Persit.

Pada bulan Maret 1957 ada undangan untuk mewakili Indonesia pada "Status of Women Commission" di Perserikatan Bangsa-bangsa di New York dan utusan Kongres Wanita ialah: Nj. Mr. Roesiah Sardjono.

Pada tanggal 5-17 Agustus diadakan Seminar di Bangkok, jang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai : "Civic Responsibilities and increased Participation of Asian Women in Public Life". Utusan dari Kongres Wanita Indonesia untuk ini diketuai oleh Nj . Mr. Maria Ullfah Santoso dan anggota- anggotanja terdiri dari: Nj. Mr. Nani Suwondo, Nj. Dr. Jetty Rizali Noor dan Nj. Dr. Sulijanti Saroso.

Pada tanggal 15 sampai dengan 24 Pebruari 1958 maka Konperensi Wanita Asia-Afrika diadakan di Colombo jang diselenggarakan dan dipimpin oleh 5 negara-negara pendorong Konperensi Asia Afrika ialah: India, Indonesia, Burma, Sailan dan Pakistan. Utusan dari Kongres Wanita Indonesia adalah 8 orang, jaitu : Nj. Maria Ullfah Santoso sebagai ketua, Nj. Dr. H. Subandrio, Nj. Mr. N. Suwondo, Nj. Kartini Karna Radjasa, Nn. Suhar tini, Nj. K. A. Sujono Prawirobismo, Nj. S. K. Tri murti dan Nj. Elias St. Pangeran sebagai anggota.

Sebelum telah diadakan Konperensi Pendahuluan Wanita Asia Afrika di Karachi pada tanggal 9-11 Mei 1957 jang dihadiri oleh Nj. Dr. H. Subandrio dan Sdr. Sunarin untuk membitjarakan tentang penjelenggaraan Konperensi tadi.

Dan dalam bulan Oktober 1958 diadakan djuga di Karachi Seminar mengenai: "The role of Women in the Preservation and Development of Cultures in the Community" jang diselenggarakan oleh U.N.E.S.C.O. jang mengundang Kongres Wanita djuga untuk mengirim wakilnja.

Demikianlah gambaran singkat tentang hubungan-hubungan Kongres Wanita dengan luar negeri.

SEMINAR TENTANG KEDUDUKAN WANITA DI ASIA SELATAN DI NEW DELHI DARI tanggal 27 Desember 1952 s/d 3 Djanuari 1953.

Seminar on States of Women in South Asia diadakan atas usaha Unesco bersama dengan organisasi "Asian Relations Organisation" di New Delhi pada tanggal 27 Desember 1952 s/d 3-1-1953 di Arts Faculty Building of the University of Delhi.

Seminar tersebut dikundjungi oleh utusan-utus an dari 6 negara ialah:

  1. Burma dengan 5 utusan.
  2. India dengan 5 utusan.
  3. Indonesia dengan 5 utusan.
  4. Laos dengan 2 utusan. (laki-laki)
  5. Pakistan dengan 1 utusan.
  6. Thailand dengan 1 utusan.

Lain dari pada itu seminar tadi dihadiri pula oleh beberapa penindjau ialah dari :

  1. All India Women's Conference : Mrs. K. Shwa Hao,
  2. Asian Relations Organisation : Lady Dhanwanthi Rama Rau,
  3. Indian Council of World affairs : Mrs. R. Saran,
  4. Indian political Science Association : Mrs. Lakshmi N. Menon,
  5. International Labour Office : Miss. M. Mortished,
  6. International Labour Association (Indian Regional Branch) : Mr. P.K. Moy.
  7. International Political Science Association Mr. S.L. Poelai,
  8. International Sociological Association : Prof. C.S. Churye,
  9. Inter-University Board of India : Dr. S.N. Sen,
  10. United Nations Information Centre : Mr. J. N. Orrick,
  11. World Assembly of Youth : Mrs. G. Ahmed.

Jang mendjadi praeadviseure ialah:

  1. S.R. Deshpande, Director, Labour Bureau, Government of India.
  2. Dr. U,R. Ehrenfels, Head of Departement of Anthropology University of Madras, Madras.
  3. Prof. A.N.J. Hollander, Visiting Professor of Sociology, University of Dacca, Nast Pakistan.
  4. Prof. S.V. Kogekar, Leader on Politics, Pergusson College, Poona.
  5. Mrs. Lakshmi N. Menon , Parliamentary Secretary to the Ministry of External Affairs, Governments of India.
  6. Prof. D.N. Majumdar, Head of Departement of Anthropology, University of Lucknow, Lucknow.
  7. Prof. D. P. Mukerji, Head of Departement of Economics & Sociology, University of Luck now, Lucknow.
  8. Mrs. Shane, Advocate, Rangoon.

Dari fihak Unesco jang hadlir :

  1. Madame Alva Myrdal, Kepala Bagian Pengetahuan Kemasjarakatan (Social Sciences) di Unesco, Paris.
  2. Dr. Versluys, Pegawai Unesco di New Delhi. Seminar dipimpin (diketuai) oleh Sandara B.N. Rau dan jang nendjadi Direktur Dr A. Appadorai. Jang mendjadi bahan-bahan untuk pembitjaraan ialah:
1. Position of Women in Vietnam Coughlin, Richard J.
2. Legal Status of Women in India Durgabai , Srimati.
3. The Anthropological Background (of matrilineal societies) Ehrenfels, U.R.
4. Role of Women in the General Elections in India 1951-1952 Kogekar , S.V.
5. Political Rights of Women in India Lakshmi N. Menon, Mrs.
6. About Women in Patrilocal Societies in South Asia Majumdar , D.N.
7. Status of Women in Pakistan Malik, Begum Hussain.
8. The Indian Women & Modern Family Mukerji , D.P.
9. The Political Role of Women: Methods of Analysis Park, Eichard L.
10. Part I : Status of Women in the Philipines by the Committee of the Status of Women of the Philipines of the Women's University. Philipines.
Part II : A Survey of the role of Women in the Elections, particularly 1951 National Elections by Balbao, Fernanda. Philipines.
11. The Status of Women in Burma Shane, Mrs.
12. The Rights of Indonesian Women in Property and Marriage Subandrio, Madame Hurustiati.
13. The Status of Women in Thailand I -
14. The Status of Womenin Thailand II Thamavit, Vibul.
15. The Women's Movement in India Madia, Avabai B. , Mrs.
16. Some Aspects of the Status of Chinese Women in Malaya Wee, Ann E.
17. Weerawardana, I. D. S.

Pembitjaraan didalam Seminar dibagi atas 4 bagian sebagai berikut:

  1. Kedudukan wanita menurut sedjarah kemanusiaan (anthropologie) dan menurut kemasjarakatan (sociologie).
  2. Kedudukan wanita dalam hukum.
  3. politik wanita.
  4. Mempergunakan tjara (methode) pengetahuan kemasjarakatan didalam menjelidiki kenjataan-kenjataan jang berhubungan dengan kedudukan wanita di Asia Selatan.


Didalam membitjarakan soal-soal tersebut diatas para praeadviseurs (consultants ) mengadakan pemandangannja dan tulisan-tulisannja dan bila tidak ada jang menulisnja, maka negara jang bersangkutan memberi pendjelasan sepertinja Indonesia memberi pendjelasan atas tulisan dari Dr. Hurustiati Soebandrijo dan Mr. Maria Ulfah Santoso dengan ditambah keterangan-keterangan jang tidak tertulis didalam "Working-paper" tadi.


Untuk negara-negara jang mengirimkan working paper-nja seperti Ceylon, Philippina dan Malaya, akan tetapi ta' mengirimkan utusan diundang orang-orang jang dianggap dapat mengetahui keadaan di Negara tersebut untuk menambah keterangan-keterangan dan memberi pendjelasan jang diperlukan.


Sesudah pendjelasan-pendjelasan maka diadakantanja-djawab, debat atau penambahan bahan-bahan dari negara-negara utusan, sehingga hatsil pembitjaraan dapat memberi gambaran kedudukan wanita di pelbagai negara di Asia Selatan.


Hasil-hasil pembitjaraan tidak merupakan suatu putusan, melainkan merupakan pengumpulan bahan-bahan untuk negara-negara didalam memperbaiki, mempertinggi kedudukan wanita didalam segala lapangan. Hasil-hasil pembitjaraan itu dikumpulkan didalam laporan-laporan menurut 4 bagian pembitjaran tersebut.

Utusan Indonesia.

Sebagai Saudara-saudara mengetahui jang dipilih oleh K.W.I. II dalam kongresnja di Bandung sebagai utusan jang akan diadjukan ke Pemerintah ialah:

  1. Saudara Soerjatin Kartowijono.
  2.  „ Emma Poeradiredja.
  3.  „ Titi Memed Tanumidjaja.
  4.  „ Hannie Tumbelaka.

Akan tetapi waktu kami berampat tiba di New Delhi disitu telah menunggu Saudara Soetinah jang ada didalam perdjalanan pulang dari Amerika.


Saudara Soetinah ditundjuk oleh KementerianLuar Negeri untuk mewakili Indonesia didalam Seminar termaksud.


Dengan ditambah oleh Saudara Soetinah, maka perutusan Indonesia mendjadi 5 orang. Atas persetudjuan kami berlima didalam perutusan diadakan pembagian pekerdjaan sebagai berikut:


Saudara Soerjatin Kartowijono, jang ditundjuk oleh P.P. dan K. mendjadi pemimpin rombongan dan Saudara Titi Memed Tanumidjaja diserahi bagian 1. jaitu Kedudukan Wanita menurut sedjarah kemanusiaan (anthrophologie) dan Kemasjarakatan, Sociologie.

271

Saudara Hannie Tumbelaka, diberi tugas berbitjara didalam pembitjaraan bagian ke-II tentang

„Kedudukan Wanita didalam Hukum”, sedang Saudara Emma Poeradiredja dan Saudara Soetinah diharuskan membahas perihal 29 Hak-hak Politik politik Wanita”.

Didalam tjara bekerdja kami berlima selalu membuat apa jang akan dibitjarakan itu bersama sama, sehingga apa jang dikemukakan merupakan suara bulat dari kelima utusan.

Pula didalam perdebatan diadakan dengan perantaraan tulisan.

Baik sekali kelihatannja kerdja sama itu, sehingga salah seorang dari utusan India ialah Begum Hamid Ali mengatakan „Utusan dari Indonesia” merupakan suatu team jang baik. Sebetulnja dikalangan utusan kitapun harus diadakan pembagian pekerdjaan.

Utusan-utusan lain negara.

Pada umumnja jang paling tjerdas dan para utusan dari India dan Pakistan, mungkin oleh karena mereka hampir semua terdiri dari orang orang jang telah sering mendjadi utusan ke Luar Negeri dan mempunjai pendidikan universitas, pula dapat menguasai bahasa Inggris labih dari utusan-utusan lain.

Soal-soal.

I. Kedudukan Wanita menurut Riwajat Kemanusiaan (anthrophologie) dan Ilmu Kemasjarakatan (Sociologie).

Sebagai usul-usul jang harus dikerdjakan oleh Negara-negara dan atau penjelidikan-penjelidikan ialah sebagai berikut:

Sesudah mengikuti djalannja pornbitjaraan dari conferentie selama 2 hari maka jang membikin laporan dapat menetapkan, bahwa keadaan di Asia Selatan pada umumnja sama banjaknja perbedaannja, maupun persamaannja. Oleh karena itu perlu sekali diadakan penjelidikan, jang lebih luas dengan bantuan semua Negara-negara jang bersangkutan.

Para pembikin laporan berpendapat, bahwa untuk Penjelidikan jang berhasil dan untuk pertu karan fikiran selandjutnja tentang soal-soal jang mengenai anthrophologie dan sociologie, hal-hal jang berikut hendaknja dapat perhatian.

1. Persesuaian tentang mempergunakannja dan tentang arti dari istilah-istilah seperti status, function, prestige, industrialisatie, technologie, matrilineal, leadership patrilocal, hypergamy leisure.

Perkataan-perkataan ini harus diartikan tepat (presies juist).

2. Berhubung dengan laporan-laporan dari negara-negara jang menaruh perhatian, maka di anggap perlu mengadakan penjelidikan dinegara negara disegala lapisan masjarakat untuk mendapat bukti-bukti jang membenarkan laporan-laporan itu.

Penjelidikan atas dasar pengetahuan jang ditudjukan kepada kedudukan dan functie Wanita hendaknja diadakan bersama disegala lapisan masjarakat di Negara-negara dari Asia Selatan, lebih-lebih di Negara-negara jang baharu, dimana kemasjarakatan dipengaruhi oleh pelbagai factor factor jang baharu dan kuat, dan jang kekuatan pengaruhnja tidak sama besarnja.

3. Penjelidikan termaksud dalam put 2 dapat menghasilkan perbandingan tentang sosialisasi pemudi dan pemuda dikalangan beberapa keluarga dari pelbagai lapisan masjarakat dibeberapa negara.

Soal chusus jang perlu diselidiki ialah perbandingan tentang perhubungan antara pemuda dan pemudi didaerah-daerah dimana ada patri-archaat dan didaerah- daerah patriarchaat.

4. Dari sudut psychologie (ilmu djiwa) harus pula diperiksa hal-hal jang sama dan jang beda dipelbagai kalangan masjarakat dan daerah daerah.

Penjelidikan tentang tidak hasilnja usaha-usaha untuk menghilangkan hal-hal jang membatasi atau mengikat kemerdekaan Wanita seperti Purdah dan sebagainja perlu sekali diadakan. Penjelidikan atas riwajat hidup pemimpin-pemimpin Wanita akan dapat pula mempertjepat procesnja memerdekakan Wanita dari kebiasaan-kebiasaan jang mendjadi belenggu kepada mereka.

5. Penjelidikan untuk mempersamaan perobahan-perobahan dari kekeluargaan bersama (gemeenschappelijke familie) sehingga mendjadi familie jang bersifat biologisch harus dibantu, begitu pun pula mengumpulkan keterangan-keterangan jang merupakan statistiek tentang tjaranja hidup keluarga dirumah tangganja masing-masing.

6. Pengaruh dari urutan tata-tertib (hierarchie ) dari tenaga susunan masjarakat dan kekuatan masjarakat dalam lingkungan kekeluargaan dan golongan masjarakat lama jang berada didalam atau diluar suasana pengaruh moderen, harus diselidiki.

Chusus harus diperhatikan hal-hal jang mengenai perhubungan dilingkungan luar kekeluargaan maupun didalam kekeluargaan, begitu pula terhadap lain-lain perhubungan antara kedua kelamin.

7. Penjelidikan dan pemandangan tentang sikap dan pandangan terhadap kedudukan dan penghargaan Wanita dipelbagai golongan memberi penghargaan baik.

Tjontoh-tjontoh tentang hal tersebut diatas dapat diambil antara prija dan wanita, dibeberapa daerah dan golongan masjarakat, berhubung dengan tingkatan peralihan dan dengan memperhatikan pengaruh kebaratan.

8. Perlu diadakan perbedaan antara factor jang mengakibatkan perobahan didalam kedudukan wanita.

9. Diperlukan pula keterangan-keterangan tentang:
a. kelahiran-kelahiran.
b. kebanjakan kelahiran (geboorte overschot) dari anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan.
c. mana jang disukai, anak laki-laki atau anak perempuan dan bagaimana pengurusannja kepada anak laki-laki dan perempuan-perempuan. 10. Perlu sekali diadakan penjelidikan tentang banjaknja orang-orang jang kehidupannja tergantung dari pentjahari-pentjahari nafkah dipelbagai daerah cultuur (pertanian) dan dipelbagai lapisan masjarakat.

11. Kita memperlukan penjelidikan tentang latihan Wanita untuk pelbagai pekerdjaan. Latihan ini dapat perseorangan atau perrombongan.

12. Penjelidikan tentang meningkatnja pengaruh dari pelbagai pekerdjaan, terhadap wanita dipersamakan dengan pengaruh kerumah-tanggaan jang sama keadaan ekonominja.

13. Perlu pula oleh kita diketahui pengaruhnja beralihnja status wanita mendjadi pantjahari nafkah sendiri terhadap penghargaan kepadanja sebagai:

  1. anggauta keluarga,
  2. dikalangan masjarakat.

14. Perlu diadakan penjelidikan tentang bagai mana dipergunakan :

  1. gadji sang suami,
  2. sang iteri,
  3. gadji anak laki-laki ,
  4. anak perempuan ,

dipelbagai golongan masjarakat dan dipelbagai daerah, pula bagaimana diaturnja pemakaiannja.

15. Diminta diadakan penjelidikan tentang pembagian waktu dari wanita jang bersuami jang tidak atau jang mempunjai pekerdjaan sendiri dipelbagai golongan masjarakat, teristimewa waktu jang dipakai bersama-sama anaknja dan didapur.

16. Penjelidikan terhadap pimpinan Wanita dikalangan urusan perekonomian jang penting di dalam djabatan-djabatan dimasjarakat, dikalangan pendidikan, administrasi, keagamaan dan seterusnja.

17. Perlu sekali mengadakan ichtisar dimana tertjantum analyse-analyse tentang pandangan, sikap, tjara bekerdja (taktik) jang berhubungan dengan hak kemasjarakatan Wanita jang dikemukakan dan jang diandjurkan di Asia Selatan.

18. Dengan ini akan ada bibliographie dari siaran-siaran jang berhubungan dengan soal ini.


II. Kedudukan Wanita didalam hukum .

Laporan tentang soal ini tidak mengadjukan suggestie dan sebagainja.

Laporan ini memuat ichtisar keadaan di Negara-negara perihal kedudukan Wanita didalam : hak perkawinan, hak adoptasi, hak punja (bezetsrecht) , hak waris dan sebagainja.

Pada umumnja kedudukan Wanita didalam hukum di Asia Selatan dipengaruhi oleh adat dan agama. Hampir ditiap-tiap negara ada pelbagai hukum, sepertinja hukum menurut agama Budha, Hindoe dan Islam dan hukum adat dipelbagai Daerah.

Jang berbitjara tentang hal ini dari Indonesia ialah Saudara Hannie Tumbelaka, jang pula ditundjuk mendjadi salah seorang rapporteur bersama-sama dengan Pakistan dan Dr. Roy.

Didalam pembitjaraan tentang hal ini Indonesia mendapat perhatian istimewa berhubung dengan pemberitahuan dari kita, bahwa sekarang sedang disiapkan suatu undang-undang Perkawinan jang meliputi seluruh aliran. Semua pada meminta, supaja rentjana itu disalin dalam bahasa Inggris dan dibatjakan kepada hadlirin. Akan tetapi kita bilang, bahwa itu masih rahasia. Hal ini menjesalkan sekali hadlirin.


III. Hak-hak Politik bagi Wanita.

Laporan ini menjatakan, bahwa pada umumnja negara-negara Asia Selatan, ketjuali Thailand mengalami pengaruh pendjadjahan.

Dalam pada itu hampir semua negara jang baharu merdeka didalam constitutienja tidak membeda-bedakan hak laki-laki dan perempuan.

Utusan Indonesia memadjukan riwajat hak politik Wanita di Indonesia dan pula pengalaman-pengalaman jang telah ditempuh sekarang didalam pemilihan jang telah diadakan, pula pertanjaan tentang djalan apa jang harus diselenggarakan untuk menarik perhatian Wanita terhadap politik, oleh karena ditiap-tiap negara kesukaran persiapan Wanita untuk politik dirasai sekali.

Menarik perhatian hadlirin ialah bahwa di Indonesia ada suatu partai politik jang chusus beranggota Wanita jaitu Partij Wanita Rakjat. Ditanjakan berapa anggotanja , kita mendjawab 5000 orang.

Laporan mengadjukan suggestie-suggestie jang harus dapat perhatian.

Suggestie-sunggestie itu ialah sebagai berikut :

  1. Bagaimana besarnja keanggotaan Wanita di pelbagai partai politik (omvang).
  2. Ikut sertanja Wanita didalam kepolitikan di partai-partai politik.
  3. Pengaruhnja jang diusahakan oleh Wanita-wanita tersendiri didalam kepolitikan dan program politik dari partai-partai politik.
  4. Faktor-faktor jang mempengaruhi pemimpin-pemimpin partai didalam memilih kandidat-kandidat teristimewa kandidat-kandidat Wanita.
  5. Tjara-tjara propaganda jang dipergunakan (dengan segala keterangan) terhadap pemilih-pemilih Wanita.
  6. Kesukaran-kasukaran praktisch jang dialami oleh para Wanita diharap dikemukakan agar dapat memasuki djabatan-djabatan dengan tidak ada rintangan jang berhubungan dengan kelaminnja .
  7. Kesempatan untuk Wanita untuk latihan ketjakapan didalam pelbagai djabatan (beroep).
  8. Penjelidikan setjara zakelijk (zakelijke studie) tentang pengaruhnja tanggung-djawabnja perkawinan dan kekeluargaan terhadap ikut sertanja Wanita didalam politik dan kedinasan (djabatan).


IV. Mempergunakan tjara (methode) Pengetahuan kemasjarakatan didalam menjelidiki kenjataan-kenjataan jang berhubungan dengan kedudukan Wanita di Asia Selatan.

Sebagai bahan pembitjaraan tentang hal tersebut diatas dipakai 2 karangan ialah :


273


427/B (18)

SEMINAR ON CIVIC RESPONSIBILITIES AND INCREASED PARTICIPATION OF ASIAN WOMEN IN PUBLIC LIFE.

Bangkok, Thailand 5 ― 7 Agustus 1957.

Oleh: Nj. Mr Nani Soewondo dan Nj. Dr Jetty Noor.


Dalam sidangnja jang ke-21, ECOSOC mengambil satu resolusi jang mengandjurkan pada Sekretaris-Djenderal P.B.B. mengadakan seminar jang bersifat regional dalam hubungan hak-hak manusia sesuai dengan andjuran dari komisi Kedudukan Wanita. Sekretaris-Djenderal P.B.B. mengadakan satu pertemuan dari satu Expert Working Group dalam tahun 1956 jang kemudian menetapkan agar dalam tahun 1957 diadakan satu Asian Seminar mengenai hak-hak, kedudukan serta peranan wanita Asia dalam kehidupan masjarakat.


Atas undangan pemerintah Muang Thai seminar ini diadakan di Bangkok. Negara-negara jang di undang ialah negara-negara jang termasuk dalam ,,geographis area of study of the Economic Commission for Asia and the Far East. (ECAFE)". Dari 21 negara Asia jang diundang, 16 negara memenuhi undangan tersebut, tetapi diantaranja Ceylon jang berhalangan mengirimkan utusannja, sehingga jang ikut serta dalam seminar hanja 15 negara-negara Asia ; Birma, Cambodja, Tiongkok (Taiwan) , Hong Kong, India, Indonesia, Djepang, Korea, (Selatan) , Malaya, Nepal, Pakistan , Philippina, Sarawak, Singapore, dan Mung Thai .


Atjara :

  1. Arti hak-hak dan tanggung-djawab wanita sebagai warga negara. Discussionleader: Mrs. Grindberg-Vinaver, acting ketua Komisi Kedudukan Wanita.
  2. Peranan wanita dalam pemerintahan. Discussionleader : Miss Anna Lord Strauss, consultant P.B.B.
  3. Faktor-faktor Pendidikan jang mempengaruhi peranan wanita. Discussionleader : Miss Helena Benitez (Philippina).
  4. Faktor-faktor ekonomi jang mempengaruhi peranan wanita. Discussionleader: Mr Maria Ulfah Santoso dari Indonesia.
  5. Faktor-faktor Kesehatan. Discussionleader: Dr. Sayanha Vikasit dari Muang Thai
  6. Pengaruh adat istiadat serta agama atas peranan wanita. Discussionleader : Begum Zeb Un-Nissa Hamidullah dari Pakistan.
  7. Pembangunan Masjarakat Desa sebagai faktor jang mempengaruhi peranan wanita. Discussionleader: Mrs. Chin Nyean Then dari Malaya.
  8. Usaha-usaha nasional dan internasional jang harus mendapat perhatianwanita.

  1. Peranan Wanita didalam politik oleh Dr. Richard L. Park.
  2. Ikut sertanja Wanita dikalangan politik oleh Dr. Maurice Duverger.

Didalam pembitjaraan tentang bahan-bahan termaksud maka timbul beberapa pertanjaan (problemen). Jang penting diantaranja sebagai berikut:

  1. Apakah aturan untuk menghitung banjaknja suara dari Wanita terpisah dari suara laki-laki dapat dilangsungkan dengan tidak mengakibatkan perbedaan (diskriminasi) jang dapat dipertanggung-djawabkan.
  2. Apakah aturan termaksud tidak akan mengganggu atau melanggar kerahasiahan dari pemilihan ?
  3. Apakah hal itu tidak akan menimbulkan permintaan (eis) untuk pula mengadakan penghitungan terpisah jang mempunjai tendens politik atau tendens economie.
  4. Apakah ada kemungkinan mengadakan argument-argument jang dapat diterima untuk memperkuat permintaan kepada negara-negara supaja mengadakan penghitungan terpisah dari suara (pemilih) Wanita .


Pengikut-pengikut Seminar berpendapat, bahwa terhadap pertanjaan-pertanjaan sampai beserta 3 djawabannja negatief, sedang djawaban dari pertanjaan 4 „dapat".


Penutup Seminar.

Didalam upatjara penutupan Saudara Soerjatin Kartowijono selaku ketua delegasi mengutjapkan kata penutup jang isinja dirundingkan dahulu.


Antara lain delegasi Indonesia mengharap supaja seminar jang akan datang diadakan di Indonesia. Tidak dilupakan pula mengutjapkan terima kasih kepada Pemerintah India sebagai tuan rumah.


Kesimpulan-kesimpulan.

1. Hal-hal jang dikemukakan dan pembitjaraan didalam Seminar berguna sekali untuk teladan didalam perdjoangan kita sekalian.

2. Harus pula mendjadi tjonto kepada kita, Wanita Indonesia, kenjataan uletnja Wanita India didalam bekerdja untuk golongannja. Kelihatan orang jang berusia lebih dari 70 tahun, 60 tahun dan seterusnja, mendjadi utusan dari negaranja dan masih actief dikalangan organisasinja.

3. Keterangan-keterangan (gegevens) tentang beberapa hal seperti perihal Wanita jang duduk di Dewan-dewan, jang mentjari nafkah sendiri menurut sifat pekerdjaan dan sebagainja, dari lain-lain negara lebih lengkap dari negara kita.

4. Kedudukan Wanita Indonesia tidak kalah dari lain-lain negara. Malahan pada umumnja di kalangan keluarga dan dalam perkawinan dapat dikatakan ada lebih baik sedikit.

5. Sajang sekali tidak dapat mengundjungi banjak kantor untuk melihat pekerdja-pekerdja Wanita dikantor atau pimpinan Wanita dikantor kantor dimana pegawainja terdiri dari Wanita dan laki-laki. Jang dapat kelihatan pimpinan Wanita adanja dikantor-kantor jang pegawainja pun chu sus Wanita seperti di Werkcentre dan dikantor



274

pendaftaran penganggur jang kami kundjungi. Didalam hal ini dinegara kita lebih terlihat Wanita diluar Rumah-tangga sebagai pentjahari nafkah di segala lapangan pekerjaan.

6. Sefaham dengan Saudara Kartowijono didalam laporannja, bahwa agak baik, bila di Indonesia diadakan Seminar seperti jang baharu diadakan di New Delhi. Pengikutnja terdiri dari bangsa Indonesia dengan maha guru-maha guru jang terkenal, tentang soal kewanitaan, pendidikan dan sebagainja, jang perlu diselidiki sedalam-dalamnja didalam pembangunan sekarang.

7. Perutusan untuk Seminar ini menurut pendapat saja harus dititik-beratkan kepada keachlian. Djadi dapat pula mengirimkan laki-laki, djika tidak ada Wanita jang dapat pergi.


Usul-usul.

1. Hendaknja Sekretariat K.W.I. dibentuk dengan seluas-luasnja, dimana diadakan dokumentasi seteliti-litinja tentang perdjoangan Wanita disegala lapangan, anggota Wanita di Dewan-dewan, pekerdja Wanita, ikut sertanja Wanita didalam pemilihan Umum dan sebagainja.

Hal ini perlu sekali untuk bekal tiap-tiap perutusan kita ke Luar Negeri.

Tiap-tiap utusan hendaknja dapat angka-angka jang recent dari K.W.I.

Perpustakaan hendaknja lekas diadakan. ,

2. Putusan untuk mengirimkan utusan hendaknja djangan tergesa-gesa, agar utusan dapat mengadakan persiapan lebih baik.

Bila tidak dapat, hendaknja dari Sekretariat telah disediakan rupa-rupa jang akan dibawanja kekonperensi dan sebagainja jang dimaksud chusus angka-angka dan keterangan jang diperlukan dapat memperkuat uraian-uraian.

3. Djika dapat utusan harus lebih dari seorang dan selalu terdiri dari orang-orang jang merupakan team, seperti kali ini kami berlima merasa senang dan ringan bekerdja, meskipun sering kali harus berdjoang sampai djauh malam.


Kesan-kesan lainnja. 1. Perwakilan kita di New Delhi, Bangkok dan Calcutta membantu kita sebanjak-banjaknja. Lebih-lebih di New Delhi dimana kita merasa dinegara sendiri oleh karena kebaikannja perwakilan kita.

2. Jang paling memper kita sebagai type jaitu Burma. Banjak jang menjangka bahwa kita dari Burma.

3.Laos diwakili laki-laki. Keadaan Wanita di sana paling terbelakang. Mereka belum mempunjai hak politik.

Selandjutnja sebagai penutup kami berlima mengutjapkan diperbanjak terima kasih atas ke pertjajaan K.W.I. terhadap kami dan mudah-mudahan kepertjajaan itu tidak mengetjewakan para Saudara.

Discussionleader : Mrs. Mary Lobo dari Singapura.

Sebagai Ketua Seminar dipilih wakil Njonja Rumah : Mrs. Raem Promobol Bunvaprasop dari Muang Thai.

Wakil Ketua I : Mrs. Sucheta Kripalani dari India.

Wakil Ketua II: Prof. Sam Sary dari Cambodia. Rapporteur Daw Sein Tin dari Birma. Sekretariat dipegang oleh tiga orang wakil dari sekretariat P.B.B. Mrs. Sophie Grindberg Vinever, acting Ketua Section on the Status of Women, Division of Human Rights.

Mr. Edward Lawson, Ketua, Section on Prevention of Discrimination, Division of Human Rights.

Mrs. Taman Oppenheimer, section on the status of women, Div. of Human Rights.

Dari Indonesia hadir tiga utusan : Nj . Mr. Maria Ulfah Santoso, Nj . Mr. Nani Suwondo , Nj . Dr. Jetty Rizali Noor, jang dipilih oleh Kongres Wa nita Indonesia ; satu atas biaja P.B.B., jang dua atas biaja Pemerintah Indonesia.

Hadir pula Wakil-wakil dari Specialised Agencies P.B.B. dari ILO, FAO,Unesco, WHO dan Unicef.

Bureau of Social Affairs P.B.B serta seorang consultant : Miss Anna Lord Strauss.

Hadir pula sebagai observers wakil-wakil dari berbagai Internasional Non-Governmental Organisations serta observers dari pemerintah-pemerin tah : Israel, Australia dan Thailand.

Semua atjara dan sidang terbuka bagi umum serta bersifat diskusi. Tidak diadakan panitya-panitya.

Bagi setiap pokok atjara ketjuali pokok ke-8 (usaha-usaha) diadakan sebuah working paperjang selain oleh badan-badan keahlian dari P.B.B. djuga disusun oleh beberapa ahli perseorangan. Antara lain sebagian dari pada working paper mengenai Pembangunan Masjarakat Desa diambil dari laporan Dr. J. Sulianti Saroso, kepala Bagian Kesehatan Masjarakat Desa, Kementerian Kesehatan R.I., sebagai anggauta rombongan ahli-ahli P.B.B. jang pernah mempeladjari kedudukan wanita di Afrika Tenggara.

Working paper Indonesia.

Setiap negara peserta diminta menjediakan satu working paper mengenai keadaan di negaranja masing-masing. Demikian pula 3 orang utusan dari Indonesia bersama-sama telah menjiapkan sebuah working paper jang memuat keterangan-keterangan lengkap mengenai kedudukan serta peranan wanita disertai angka-angka jang aktuil. Kesimpulan-kesimpulan jang diambil sesudah tiap-tiap atjara-atjara selesai, kemudian diperdebatkan lagi dan sesudah diamendir seperlunja, lalu diterima oleh seminar.

Kesan- kesan :

  1. Seminar-seminar jang bersifat regional sangat berharga karena ada kesempatan bertukar fikiran dalam satu lingkungan daerah jang


275

umumnja persoalannja banjak mempunjai persamaan.
  1. Ternjata bahwa besar sekali faedahnja djikalau utusan-utusan sesuatu negara bukan semata-mata seorang pegawai negeri sadja, tetapi djuga ikut aktif dalam berbagai usaha serta organisasi masjarakat. Soal-soal pemerintahan serta soal-soal masjarakat dengan demikian mendapat kupasan jang sewadjarnja.
  2. Peranan wanita Indonesia serta kemajuan dalam kedudukannja sedjak memperoleh Kemerdekaan Negara Republik Indonesia besar sekali, akan tetapi terasa masih kurang hubungan antara pemerintah dan organisasi masjarakat dalam menghadapi pelaksanaan program-program jang konkrit seperti dalam lapangan kesehatan, pendidikan, pembangunan Masjarakat Desa, ekonomi dan sebagainja.
  3. Belum terlaksananja djaminan hukum dalam kehidupan perkawinan ternjata besar sekali pengaruhnja atas kemadjuan penghidupan ke keluargaan Indonesia.
  4. Banjak tjara-tjara serta methode menghadapi bermatjam soal dapat dipergunakan pula di Indonesia, terutama dalam menghadapi pembangunan masjarakat desa.

Usul - usul :

  1. Agar di Indonesia dapat pula diusahakan berlangsungnja satu seminar atau berbagai seminar jang menindjau peranan wanita Indonesia dalam berbagai lapangan. Kiranja seminar-seminar sematjam ini dapat diadakan dengan koordinasi antara Kementerian P.P.K., Sosial, Kesehatan, Agama, Biro P.M.D. dan Kongres Wanita Indonesia dengan bantuan beberapa badan-badan P.B.B. seperti Unesco, Untaa, Unicef dan sebagainja .
  2. Agar diadakan satu hubungan jang lebih effisien dan langsung antara berbagai Kementerian jang ada hubungannja dengan usaha organisasi wanita seperti P.P.K., Kesehatan, Biro P.M.D. dan sebagainja dalam bentuk satu panitya koordinasi. Mengangkat wakil-wakil dalam berbagai badan. masjarakat wanita
  3. Agar pemerintah mengusulkan pada P.B.B. mengadakan Regional training centres terutama bagi pendidikan kader-kader dalam berbagai lapangan.
  4. Agar Pemerintah lebih mendengarkan suara organisasi-organisasi wanita, terutama mengenai:
  1. Undang-undang Perkawinan;
  2. tuntutan supaja segala diskriminasi dihilangkan dalam segala lapangan (sekarang umpama masih ada diskriminasi tentang pedjabat sebagai kepala desa).
  1. Agar pemerintah dalam waktu jang singkat memikirkan pemetjahan.
  1. masalah "part-time work" bagi wanita ;
  2. masalah perumahan bagi pekerdja wanita .

HAK DAN KEWADJIBAN SEBAGAI WARGA NEGARA.

Pertemuan dipimpin oleh Mrs. Sophie GrinbergVinaver, jang mendjabat sebagai Ketua Seksi Kedudukan Wanita dari Perserikatan Bangsa-bangsa.

Suatu "workingpaper" (prasaran) bernama "The meaning of civic rights and responsibilities" (apa jang dimaksudkan dengan hak dan kewadjiban sebagai warga negara) dipersiapkan oleh Dr. Edward A. Corbett, bekas Director of the Canadian Association for Adult Education.

Pembahasan tentang hak dan kewadjiban sebagai warga negara diambil sebagai pembukaan dari pada pembitjaraan tentang peranan wanita dalam kehidupan masjarakat.

Pertama-tama diadakan penindjauan apa jang dimaksudkan dengan hak dan kewadjiban sebagai warga negara, jaitu hak dan kewadjiban untuk memilih ; hak dan kewadjiban untuk ditjalonkan dalam pemilihan dan untuk djabatan-djabatan dalam pemerintahan; hak dan kewadjiban untuk ikut-serta dalam menjusun dan melaksanakan program-program dan politik pemerintah jang di pilih oleh penduduk; termasuk pula didalamnja kewadjiban untuk mempengaruhi pendapat umum hingga mengadakan desakan kepada Pemerintah agar supaja mengambil tindakan-tindakan jang tertentu untuk kepentingan umum.

Dalam pembitjaraan-pembitjaraan selalu ditegaskan, bahwa ada hubungan jang erat antara berbagai faktor jang mempengaruhi peranan wanita dalam kehidupan masjarakat, pula bahwa faktor-faktor pendidikan, ekonomi, kesehatan, keadaan sosial dan pengaruh agama, pembangunan masjarakat desa dan sebagainja harus mendapat perhatian sepenuhnja bila hendak berusaha supaja kaum wanita mengambil peranan jang lebih penting dalam kehidupan masjarakat.

Suatu keadaan jang kurang adil, betapa ketjilnja sekalipun, akan mempunjai pengaruh jang kurang baik dalam seluruh masjarakat. Demikian bila ada diskriminasi (perbedaan hak) terhadap wanita, maka hal itu tidak sadja merupakan kaum wanita, tetapi masjarakat seluruhnja, karena dengan demikian sebagian dari pada penduduk tidak dapat mendjalankan hak dan kewadjiban sepenuhnja.

Di kebanjakan negara-negara Asia kaum wanita mempunjai hak-hak politik jang sepenuhnja. Meskipun demikian banjak diantaranja jang segan mendjalankan hak-hak tersebut ; dalam beberapa negara hal itu disebabkan karena kaum wanita mempunjai kedudukan jang lebih rendah dalam keluarga, hal mana djuga mempengaruhi peranan mereka dalam masjarakat.

Kaum wanita seringkali kurang insjaf, bahwa ada hubungan langsung antara rumah tangga dan masjarakat. Kewadjibannja dalam rumah tangga harus dipentingkan, tetapi disampingnja itu mereka harus diinsjafkan, bahwa kewadjibannja terhadap masjarakat tidak boleh diabaikan, bila mereka menghendaki rumah tangga jang bahagia. Kaum wanita seringkali terlalu sibuk dengan urusan rumah tangga dan keluarga, hingga tidak



276 ada waktu terluang untuk pekerdjaan diluar rumah. Dalam hal itu perlu diandjurkan dan diberi petundjuk-petundjuk kepada mereka, supaja mereka mengatur rumah tangga sedemikian hingga ada waktu terluang untuk pekerdjaan-pekerdjaan lain diluar rumah. Salah satu tjara untuk menambah keinsjafan penduduk, baik laki-laki maupun wanita tentang hak dan kewadjibannja, ialah dengan usaha-usaha setjara "learning by doing" (beladjar sambil berbuat) , misalnja bila didirikan koperasi-koperasi dan sebagainja jang membangkitkan semangat penduduk untuk berusaha sendiri memperbaiki keadaan masjarakat.

Di negara-negara Asia umumnja keadaan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan sebagainja masih djauh dari pada memuaskan. Oleh sebab itu usaha-usaha untuk membangunkan keinsjafan penduduk, terutama wanita, harus dimulai dengan kursus-kursus jang praktis, misalnja mengenai kesehatan ibu dan anak, makanan sehat, keradjinan tangan dan sebagainja jang langsung dirasakan sebagai kebutuhan. Pula harus diperhatikan, bahwa kaum wanita umumnja mempunjai keper tjajaan agama jang mendalam, disampingnja itu bahwa mereka memerlukan sekedar hiburan di samping pekerdjaan rumah tangga sehari-hari, hingga faktor-faktor itu djangan dilupakan bila hendak menarik perhatian mereka.

Dasar-dasar dari pada pendidikan supaja orang bertindak sebagai warga negara jang baik, dapat mulai diberikan dirumah dan disekolah, untuk anak laki-laki dan perempuan. Disana dapat mulai diadjarkan kepada mereka sifat-sifat gotong rojong, bantu membantu dan sebagainja kepada kaum wanita dan anak-anak perempuan perlu diberi didikan istimewa supaja mereka harus mendjalankan kewadjiban-kewadjiban jang sama seperti kaum laki-laki, karena mereka telah di beri hak-hak jang sama pula. Terutama kaum wanita jang terpeladjar dapat berdjasa bila mereka menjumbangkan tenaga sepenuhnja untuk kepentingan masjarakat.


PERANAN WANITA DALAM PROCES PEMERINTAHAN.

Discussionleader : Miss Anna Lord Strauss.

Working paper: The participation of women in the process of government oleh Miss Anna Lord Strauss.

Pokok diskusi berkisar disekitar dua pokok :

  1. pentingnja mendjamin bahwa wanita benar-benar mempergunakan hak pilihnja;
  2. kebutuhan besar akan bertambahnja djumlah wanita dalam djabatan-djabatan penting dalam pemerintahan.

Dalam diskussi ternjata betapa pentingnja mendidik wanita agar mempergunakan hak-haknja sebaik-baiknja. Terasa bahwa umumnja wanita masih terpengaruh oleh faktor-faktor luar, suami, keluarga, adat dan sebagainja.

Diandjurkan dalam pendidikan kewarga-negaraan agar mempergunakan tjara-tjara jang menarik: rakjat banjak, sehingga mereka sungguh jakin. bahwa hak pilih itu merupakan hasil perdjoangan.

Ternjata, bahwa peranan kaum wanita dalam pemilihan umum besar sekali, akan tetapi tidak djarang pemberian suara adalah terpengaruh oleh partai-partai politik, tetangga atau suaminja.

Wakil Pakistan mengemukakan betapa pentingnja disediakannja beberapa kursi untuk kaum wanita dalam D.P.R. pada waktu kaum wanita mula-mula diberi hak pilih, sebagai usaha untuk mendidik wanita kearah keinsafan akan tanggung djawab dalam pemerintahan. Sebaliknja pendapat ini mendapat tentangan karena umumnja Seminar berpendapat bahwa sesungguhnja hasil pemilihan hendaknja didasarkan atas ketjakapan sehingga perlu dididik wanita untuk djabatan-djabatan penting. Dinjatakan oleh para peserta betapa pentingnja program-program pemerintah dalam pendidikan kewarga-negaraan seperti halnja dengan djawatan pendidikan masjarakat dan sebagainja mempeladjari tata-negara dan susunan pemerintahan daerah.

Dikemukakan tjara-tjara untuk menarik sebanjak mungkin wanita dalam kampanje pemilihan ialah dengan mengemukakan dan mengupas soal-soal umum serta soal-soal daerah jang dirasakan langsung oleh mereka seperti pendirian sekolah-sekolah, rumah sakit, pasar dan sebagainja, undang-undang perkawinan, akibat bom atom dan sebagainja.

Ada keketjewaan terhadap sedikitnja djumlah wanita dalam pemerintah serta djuga dirasakan oleh beberapa negara karena keseganan wanita mentjalonkan diri. Kaum wanita harus beladjar bergerak dengan effektif dalam partainja masing masing sehingga mereka akan ditjalonkan pada waktu pemilihan umum.

Baik organisasi massa non party maupun partai-partai politik dapat mendidik wanita mendjadi warga negara jang baik.

Perkembangan bagian-bagian wanita dari pada partai-partai politik merupakan satu tempat jangbaik bagi usaha.

Pertemuan-pertemuan, Seminar-seminar serta latihan-latihan kader jang diusahakan oleh bagian bagian wanita ini adalah djalan kearah itu.

Peranan organisasi masjarakat sebagai tempat mendidik wanita dan sebagai badan penghubung kaum wanita dengan pemerintah, D.P.R. dan lain lain besar sekali. Diberbagai negara njata sekali betapa besar peranan organisasi-organisasi ini jang ikut aktif melaksanakan program-program pemerintah. Beberapa negara mengemukakan kesukaran-kesukaran perhubungan, bahasa dan sebagainja terutama dinegara-negara agraris.


PERANAN WANITA DALAM LAPANGAN PENDIDIKAN.

Working paper: "Educational conditions as one of the factors affecting Women's Participation in Public life", oleh Unesco.

Working paper ini memuat satu pendahuluan serta satu pemandangan mengenai soal-soal dasar jang berhubungan dengan pendidikan, seperti perkembangan ekonomi, usaha-usaha sosial, kedudukan guru-guru wanita serta pendidikan kewarga



277

negaraan dari pada gadis-gadis dan wanita; pun

djuga satu ringkasan dari pada usaha Unesco dalam lapangan pendidikan di Asia Tenggara.

Salah satu pokok penting jang mendapat per hatian penuh daripada seminar ialah putusan ”Commission on the Status of Women” dalam bulan Djuli 1957 jang mengandjurkan:
a) penambahan usaha pembrantasan buta huruf terutama bagi wanita serta kesempatan jang sama bagi laki-laki dan wanita mengikuti pendidikan dalam berbagai lapangan;
b) berusaha agar diperluas kesempatan melandjutkan pendidikan bagi wanita dengan djalan:
1. keharusan beladjar dengan tjuma-tjuma
2. mengadakan tjukup sekolah-sekolah serta guru-guru.

A. Basic education:

1) Salah satu soal jang mendapat perhatian seminar ialah bahwa sebagai akibat adanja kesempatan melandjutkan pendidikan di kota-kota besar, gadis-gadis itu lalu segan kembali ke daerahnja masing-masing, ketjuali djikalau ada ikatan dengan pemerintah daerah masing-masing.
2) Agar supaja pembrantasan buta huruf dapat didjalankan setjara effektif diandjurkan agar ditambah usaha-usaha jang menarik seperti „berbuat sambil beladjar”, menambah buku-buku batjaan, koran-koran umum dan bahan-bahan lain jang maksud nja memelihara kepandaian jang telah diperoleh. Bantuan ekonomi atau menambah ketjakapan jang akan memberikan tambahan penghasilan rumah tangga sangat penting.

Home-economies diandjurkan sebagai lapangan jang menarik perhatian wanita sambil menambah penghasilan rumah tangga.

B. Pendidikan untuk rumah dan keluarga:

Dirasakan oleh seminar bahwa ada djurang antara sekolah dan rumah tangga jang harus diatasi.

Bagi daerah-daerah jang miskin dan terbelakang diusulkan agar para Ibu djuga diberi peladjaran-peladjaran chusus. Diusahakan agar para Ibu lebih sering dapat mengundjungi sekolah-sekolah anak-anaknja serta pula para guru lebih sering datang kerumah.

C. Pendidikan sebagai warga negara:

Diantara andjuran jang terpenting ialah mengadakan leadership training centres (kursus-kursus kader) untuk wanita jang dapat diselenggarakan oleh P.B.B. dan badan-badan keahliannja seperti Unesco, ILO, FAO dan sebagainja.

D. Factor-factor lain:

a) keadaan ekonomi sangat mempengaruhi hasil-hasil pendidikan;
b) harus difikirkan kelandjutan dari pada pendidikan umpama lapangan pekerdjaan jang lajak dan sebagainja.

KEADAAN EKONOMI SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR JANG MEMBAHARUI PERANAN WANITA DALAM KEHIDUPAN MASJARAKAT.

Pembitjaraan-pembitjaraan mengenai soal ini dipimpin oleh Nj. Mr. Maria Ullfah Santoso.

Working papers jang digunakan sebagai bahan pembitjaraan ialah:

1. ”Economic conditions as one of the factors affecting women's participation in public life” (Keadaan ekonomi sebagai salah satu faktor jang mempengaruhi peranan wanita dalam ke hidupan masjarakat), disusun oleh Internatio nal Labour Office;
2. ”Home and Home Improvement” (Perumahan dan perbaikan keadaan rumah tangga) jang disusun oleh Food and Agriculture Organization;
3. Bagian-bagian dari workingpaper Dr. Corbett ”The meaning of civic rights and responsibilities” jang bersangkutan dengan soal ekonomi.

Dalam workingpaper jang pertama dikupas tentang:
a. aturan-aturan mengenai perburuhan dan sjarat-sjarat bekerdja bagi buruh wanita;
b. tindakan-tindakan jang perlu diambil supaja dapat menggunakan tenaga buruh wanita dengan sebaik-baiknja;
c. tindakan-tindakan jang diambil oleh ILO untuk melindungi buruh wanita dan menggunakan tenaga buruh wanita dengan sepenuhnja.

Jang ditindjau ialah bagaimana tenaga wanita digunakan dalam lapangan pertanian, keradjinan tangan, perindustrian dan perdagangan dan untuk djabatan-djabatan dalam pemerintahan. Dalam workingpaper jang kedua ditegaskan betapa pentingnja ”home economics” dalam usaha memperbaiki keadaan perumahan dan rumah tangga. Dalam program-program untuk memperbaiki keadaan tersebut harus diperhatikan sepenuhnja bagaimana susunan masjarakat dan keluarga dalam daerah jang bersangkutan, siapa jang mengambil peranan jang penting dalam keluarga, apakah dalam daerah jang bersangkutan terdapat ada kebiasaan atau tahjul jang merupakan penghalang dalam memperbaiki keadaan, dan sebagainja.

Definisi ”home economics” dalam arti jang seluas-luasnja meliputi segala lapangan kehidupan keluarga, termasuk didalamnja perumahan, makanan dan pakaian, mengurus dan mendidik anak, mengatur penghasilan keluarga, mengenai perkembangan perseorangan maupun hubungan keluarga, kesehatan dan kebersihan, perbaikan rumah tangga dan masjarakat. Dinegara-negara Djepang, India, Philipina dan sebagainja sudah banjak digunakan bantuan para ”home economics” dalam membuat dan melaksanakan program-program pemerintah dalam pembangunan masjarakat desa. Organisasi-organisasi wanita dapat mengambil bagian jang penting dalam membantu Pemerintah dalam pelaksanaan program-program tersebut. Dari pembitjaraan-pembitjaraan mengenai soal keadaan ekonomi ini ternjatalah, bahwa keadaan ekonomi dalam banjak negara-negara Asia masih djauh dari pada memuaskan.

Banjak keluarga hidup dalam kemiskinan, hingga tenaga kaum ibu diperlukan sepenuhnja untuk mengurus rumah tangga dan menambah penghasilan keluarga. Dahulu lebih banjak orang jang hidup dalam ikatan keluarga jang besar (joint family system) jang terdiri dari pada suami isteri, anak-anak mereka dan tjutju-tjutju dan sebagainja, tetapi dizaman sekarang sistim itu sudah banjak ditinggalkan, dan dibentuk keluarga-keluarga ketjil jang hanja terdiri dari suami-isteri dan anak-anak mereka.

Untuk menambah kemungkinan bagi wanita jang kebanjakan hanja bekerdja sebagai buruh kasar, karena mereka kurang didikannja, untuk mendapat lapangan pekerdjaan jang lebih luas, maka mereka perlu diberi pendidikan kedjuruan (vocational training), misalnja supaja mereka djuga dapat memasuki lapangan perdagangan dan perindustrian : pula perlu diperluas pendidikan wanita sebagai djururawat, bidan, guru, pekerdja. pekerdja sosial dan sebagainja. Orang-orang dari desa dapat dididik dikota dengan sjarat supaja mereka kemudian kembali kedesa untuk menjebar pengetahuannja, disampingnja itu orang-orang dari kota dikirim pula kedesa untuk memberi peladjaran bermatjam-matjam .

Dalam hal ini perlu djuga ditindjau soal "pekerdjaan parttime" (Pekerdjaan tidak untuk waktu sepenuhnja, tetapi hanja beberapa djam sehari dan sebagainja) jang penting bagi wanita hingga mereka tidak perlu meninggalkan rumah tangga sepandjang hari. Pekerdjaan jang dapat dilakukan dirumah misalnja menenun, menganjam dan sebagainja. Banjak wanita terpeladjar jang sudah berumah tangga dapat digunakan keahliannja, djika mereka diberi kesempatan untuk bekerdja "part-time".

Untuk memperbaiki ekonomi rakjat, maka kooperasi sangat penting, hingga dapat membantu kaum wanita dalam mendjual barang-barang jang dibuat dirumah, membeli bahan-bahan dan djika perlu memindjam uang. Soal perumahan bagi pekerdja wanita djuga merupakan soal jang sangat penting, jang sekarang masih kurang mendapat perhatian dari Pemerintah maupun badan-badan partikulir.

Prinsip upah jang sama untuk pekerdjaan jang sama dalam beberapa negara belum diterima, dalam negara-negara lain sudah diterima tetapi belum dilaksanakan sepenuhnja dalam praktek. Maka hal ini perlu diperdjuangkan oleh pemimpin-pemimpin wanita dengan mengadakan kerdja sama dengan pemimpin-pemimpin laki-laki, pula dengan serikat-serikat buruh.

Soal harta benda dalam perkawinan djuga merupakan faktor jang sangat penting.

Dinegara-negara dimana kaum wanita tidak mempunjai hak jang sama untuk menguasai harta benda jang diperoleh dalam perkawinan, hal ini akan merupakan penghalang bagi wanita untuk memperoleh kemerdekaan dan kemadjuan dalam lapangan ekonomi.

Pula kedudukan wanita dalam hukum keluarga, terutama dalam hukum perkawinan, mempengaruhi kegiatannja dalam lapangan-lapangan lain, misalnja dalam hal mendjalankan hak pilih, apakah dapat didjalangkan bebas dari segala paksaan dari suami atau pihak lain dan sebagainja.

FAKTOR-FAKTOR KESEHATAN JANG MEMPENGARUHI PERANAN WANITA.

Working papers :

  1. dari W.H.O. )
  2. dari Unicef )

menindjau usaha-usaha dalam lapangan kesehatan serta menegaskan bahaja beberapa penjakit-penjakit rakjat Asia jang menghambat kemadjuan. Peranan organisasi wanita dihargai sekali dalam kedua working paper ini.

Dirasakan oleh seminar bahwa lapangan kesehatanlah jang paling banjak mendapat perhatian kaum wanita, terutama organisasi wanita. 1. Diantara pokok-pokok jang penting ialah soal makanan, terutama malnutrition dan undernutrition, hal mana terutama tergantung pada pendidikan disekolah-sekolah, organisasi-organisasi serta usaha pendidikan kesehatan dari pada pemerintah.

Terutama para Ibu harus dididik dalam mengadakan makanan sehat bagi keluarga. Schoollunch adalah satu djalan jang baik untuk mendidik anak-anak.

Soal beras.

Memakan beras putih dianggap sebagai satu "fashion" jang tidak sehat diantara para keluarga jang berada.

Diandjurkan agar wanita-wanita jang terpeladjar serta jang berada memberikan tjontoh dengan memakan beras merah (tumbuk).

2. Environmental Sanitation.

Didesa-desa dan terutama didaerah jang masih terikat kuat akan tjara-tjara kehidupan menurut adat-istiadat lama, seperti „ Rumah pandjang" di Serawak umpama atau gubuk dari tanah liat seperti di India, banjak sekali kesukaran mengenai air, selokan, kakus dan sebagainja.

Pembuatan dapur jang effektif diandjurkan seperti halnja dengan "Smokeless ovens" di India.

3. Kesehatan kaum Ibu dan anak-anak.

Berhubung dengan beratnja pekerdjaan seorang Ibu terutama didesa-desa dan kota-kota besar, maka dirasakan sangat mempengaruhi kesehatan kaum Ibu djika ia terlalu sering dan terlalu tjepat mendjadi hamil. Diandjurkan keterangan-keterangan mengenai family planning diberikan pada Balai-balai Kesedjahteraan Ibu dan anak.

4. Pengaruh adat-istiadat serta tachajul.

Diberbagai negara Asia usaha-usaha memperbaiki kesehatan terutama dalam membrantas t.b.c.,



279

malaria serta penjakit-penjakit perut dan usus jang paling banjak terdapat, maka tidak djarang terasa pengaruh akan adat-istiadat serta tachajul-tachajul jang melambatkan usaha-usaha itu. Pendidikan kesehatan dirasakan sangat perlu ditambah.

5. Emotional health of Asian Women. (kesehatan rohani).

Berhubung kaum wanita Asia pula umumnja tergolong mereka jang sekalipun mendjadi isteri, Ibu dan pengendali rumah tangga, dengan tak mempunjai budjang atau bantuan-bantuan jang meringankan pekerdjaan, sedangkan ia sering membantu disawah, maka berat terasa tekanan atas djiwa dan kesehatan kaum wanita.

6. Kekurangan rumah sakit B.K.T.A. dan creches.


Diandjurkan agar untuk mengatasi kekurangan dokter, bidan dan perawat jang beridjazah, sementara para dukun-dukun beranak diberi pendidikan tambahan agar ia dapat membantu sebanjak mungkin. Dalam pada itu diminta perhatian supaja memperbaiki keadaan perumahan, sjarat-sjarat bekerdja, status serta gadji para tenaga kesehatan agar gadis-gadis dan wanita lebih tertarik masuk dalam lapangan ini.

7. Dirasakan pula sebagai satu keharusan agar wanita dan gadis-gadis dididik agar mereka di sekolah maupun dirumah berusaha memperbaiki kesehatan dirinja maupun keluarganja dengan djalan hygiëne, olah-raga, makanan, kebersihan, merentjanakan rumah tangga dengan effisiën (home-economics) dan sebagainja.

PEMBANGUNAN MASJARAKAT DESA DAN PENGARUHNJA ATAS KEGIATAN WANITA DIRUMAH TANGGA DAN MASJARAKAT.

Pembitjaraan-pembitjaraan dipimpin oleh Mrs. Chin Nyean Then, Social Welfare Officer dari Department of Social Welfare, Malaja. Sebagai bahan pembitjaraan telah dipersiapkan sebuah workingpaper "Community Development as it affects women's participation in public life" (pembangunan masjarakat desa dan pengaruhnja atas peranan wanita dalam kehidupan masjarakat) oleh Bureau of Social Affairs dari Sekretariat P.B.B.

Workingpaper tersebut terdiri atas dua bagian, jaitu jang pertama mengenai pembangunan masjarakat desa pada umumnja dan bagian kedua disusun oleh Dr. Sulianti Saroso, dari Kementerian Kesehatan, Indonesia, mengenai pembangunan masjarakat desa di Afrika.

Pula dibitjarakan workingpaper "Home and Home Improvement" jang bersangkutan dengan soal ini, jaitu jang chusus mengenai perumahan, mengatur rumah tangga dan perlengkapan rumah.

Dalam working papernja Dr. Sulianti Saroso menegaskan, bahwa dalam usaha pembangunan masjarakat desa perlu diadakan program-program jang chusus bagi wanita, berhubung besar sekali peranan wanita dalam rumah tangga dan dalam mendidik keturunan jang baru.

Program-program untuk mendidik kaum wanita hendaknja dimulai dengan didikan jang sederhana tentang pengetahuan untuk memperbaiki keadaan rumah tangga, dan lambat laun ditambah dengan pemberantasan buta huruf, kesehatan, mengatur penghasilan rumah tangga, memperbaiki pertanian, peternakan dan sebagainja.

Dalam hal ini organisasi-organisasi wanita dapat mengambil bagian jang penting dalam menambah pengetahuan diantara wanita.

Sebagai pembukaan diminta perhatian untuk keterangan dari Administrative Committee on Co-ordination to the Economic and Social Council of the United Nations, seperti berikut.

"The term community development has come into international usage to connote the processes by which the efforts of the people themselves are united with those of governmental authorities to improve the economic, social and cultural conditions of communities, to integrate these communities into the life of the nation, and to enable them to contribute fully to national progress. This complex of processes in them made up of two essential elements : the participation by the people themselves in efforts to improve their level of living with as much reliance as possible on their own initiative ; and the provision of technical and other services in ways which encourage initiative, self-help and mutual help and make these more effective".

Kemudian ditindjau berbagai matjam projek projek, seperti pusat-pusat latihan, kooperasi-kooperasi, sekolah-sekolah dan sebagainja dimana kaum wanita dapat mengambil peranan jang penting. Projek-projek jang demikian itu perlu di perluas, pula harus ditjari tjara-tjara jang baru untuk membangkitkan semangat pembangunan.

Dalam hal ini perlu diadakan penjelidikan terlebih dahulu tentang susunan masjarakat dan keluarga dalam daerah jang bersangkutan. Organisasi-organisasi pada umumnja dan terutama organisasi-organisasi wanita dibeberapa negara telah mulai dengan projek-projek pembangunan masjarakat desa, seperti pusat-pusat latihan, balai ke sehatan dan sebagainja, jang kemudian diambil over oleh Pemerintah dan dimasukkan dalam program pembangunan masjarakat desa.

Tjaranja mengatur pembangunan masjarakat desa setjara administratif adalah berbeda-beda diberbagai negara, tetapi jang paling penting dalam pelaksanaan ialah "team-work" (kerdja sama), jaitu antara perseorangan, organisasi-organisasi partikulir dan pendjabat- pendjabat pemerintahan jang bertugas dalam lapangan pertanian, pengadjaran, kesehatan, home economics, kooperasi, keradjinan dirumah dan sebagainja.

Di tiap-tiap daerah para pemimpin harus mengetahui bantuan-bantuan apa jang dapat diperoleh dari kalangan nasional maupun internasional, agar supaja dapat digunakan untuk keperluan penduduk.

Diberbagai daerah para guru jang memegang peranan jang penting untuk menginsafkan pendu-


280 penduduk tentang soal-soal jang dihadapi dan tjara-tjara untuk menjelesaikan soal-soal itu. Kadang-kadang sukar untuk mengangkat ahli-ahli pembangunan masjarakat desa dan menempatkan mereka di pelosok-pelosok hingga oleh pemerintah diminta tenaga-tenaga guru untuk memberi bantuan dalam lapangan ini.

PENGARUH ADAT-KEBIASAAN DAN AGAMA ATAS PERANAN WANITA DALAM KEHIDUPAN MASJARAKAT.

Pembitjaraan-pembitjaraan mengenai soal ini dipimpin oleh Begum Zeb-Un Nissa Hamidullah, Editor dari The Mirror Magazine, Pakistan. Sebagai workingpaper mengenai soal ini telah di persiapkan “Social and religious attitudes affecting wamen's participation in public life, with special reference to Buddhist Societies” (Pengaruh adat kebiasaan dan agama atas peranan wanita dalam kehidupan masjarakat, terutama ditilik dari sudut masjarakat jang beragama Buddha) , oleh Daw Khin Kyi, Ketua Social Planning Commission dari Burma. Workingpaper ini terutama mentjeritakan tentang kedudukan wanita menurut agama Budha dan chususnja kedudukan wanita di Burma.

Dalam pembitjaraan-pembitjaraan mengenai soal ini ditindjau apakah pengaruh dari pada adat kebiasaan dan agama atas peranan wanita dalam masjarakat, misalnja bagaimana pengaruhnja diskriminasi menurut hukum dan adat kebiasaan dalam kedudukan wanita dan laki-laki, terutama dalam hal perkawinan dan pertjeraian; pula ke sukaran-kesukaran jang disebabkan karena tidak ada sjarat-sjarat untuk mengatur perkawinan kanak-kanak dan poligami atau bila peraturan-peraturan itu ada, tetapi tidak dilaksanakan dalam praktek.

Ternjatalah, bahwa pada umumnja hukum agama (diantara para peserta terdapat penganut agama Kristen, Islam, Hindu dan Budha) tidak memuat peraturan-peraturan jang merupakan penghalang bagi wanita untuk bekerdja dalam masjarakat. Ada peraturan adat kebiasaan jang merupakan penghalang, misalnja bila terdapat pingitan bagi wanita, hingga dengan sendirinja membatasi kaum wanita dalam tindakan-tindakannja.

Selain dari pada itu dalam berbagai negara Asia masih perlu diadakan perubahan perubahan dalam undang-undang hingga mendjamin hak jang sama bagi wanita dan laki laki. Hak jang sama umumnja telah tertjapai dalam lapangan hak politik (hak pilih dan hak untuk memangku djabatan resmi), tetapi belum disemua segera tertjapai dalam lapangan hukum waris dan hukum perkawinan.

Perkawinan kanak-kanak dan poligami tidak dilarang oleh agama atau adat-istiadat, tetapi dalam praktek ternjata berkurang.

Mengenai soal poligami dapat dikatakan, bahwa dinegara-negara Asia umumnja terdapat tendens kearah monogami, hingga achirnja mungkin monogami dapat diterima sebagai dasar perkawinan.

Sebagai peraturan peralihan dibeberapa negara mungkin masih perlu diadakan peraturan jang membatasi poligami, jaitu dengan menetapkan sjarat-sjarat jang memberatkan.

Organisasi-organisasi wanita dapat memperdjuangkan perbaikan dalam lapangan ini, misalnja dengan memperdjuangkan Undang-undang Perkawinan jang melarang perkawinan kanak-kanak dan menetapkan sjarat-sjarat jang tegas bagi pertjeraian; pengangkatan anggauta wanita dalam pengadilan agama; mendirikan consultatie biro untuk memberi nasehat dalam soal-soal pertjeraian dan sebagainja; ikut-sertanja kaum wanita dalam segala usaha-usaha memperbaiki kedudukan wanita dalam hukum sipil. Terutama wanita terpeladjar dapat menjumbangkan tenaganja dalam lapangan ini. Mereka harus berusaha mempengaruhi pendapat umum, terutama orang-orang jang duduk dalam pemerintahan, agar supaja diadakan perobahan-perobahan dalam hukum sipil.

Kaum wanita harus berusaha supaja mengurus rumah-tangganja sebaik-baiknja tetapi disampingnja itu mereka harus mengadakan campagne jang seluasnja melalui radio, surat kabar, madjalah madjalah dan sebagainja agar supaja peraturan-peraturan dan adat kebiasaan-kebiasaan jang merupakan penghalang bagi kemadjuan wanita dapat dihapuskan. Segala penerangan-penerangan itu harus diberikan sedemikian hingga djuga dapat difahami oleh kaum wanita jang tidak terpeladjar.

USAHA-USAHA JANG MEMINTA PERHATIAN WANITA.

Tidak ada working paper, tetapi bersama Sekretariat diadjukan satu rentjana pada seminar. Usaha-usaha ini dibagi atas tiga bagian:

    a. usaha pemerintah;
    b. usaha dengan perantaraan badan-badan internasional;
    c. usaha organisasi-organisasi masjarakat baik internasional maupun nasional.

Dalam pembitjaraan mengenai rentjana diatas, maka ditekankan agar supaja wanita ikut aktif bukan sadja dalam usaha-usaha umum daripada pemerintah akan tetapi djuga dalam usaha-usaha chusus djuga dari perguruan tinggi dan badan-badan lainnja. Hendaknja bukan wanita jang bekerdja dalam pemerintahan sadja diberi kesempatan mendapat beasiswa, tetapi djuga bagi wanita jang tergabung dalam organisasi. Ada baiknja djika dalam badan-badan seleksi itu djuga duduk anggauta wanita.

Hendaknja kaum wanita jang tjukup kepandaiannja benar-benar berusaha agar mereka menda patkan beasiswa jang pantas.

Lapangan physical dan social anthropology sebagai lapangan jang berhubungan dengan soal-soal kesehatan dirasakan perlu supaja mendapat perhatian jang lebih banjak dari pada kaum wanita, karena perobahan-perobahan besar jang terdjadi

didaerah Asia jang mempunjai pengaruh besar atas mental dan emotional health kaum wanita. Peranan wanita dalam usaha-usaha badan internasional terutama P.B.B serta badan-badan keahliannja dan Unicef sebagai tempat pemusatan usaha bagi djaminan perdamaian serta kemakmuran dunia, oleh karena dianggap kaum wanitalaha jang dapat menjebarkan pengertian jang lajak mengenai tudjuan serta usaha P.B.B.

 Berbagai negara telah membentuk panitya-panitya atau badan koordinasi dalam memikirkan tjara pelaksanaan bantuan internasional dari P.B.B Dianggap penting oleh seminar agar kaum wanita ikut-serta duduk dalam panitya-panitya koordinasi ini.

 Mengenai usaha ikut-serta dalam fellowship dan scholarship program internasional dirasakan perlu pemerintah lebih memperhatikan tjalon-tjalon wanita jang memang tjakap dan mempunjai ke ahlian. Dalam hal ini dirasa perlu bahwa selain ketjakapan akademis perlu sekali tiap-tiap tjalon mempunjai pengalaman jang tjukup, pendapat jang tadjam serta tidak mudah diombang-ambing kan oleh keadaan jang berlainan diluar negeri.

 Jang perlu diadakan pula ialah supaja lapangan peladjaran serta tempat dan isi peladjaran diluar negeri itu sesuai dengan tugas jang bersangkutan setibanja kembali dinegerinja. Bahwa curriculum universitas-universitas diluar negeri kurang memberikan peladjaran jang diperlukan oleh negara-negara Asia, diakui oleh Badan-badan keahlian P.B.B. a.l. W.H.O.

KONPERENSI WANITA ASIA-AFRIKA.


Konperensi Wanita Asia-Afrika jang pertama telah dilangsungkan di Colombo, ibu-kota Sailan, dari tanggal 15 Pebruari s/d 24 Pebruari 1958 .


Sebagai telah dimaklumi, Konperensi ini diselenggarakan dan dipimpin oleh organisasi-organisasi wanita dari 5 negara : Burma, Sailan, Pakistan, India dan Indonesia.

  1. Undangan. Menurut ketentuan Panitya-penjelenggara jangdiundang pada Konperensi, ialah :
    1. Organisasi-organisasi wanita dari 29 negara Konperensi A-A di Bandung dan negara-negara jang sesudah itu mendapat kemerdekaannja ;
    2. Organisasi-organisasi wanita dari negara-negara jang belum berpemerintahan sendiri dapat mengirimkan penindjau ;
    3. Organisasi-organisasi wanita internasional dan mengirimkan bandan-badan P.B.B. dapat penindjau-penindjau.
  2. Jang hadlir.
    1. Organisasi-organisasi wanita dari 18 negara telah mengirimkan utusan-utusan dan penindjaupenindjau, jakni dari :

    1. Afghanistan
    2. Burma
    3. Djepang
    4. Ghana
    5. India
    6. Indonesia
    7. Iran
    8. Mesir
    9. Mongolia
    10. Muang Thai
    11. Philipina
    12. Pakistan
    13. R.R.T.
    14. Sailan
    15. Singapore
    16. Tunisia
    17. Turki
    18. Viet Nam Utara

    -- 4 utusan
    -- 6 utusan
    -- 8 orang   (5 utusan +
    -- 3 utusan   3 penindjau)
    -- 15 orang   (10 utusan +
    -- 8 utusan   5 penindjau)
    -- 4 utusan
    -- 3 utusan
    -- 2 utusan
    -- 3 utusan
    -- 3 utusan
    -- 15 orang   (10 utusan +
    -- 10 orang   5 penindjau)
    -- 15 orang   5 utusan +
    -- 3 utusan   5 penindjau)
    -- 3 utusan   10 utusan +
    -- 2 utusan   5 penindjau)
    -- 3 utusan

    ditambah dengan seorang wakil organisasi wanita dari:

    Uganda sebagai penindjau.

    Seperti telah dimaklumi Kongres Wanita Indonesia mengirimkan 8 utusan, jaitu : Nj. Mr. Maria Ullfah Santoso (Ketua), Nj . Dr. H. Soebandrio, Nj . Mr. N. Suwondo , Nj . Kartini Karna Radjasa, Nn. Suhartini, Nj . K. A. Sujono Prawirabisma, Nj. S. K. Trimurti dan Nj . Elias St. Pangeran. 2. Penindjau-penindjau dari organisasi-organisasi wanita internasional :

    1. International Alliance of Women ;
    2. International Council of Women ;
    3. Associated Country Women of the World ;
    4. Women's International League for Peace and Freedom ;
    5. International Nurse Association :
    6. The World Association of Girl Guides ;
    7. International Federation of Business and Professional Women ;
    8. Pan Pacific and South East Asian Women's Association ;
    9. International Federation of University Women.

    3. Penindjau-penindjau dari badan-badan P.B.B.: Unicef, Unesco dan I.L.O., masing- masing mengirim 1 (satu) penindjau. Djumlah utusan dan penindjau semuanja ada 115 orang, terhitung penjalin-penjalin jang dibawa delegasi-delegasi R.R.T., Mongolia dan Viet Nam Utara.

  3. Atjara Konperensi.

    Tgl. 15 Pebruari 1958.

    1. Pembukaan konperensi dilakukan oleh Perdana Menteri Sailan, S.W.R.D. Bandaranaike.
    2. Pidato-sambutan ketua-ketua delegasi organisasi-organisasi wanita dari 5 negara-penjelenggara: Burma, Sailan, Pakistan, India dan Indonesia .

    Tgl. 16 Pebruari 1958.

    Ketua sidang : Sailan Rapporteurs : Pakistan dan Sailan 1. Pidato ketua-ketua delegasi dari : Afghanistan, Burma, Ceylon, R.R.T., Mesir, India dan Indonesia. Indonesia mengemukakan dalam pidatonja a.l.:

    1. masalah Irian Barat;
    2. masalah hukuman mati 4 gadis Aldjazair ;
    3. anti kolonialisme ;
    4. perdamaian dunia ;
    5. pemakaian atom untuk usaha-usaha perdamaian, kesehatan dan kesedjahteraan manusia.


    R.R.T. antara lain mengemukakan bahwa delegasinja tidak dapat mendengarkan uraianuraian P.B.B. karena bukan anggota P.B.B. dan akan meninggalkan sidang bila wakil-wakil P.B.B. mengutjapkan uraiannja. Ditegaskan bahwa sikap jang diambil R.R.T. ini tidak mengurangi kesediaannja untuk turut berusaha akan tertjapainja sukses dalam konperensi wanita A-A. 2. Atjara pokok : Masalah pendidikan. Workingpapers dibagi dalam :

    1. Bertambahnja kesempatan jang sama bagi wanita-wanita/gadis dalam lapangan pendidikan : disusun oleh Pakistan :
    2. Pendidikan sosial atau pendidikan dasar di Muang Thai : disusun oleh Muang Thai ;
    3. Pendidikan kedjuruan di Djepang: disusun oleh Djepang. 3. Uraian Unesco tentang masalah pendidikan dengan atjara : Peranan Unesco di Asia dan Afrika. 4. Laporan dari delegasi-delegasi tentang masalah pendidikan dinegaranja masing-masing . 5. Diskusi dan sebagai discussion-leader : Pakistan . 6. Kesimpulan.

      Tgl. 17 Pebruari 1958.

      Ketua sidang : India Rapporteurs : Indonesia dan Afghanistan

      1. Pidato ketua-ketua delegasi dari : Iran, Djepang, Ghana, Mongolia, Pakistan dan Philipina. 2. Atjara pokok: Masalah kesehatan dan kesedjahteraan Ibu dan Anak.

      Workingpapers dibagi dalam:
      a. Usaha-usaha dilapangan kesedjahteraan Ibu dan Anak: disusun oleh Indonesia;
      b. Usaha-usaha kesedjahteraan keluarga: diutjapkan oleh India
      c. Pendidikan tenaga kesehatan: disusun oleh Afghanistan.
      3. Uraian Unicef tentang: Pesan Unicet di Asia dan Afrika Uraian W.H.O. tentang: Peranan W.H.O. di Asia dan Afrika.
      4. Laporan delegasi tentang masalah kesehatan dinegaranja masing-masing.
      5. Diskusi dan sebagai discussion-leader: Indonesia.
      6. Kesimpulan.

      Tgl. 18 Pebruari 1958.

      Ketua sidang: Indonesia
      Rapporteurs: India dan Sailan

      1. Pidato ketua-ketua delegasi dari: Singapore, Muang Thai, Tunisia, Turki, Viet Nam Utara.
      2. Atjara pokok: Wanita dan Kewarganegaraan. Workingpapers dibagi dalam:
      a. Hak sama untuk memilih dan dipilih: diutjapkan oleh Mesir:
      b. Tjalon-tjalon wanita dalam badan-badan perwakilan: disusun oleh Turki;
      c. Kesempatan untuk mengambil bagian dalam djabatan-djabatan termasuk kegiatan-kegiatan dalam badan-badan internasional dan P.B.B.: diutjapkan oleh India.
      3. Pekerdjaan dari pada Komisi hak-hak wanita dan badan-badan P.B.B, untuk kepentingan hak sama bagi wanita: diutjapkan oleh Pakistan.
      4. Laporan delegasi-delegasi tentang masalah wanita dan kewarganegarsan dinegaranja masing-masing.
      5. Diskusi dan sebagai discussion-leader: India.
      6. Kesimpulan.

      Tgl. 19 Pebruari 1958.

      Diadakan field-trip dan study-tour ke objek-objek kemasjarakatan.

      Tgl. 20 Pebruari 1958.

      Ketua sidang: Burma Rapporteurs: Sailan dan India

      1. Atjara pokok: Perbudakan dan perdagangan wanita dan anak-anak. Workingpapers dibagi dalam:
      a. Perbudakan dan badan-hadan jang ada hubungannja dengan perbudakan dan perdagangan wanita dan anak-anak: disusun oleh Sailan;
      b. Perdagangan wanita dan Anak-anak: serta tindakan-tindakan untuk rehabilitasi: diutjapkan oleh Ghana.
      2. Pekerdjaan badan-badan P.B.B. dalam usaha pemberantasan perbudakan dan perdagangan wanita dan anak-anak: diutjapkan oleh Pakistan.
      3. Laporan delegasi-delegasi tentang masalah perbudakan dan perdagangan wanita dan anak-anak dinegaranja masing-masing.
      4. Diskusi dan sebagai discussion-leader: Sailan.
      5. Kesimpulan.

      Tgl. 21 Pebruari 1958.

      Ketua sidang: Pakistan Rapporteurs: Burma dan Djepang.

      1. Atjara pokok: Wanita dalam perburuhan.
      Workingpapers dibagi dalam:
      a. Pentjegahan pemerasan tenaga buruh, buruh anak-anak dan pekerdjaan berat bagi buruh wanita: disusun oleh Birma;
      b. Usaha-usaha kesedjahteraan untuk buruh, termasuk buruh wanita: oleh Sailan.
      2. Pekerdjaan I.L.O. dan Buruh Wanita: diutjapkan oleh wakil I.L.O.
      3. Laporan delegasi-delegasi tentang masalah perburuhan dinegaranja masing-masing.
      4. Diskusi sebagai discussion-leader: Burma.
      5. Kesimpulan.

      Tgl. 22 Pebruari 1958.

      Ketua sidang: India

      1. Atjara pokok: Usaha-usaha mempererat hubungan antara wanita Asia Afrika.
      2. Diskusi.
      3. Kesimpulan.

      Tgl. 23 Pebruari 1958.

      Ketua sidang: Sailan

      1. Atjara pokok: Mensahkan fapovae laporan (findings & conclusions) jang dibuat oleh rapportenrs.
      2. Pidato-pidato penutup.

      Tgl. 24 Pebruari 1958.

      Diadakan field-trip dan study-tour ke objek-objek kemasjarakatan dan kebudajaan.

      IV. Rapat-rapat Sieering Committee.

      Rapat-rapat steering Committee diadakan oleh 5 negara-penjelenggara setjara tertentu dan setiap waktu dianggap perlu. Indonesia dalam rapat-rapat tersebut diwakili oleh Nj. Mr. Maria Ullfah Santoso dan Nj. Dr. MH. Soebandrio. Sesudah Nj. Dr. H. Soebandrio meninggalkan Colombo pada tanggal 20-2-58 sebagai gantinja ialah Nj. Mr. N. Suwondo.

      Dalam sidang steering committee jang pertama pada tgl. 14-2-1958 (pada waktu itu Indonesia belum tiba, disebabkan delay kapal-terbang sehingga keberangkatan dari Singapore ke Colombo tertunda sehari) telah diputuskan bahwa:
      a. Konperensi bersifat non-politik dalam rangka semangat Bandung mengenai kerdja-sama antara wanita-wanita Asia-Afrika;
      b. Komnperensi tidak akan mengambil resolusi.

      Dalam sidang Steering Committee 1gl. 15-2-1958, waktu dibitjarakan bahwa pidato-pidato tidak boleh bersifat politik, Indonesia tidak menjetudjui pendapat itu, karena sudah membawa pesan dari Kongres Wanita Indonesia bahwa delegasi harus mengemukakan antara lain:
      a. masalah Irian Barat;
      b. masalah hukuman mati 4 gadis Aldjazair. Indonesia tetap mempertahankan pendiriannja, atas dasar freedom of speech jang harus dipertahankan, Indonesia mengatakan bahwa pidato-pidato dari ketua-ketua delegasi tidak boleh dibatasi dan tidak dapat diperiksa lebih dulu. Indonesia telah mengusulkan supaja konperensi mengeluarkan suatu pernjataan mengenai pendjadjahan pada umumnja. Akan tetapi 4 sponsoring Countries: Burma, Sailan, Pakistan dan India tidak setudju usul Indonesia jang berbunji: Women and mothers need peace and freedom for the carrying out of their welfare programme for ihe benefit of their peoples in general and the women and children in particular. Colonialism endangers peace and freedom. Because of this the women of Asia and Africa must give their contribution and co-operation to bring the evil of colonialism to an end”,

      Usul tersebut dikemukakan dalam hubungan pidato sambutan ketua delegasi Indonesia dan delegasi Tunisia mengenai masalah Aldjazair.

      V. Pokok-pokok Putusan.

      Atas usaha Indonesia dapat ditjapai dijalan tengah guna mengagtasi dan untuk melangsungkan kerdja-sama antara wanita Asia Afrika ialah:

      1. Dalam notulen konperensi jang akan ditjetak dan akan disiarkan akan dimuat:
      a. pidato-pidato ketua-ketua delegasi dengan lengkap:
      b. workingpapers jang diutjapkan oleh delegasi-delegasi:
      c. hasil-hasil diskusi pada sidang-sidang diambil sari-sarinja:
      d. kesimpulan-kesimpulan dari pada hasil-hasil diskusi dan kepntusan-keputusan konperensi lainnja adalah:

      2. Membentuk suatu badan sematjam Sekretariat. Untuk sementara waktu Sekretariat jang sudah ada (di Bombay, India) bekerdja terus untuk menjelesaikan laporan-laporan hingga ditjetak dan disiarkan. Setelah laporan-laporan selesai maka sponsoring organizations dipanggil untuk berrapat. Dalam rapat itu akan ditentukan bagaimana meneruskan pekerdjaan guna melangsungkan hubungan antara wanita Asia Afrika.

      3. Akan diadakan Konmperensi Wanita A-A lagi, sesudah waktu paling sedikit 2 (dua) tahun (akan tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) tahun). Djika mungkia supaja konperensi diadakan di Afrika, dengan pertimbangan supaja konperensi lebih banjak dikundjungi wakil-waki) dari daerah Afrika.

      VI. Kesimpulan mengenai masalah-masalah:

      1 Pendidikan.
      a. Laporan jang diberikan oleh para delegasi menundjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun jang achir ini pendidikan bagi wanita (dalam segala lapangan mentjapai kemadjuan dapat dikatakan memuaskan.
      b. Diseluruh Asia dan Afrika penduduk jang dapat menulis dan membatja rata-rata berdjumlah kurang daripada 20%; djika dibandingkan dengan keadaan dinegara-negara lain, djumlah tersebut adalah jang terendah.
      c. Berhubung dengan tjepatnja perkembangan dalam pendidikan, maka dikuwatirkan adanja bahaja jang akan menjebabkan turunnja nilai pendidikan disekolahsekolah tersebut: nilai pendidikan sedapat mungkin dipertahankan.
      d. Perluasan dalam lapangan pendidikan dianggap penting dan didalam melaksanakan hal itu supaja diperhatikan pula pendidikan tenaga pengadjar dan keperluan-keperluan lainnja. Penambahan gedung-gedung sekolah harus diadakan menurut kemampuan.
      e. Tenaga jang dapat membatja dan menulis hendaknja dipergunakan.
      f. Pendidikan rochani adalah penting.

      2. Kesehatan dan Kesedjahteraan Ibu dan Anak.

      A. Mengenai kesehatan ibu dan anak serta pendidikan kesehatan:

      Dari pembitjaraan mengenai masalah ini dapat ditarik kesimpulan bahwa angka kematian ibu dan anak dinegara A-A masih tinggi. Perbaikan dalam keadaan kesehatan dalam beberapa tahun jang terachir ini telah nampak, berkat usaha Pemerintah dengan kerdia-sama dengan organisasi-organisasi wanita. Dibeberapa negara usaha kearah perbaikan kesehatan dilakukan dengan bantuan W.H.O, dan Unicef. Kekurangan-kekurengan jang menghambat usaha ini terutama berkisar kepada kekurangan alat-alat dan tenaga, Dibeberapa negara telah dimulai dengan pendidikan dukun beranak didesa-desa dalam tjara perawatan jang hygienis untuk mengisi kekurangan bidan-bidan jang terdidik. Dalam usaha-usaha perbaikan kesehatan ditekankan bahwa peranan organisasi-organisasi wanita penting sekali. Diandturkan agar organisasi-organisasi wanita mendjalankan rentjana sendiri, disamping usaha-usaha membantu Pemerintah. Organisasi-organisasi wanita dapat meminta bantuan kepada Pemerintah dalam melaksanakan rentjananja.

      B. Mengenai masalah kepadatan penduduk dan usaha-usaha sosial, termasuk family-planning:
      Perhatian terhadap family-planning ternjata besar sekali. Semua menjetudjui diadakannja family-planning, ketjuali Philipina. Berbagai aspek dikemukakan mengenai masalah tersebut, terutama oleh India dan Pakistan jang menganggap bahwa family-planning merupakan tjara sosial untuk memetjahkan masalah kesedjahteraan keluarga, perbaikan kesehatan ibu dan anak dan masalah kepalatan penduduk. Diuraikan bahwa meskipun tidak ada kesukaran-kesukaran dari sudut agama, di India dan Pakistan umpamanja, akan tetapi terdapat kesukaran lain, seperti adat kuno dan rintangan sosial.

      Untuk membuat populer family-planning ini, dikalangan muasjarakat, perlu diadakan penerangan dan pendidikan tentang maksud dan tudjuannja. 3. Wanita dan Kewarga-negaraan

      1. Kaum wanita harus diberi pendidikan tentang hak dan kewadjibannja sebagai warga-negara, sehingga mereka insaf bahwa hak pilih adalah sendjata jang sangat penting ditangan mereka jang dapat digunakan untuk memperbaiki keadaan.
      2. Kaum wanita harus diinsjafkan bahwa kaum wanita sama baiknja dengan kaum laki-laki; dapat mendjalankan kewadjibannja sebagai anggauta dewan-dewan pembentuk undang undang.
      3. Kaum wanita harus diberi penerangan oleh organisasi-organisasi wanita tentang tehnik dan tjara mempergunakan hak pilih.
      4. Kaum wanita hendaknja mendjadi anggauta sesuatu partai jang tertentu.
      5. Setiap pemilih wanita harus mengetahui bentuk pemerintahannja.
      6. Ia harus mempergunakan hak pilihnja setjara bebas dari segala pengaruh, agar memilih pemerintahan jang sebaiknja bagi negaranja.
      7. Kaum wanita jang telah dipilih harus bekerdja giat untuk kepentingan orang-orang jang telah memilihnja. Pada umumnja kaum wanita selalu bekerdja untuk mengurangi penderitaan manusia dan demikian banjak jang dapat di mereka sebagai anggauta kerdjakan oleh mereka dewan-dewan pembentuk undang-undang.
      8. Organisasi-organisasi wanita harus bekerdja dengan dan melalui kaum wanita agar supaja lebih banjak wanita jang memegang pimpinan dalam segala lapangan.
      9. Ternjatalah bahwa hanja sedikit wanita jang mengambil bagian dalam segala lapangan administratif, hal mana perlu diperbaiki. Kaum wanita sangat kurang mengambil bagian dalam organisasi-organisasi internasional karena hanja sedikit wanita aktif dalam organisasi-organisasi politik jang nasional.
      10. Kaum laki-laki harus diinsjafkan untuk merobah sikapnja terhadap tjalon 2 wanita dalam pemilihan, hingga lebih banjak wanita jang ditjalonkan.
      11. Untuk mengurangi kesukaran-kesukaran keuangan jang harus dihadapi tjalon-tjalon wanita, maka organisasi-organisasi wanita dapat menjelenggarakan kampanje untuk tjalon-tjalon itu, dengan tidak perlu mempergunakan tenaga-tenaga orang jang dibajar.

      4. Perbudakan dan Perdagangan wanita dan anak-anak.

      1. Dalam usaha memberantas prostitusi dan usaha mentjegahnja, maka penting sekali untuk memberikan penerangan kepada chalajak ramai tentang bahaja dan lain-lain daripada masalah ini.
      2. penduduk merupakan faktor jang mempertinggi djumlah pelatjur. Family planning mungkin dapat memberikan penjelesaian.
      3. Rescue homes dan lain-lain rumah-rumah rehabilisasi harus diawasi dengan seksama, sebaiknja oleh polisi wanita.
      4. Diminta perhatian supaja ibu-ibu jang tak bersuami (unmarried mothers) dapat memperoleh perlakuan jang lebih wadjar dan supaja anggapan kolot terhadapnja dihilangkan.
      5. Istilah prostitusi diartikan sebagai berikut: seseorang, wanita atau pria, jang atas pemberian sesuatu (uang atau lain) sebagai nafkah tertentu atau tidak tertentu, mendjualkan badannja setjara normal ataupun setjara tidak normal kepada banjak orang sesama kelamin ataupun kelamin lain.
      6. Konperensi mengandjurkan supaja diadakan rentjana chusus dan dididik tenaga-tenaga untuk mentjegah prostitusi, meskipun organi sasi-organisasi sosial telah mempunjai rentjana pentjegahan prostitusi.
        1. Mengenai rentjana, Konperensi mengandjurkan supaja usaha lebih ditekankan kepada pentjegahan prostitusi dengan djalan:
        1. mengadakan pendidikan kesusilaan disekolah-sekolah dan kepada organisasi- organisasi pemuda dan orang-orang dewasa,
        2. mempertinggi deradjat kaum wanita supaja sedjadjar dengan deradjat kaum laki,
        3. mempertinggi taraf hidup,
        4. supaja wanita bisa berdiri sendiri, misalnja dengan menuntut pendidikan keahlian,
        5. memperbanjak usaha-usaha dilapangan kesehatan/pengobatan.

        B. Mengenai pendidikan tenaga, Konperensi mengandjurkan:

        1. supaja tenaga-tenaga ini terdiri terutama dari wanita,

        2. supaja Polisi wanita diberi tugas dilapangan pentjegahan prostitusi.

        Diusulkan supaja dibentuk „Regional Bureau” jang bertugas, mengadakan research mengenai sebab-sebab adanja prostitusi dan mempeladjari tjara-tjara pentjegahan, rehabilitasi dan mengembalikan mereka kembali kedalam masjarakat.

        5. Masalah Perburuhan.

        1. Perhatian sepenuhnja harus ditudjukan kepada penempatan buruh wanita (distribution of female labour), keahlian dalam pekerdjaannja dan kesanggupan/ketjakapan-ketjakapannja.
        2. Perlu diusahakan perbaikan-perbaikan sjarat pekerdjaan, baik mengenai tempat pekerdjaannja maupun mengenai sifat pekerdjaannja. Dalam pada ini perlu diadakan tempat-tempat penitipan anak-anak dan baji ditempat pekerdjaan, diadakan tempat-tempat penginapan untuk buruh wanita dan lain-lain.
        3. Perlu diadakan perluasan peraturan-peraturan perburuhan, supaja tidak sadja diadakan peraturan-peraturan untuk buruh diperindustrian sadja tapi djuga untuk buruh dilapangan lain.
        4. Perlu diperhatikan sjarat-sjarat chusus untuk kerdja-malam dan kerdja setjara giliran.
        5. Mempeladjari hasil dan akibat daripada peraturan-peraturan kesedjahteraan buruh. Adakalanja, misalnja peraturan-peraturan jang chusus ditetapkan untuk melindungi buruh wanita, malahan dalam praktek mempunjai
        hasil dan akibat sebaliknja, djadi merugikan jang bersangkutan.

        f. Kekurangan keahlian dari buruh dalam pekerdjaan mengakibatkan penghasilan jang rendah. Oleh karenanja buruh wanita harus memperoleh pendidikan keahlian.
        g. Perlu ditjari penjelesaian dalam masalah pekerdjaan anak-anak dan masalah pembantu rumah-tangga.
        h. Pekerdjaan BIRO WANITA dipandang penting untuk membikin statistik djumlah buruh wanita dan untuk memperdjoangkan pelaksanaan usaha-nsaha kesedjahteraan buruh.

        POKOK PUTUSAN KONPERENSI WANITA ASIA-AFRIKA.

        Oleh karena telah diambil keputusan bersama, bahwa konperensi tidak akan mengadakan resolusi, maka telah diambil djalan tengah, guna mengatasi kesulitan-kesulitan dan untuk melangsungkan kerdja sama antara wanita A-A, ialah:

        1. Dalam notulen konperensi jang akan ditjetak dan akan distarkan diantara peserta-peserta konperensi, akan dimuat:

        a. pidato-pidato ketua delegasi dengan lengkap,
        b. broken up papers, jang diutjapkan oleh delegasi-delegasi,
        c. hasil-hasil diskusi pada sidangsidang pagi dan sore, diambil sari-sarinja sadja,
        d. kesimpulan-kesimpulan (findings) dari pada hasil-hasil diskusi.

        2. Untuk melangsungkan hubungan (kontak) dan kerdja sama antara wanita-wanita A-A., akan dibentuk suatu badan sematjam sekretariat. Buat sementara waktu, sekretariat jang sudah ada, bekerdja terus, untuk menjelesaikan laporan hingga ditjetak dan disiarkan. Setelah laporan-laporan ini selesai, maka sponsoring organisations dipanggil untuk berapat. Dalam rapat itu akan ditentukan bagaimana meneruskan pekerdjaan guna melangsungkan hubungan (contact) antara wanita A-A.

        Laporan mengenai usaha-usaha jang telah dilakukan oleh delegasi Indonesia dalam sidang-sidang steering committee dan usaha-usaha lainnja.

        I. Tanggal 14/2-1958 hari Djum'at sore, steering committee sudah mengadakan sidangnja jang pertama guna menghadapi konperensi. Pada waktu itu delegasi Indonesia tidak hadlir, karena belam datang. Kelambatan ini disebabkan oleh karena tertundanja kapal terbang jang berangkat dari Singapore ke Colombo. Mestinja dari Singapore pagi-pagi, akan tetapi, karena keberangkatan kapal tertunda, maka baru djam 4 sore waktu Singapore bisa berangkat. Sampainja di Colombo, djam 10 malam waktu Djawa, atau djam 8 waktu Colombo. Waktu ini steering Committee sudah selesai. Dalam sidang ini hanja dikundjungi 4 perwakilan-perwakilan dari negara-negara Ceylon, India, Burma dan Pakistan. Disini telah diambil keputusan, bahwa konperensi:

        a. tidak akan mengambil resolusi-resolusi;
        b. bersifat non-politik dalam rangka semangat Bandung, mengenai cooperation (kerdja sama) antara wanila-wanita dari negara A-A.

        II. Tanggal 15/2-1958 hari Saptu, steering com-mittee bersidang lagi pada djam 11.30 sore.

        Pada waktu ini Indonesia sudah hadlir. Disini dibitjarakan soal mengenai pidato-pidato dari Ketua-ketua delegasi.

        Ketua sidang Ceylon. Dia mengatakan pidato-pidato tidak boleh bersifat politik. Delegasi Indonesia protes, tidak menjetudjui pendapat itu, karena sudah membawa pesan dari Konperensi Wanita Indonesia, bahwa delegasi harus mengemukakan:

        a. persoalan hukuman mati dari empat gadis Aldjazair,
        b. persoalan perdjoangan Irian Barat.

        Empat sponsoring organisation tidak menjetudjui pendapat Indonesia itu. Dengan ini Indonesia kalah suara dalam sidang steering committee. Akan tetapi Indonesia tetap mempertahankan pendiriannja. Atas dasar freedom of speech jang harus dipertahankan, Indonesia mengatakan, bahwa pidato-pidato dari ketua-ketua delegasi tidak boleh dibatasi dan tak dapat diperiksa lebih dahulu.

        III. Tanggal 16 hari Minggu dan tanggal 17 hari Senen sore, tak dapat diadakan steering Committee, karena India, Nj. Laksmi Menon baru menghadliri lunch.

        VI. Tanggal 18/2-1958 hari Selasa sore djam 5, baru diadakan lagi sidang steering Committee. Putusan jang telah diambil ialah:

        Akan diadakan konpercnsi wanita A-A Iagi, sesudah waktu paling sedikit 2 tahun (tapi tidak lebih dari antara 3 tahun). Djika mungkin, konperensi supaja diadakan di Afrika, dengan pertimbangan, supaja konperensi lebih banjak dikundjungi wakil-wakil wanita dari daerah Afrika. Untuk mempersiapkan itu, 5 sponsoring organisation harus tetap berhubungan. Sesudah laporan konperensi jang sekarang ini selesai ditjetak dan disiarkan, sponsoring organisations akan berkumpul dan bersidang lagi. Dimana tempatnja, belum ditentukan.

        Berhubung dengan adanja Konperensi Afro Asia di Cairo, maka banjak negara jang menaruh purbasangka terhadap konperensi wanita A-A ini, sebah dikiranja akan bersifat politik, sebagai konperensi Afro Asia di Cairo itu. Oleh karena itu, India mengadjukan pertimbangan, apakah nama Afro Asia, atau Asia Afrika itu perlu ditindjau kembali, agar supaja tidak menimbulkan ketakutan dan purbasangka dibeberapa negeri-negeri jang akan diundang.

        Dibitjarakan djuga, perlu dan tidaknja undangan-undangan nanti ditambah, dengan wakil-wakil wanita dari negara-negara selainnja jang tersebut dalam konperensi Bandung dulu. (Sampai sekarang, undangan telah ditambah satu, ialah Malaja. (Akan tetapi Malaja tidak datang karena takut).

        Berhubung rapat pleno paginja ada persoalan mengenai Tunisia jang penting jang telah dikemukakan oleh delegasi dari Tunisia, ialah antara lain mengenai hukuman mati terhadap empat gadis Aldjazair dan pemboman-pemboman di Tunisia, jang mana telah menimbulkan sedikit ketegangan dalam rapat, maka delegasi Indonesia, jang paginja mengetahui rapat pleno itu, dalam steering committee meeting mengemukakan, supaja konperensi mengadakan pernjataan mengenai kolonialisme pada umumnja, berhubung dengan tugas-tugas wanita. (Usul delegasi Indonesia: "Women and mothers need peace and freedom for the carrying out of their welfare program for the benefit of their peoples in general and the women and children in particular. Colonialism endangers peace and freedom. Because of this the women of Asia and Africa must give their contribution and cooperation to bring the evil colonialism to an end").

        Pendapat ini ditentang oleh Ceylon, Burma, India dan Pakistan oleh karena dianggap bersifat politik. Indonesia menerangkan, bahwa sebetulnja Tunisia sudah mau mengemukakan resolusinja mengenai Aldjazair pada siang tadi. Tetapi dapat ditjegah atas permintaan Indonesia. Karena itu Indonesia mengemukakan, diadakannja pernjataan jang bersifat umum. Akan tetapi 4 sponsoring organisations dalam steering Committee itu tetap tidak dapat menjetudjuinja.

        V. Tanggal 18/2-1958 malam harinja, kedutaan Republik Indonesia mengadakan resepsi ditempat kediaman duta (Sdr. Musa). Dalam resepsi ini, salah seorang anggota delegasi Indonesia melapor kan kepada ketua delegasinja, bahwa dia didatangi oleh salah seorang dari delegasi Afghanistan jang menjatakan bahwa beberapa negara telah menandatangani surat pernjataan jang berisi resolusi mengenai Aldjazair.

        Indonesia diminta untuk ikut menandatangani. Menurut jang dilaporkan, resolusi itu akan diadakan diluar konperensi, karena dalam konperensi tidak mungkin diadakan resolusi bersama oleh karena sudah mendjadi keputusan. Wakil-wakil jang bersedia menandatangani konperensi itu ialah:

        Afghanistan, Tunisia, Vietnam (Utara), Republik Rakjat Tiongkok, Mongolia, Mesir dan Indonesia sedang ditanja.

        Ketua delegasi Indonesia menjampaikan kabar jang penting ini kepada ketua delegasi India, Pakistan dan Ceylon. Waktu itu Burma tidak ada.

        VI. Tanggal 19/2-1958 hari Rebo, tidak ada rapat dan sidang.

        VII. Tanggal 20/2-1958 hari Kemis, kurang lebih djam 11.30 siang diadakan rapat antara semua ketua-ketua delegasi. Dari 18 negara, jang tidak hadir Tunisia dan Mesir. (Tunisia mulai pagi tidak datang kerapat, dan Mesir baru keluar). Jang memimpin rapat Nj. Laksmi Menon dari India. Dia menerangkan lagi, bahwa konperensi ini sifatnja non politik. Tapi tidak berarti, bahwa kita tidak menentang kolonialisme. Akan tetapi perdjoangan menentang kolonialisme ini harus dilakukan dalam bidang lain, tidak dalam konperensi ini. Perdjoangan menentang kolonialisme sudah diperdjoangkan oleh Pemerintah masing-masing (Indonesia minta supaja Tunisia dan Mesir hadir dalam rapat ini, akan tetapi mereka ditjari tidak ketemu). Nj. Laksmi Menon mendengar desas-desus tentang akan diadakannja resolusi diluar konperensi ini. Oleh Indonesia diterangkan, bahwa itu bukan desas-desus, akan tetapi sungguh-sungguh. Dan diantara sponsoring organisations jang sudah didatangi, ialah:

        Indonesia dan Burma. Karena itu untuk mendjaga kerdja sama dan persatuan, Indonesia sekali lagi minta perhatian dari semua ketua-ketua delegasi.

        Kemudian diambil djalan tengah, jaitu:

        bahwa semua pidato-pidato dari ketua-ketua delegasi akan ditjetak selengkapnja dalam laporan konperensi. Usul ini disetudjui oleh wakil Tiongkok dan delegasi lain-lainnja. Indonesia bersedia memberitahu kepada Tunisia dan Mesir mengenai sikap bersama ini.

        VIII. Tanggal 21 /2-1958, hari Djum'at djam 4 sore, diadakan rapat steering committee lagi. Dalam rapat ini Indonesia memberi tahu, bahwa Tunisia dan Mesir telah menerima putusan-putusan rapat delegasi tanggal 20. Dalam rapat tanggal 21 ini hanja dirundingkan tjara menjusun laporan tiap-tiap hari, jaitu:

        1. Rapat pagi, dimana pidato-pidato pembukaan dari ketua-ketua delegasi akan dimuat lengkap. Djuga persoalan jang dikemukakan oleh berbagai delegasi.
        2. Rapat sore, diskusi-diskusi diambil sari-sarinja sadja dan achirnja diambil kesimpulan (findings).


        IX. Tanggal 22/2-1958 hari Saptu djam 2.30 rapat steering committee lagi. Disini dibitjarakan laporan-laporan jang telah masuk, jaitu: Education, Health, Women and Citizenship, Labour dan Promoting Contacts. Sedang mengenai Slavery belum selesai.

        x-small

        Konperensi Wanita Asia-Afrika.

        Sewaktu Delegasi Konperensi Wanita Asia-Afrika berangkat dari Kemajoran.

        Utusan dan penindjau-penindjau Konperensi Wanita Asia-Afrika Diatas: Para Ketua Delegasi dan Sekretariat.

        x-small

        Seminar di Bangkok, Barisan dimuka Anggota-anggota Delegasi Indonesia dari kiri : Dr. Jetty Rizali Noor, Mr. Maria Ullfah Santoso, Mr. Nani Suwondo,}}

        x-small

        Projektor film, kiriman dari Wanita Swedia kepada Kongres Wanita Indonesia.

        Wanita Indonesia sebagai anggauta delegasi dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Nj. Artati Marzuki, sekarang Councelor di Roma.

        x-small

        LAMPIRAN :

        Anggaran-anggaran Dasar dari Anggauta-anggauta Kongres Wanita dengan Susunan Pengurusnja.

        Susunan Panitia Setempat Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Pusat dan Daerah.

        Undang-undang No. 68 tahun 1958, tentang Persetudjuan Konpensi hak-hak politik Kaum Wanita.

        Undang-undang No. 80 tahun 1957, tentang Persetudjuan Konpensi Organisasi Perburuhan Internasional No. 100 mengenai pengupahan jang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerdjaan jang sama nilainja.

        Susunan panitya Peringatan 30 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.