Lompat ke isi

108 Pendekar Gunung Liang San/Seri 6

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
108 Pendekar Gunung Liang San oleh Shi Nai'an, diterjemahkan oleh Dhyana
Seri 6

108 pendekar
Gn, LIANG SAN
KE VI

SERI VI

108 Pendekar

Gunung Liang San

Atau

(Tjui Ho Thwan)

Kisah Kepahlawanan
Dari 108 Pendekar NIO SWA BO


<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]O


<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]l


<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]e


<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]h


Dhayana

<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]D
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]i
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]b
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]a
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  • CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] o
  • <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
    1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]n
    <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  • CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] l
  • <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
    1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]t
    <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  • CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] e
  • <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
    1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]u
    <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  • CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] h

  • Yue Hwa

                             

    Ulat sutera musim semi tak pernah telah
    Tetap memintal harapannja siang dan malam
    musnahnja mereka tidak mendjadi soal apa²
    Karena bukonkah tjinta tak pernah lenjap.?

    ( Njanjian rakjat Tiongkok Selatan )






    KUPERSEMBAHKAN ;

    Untuk Ajah, Ibuku jang kuhormati.
    Kekasihku Kirana jang kutjintai.
    dan teman² Corps Kesenian GEBUD


    M U T I A R A K A T A

    = „Djanganlah se-kali² berputus asa! Tetapi djika engkau berputus asa djuga, teuslah bekerdja dan berdjoang didalam keputus asaan itu!”

    = „Tidaklah karena memotong padi ada kegembiraan, tetapi kegembiraan itu ada diwaktu memotong padi jang ditanamnja sendiri. Dan djiwa manusia tidak berkembang karena pekerdjaan dan perdjagaan upah itu.?”


    Ja, ja, aku terlalu melantur djauh . . . . bukankah hidup itu berdjoang, dan berdjoang itu untuk menghidupkan Pri kemanusiaan dan keadilan . . . . tidak mungkin akan ada kemenangan bila kita tidak berdjoang. . . aku harus bertekad untuk merubah nasibku dipembuangan nanti, aku akan berdaja mati²an, pasti usaha ini akan berhasil. Tekadku setapak tak akan berandjak, selangkah tak akan surut, bekerdja keras pantang menjerah !

    Tiba² Yo Tjie terkedjut karena Tio Liong memetjahkan keheningan itu dengan suara jang keras:

    „Lebih baik kita bermalam disini, Tio Sutee baik kau mentjari kaju2 jang kering untuk perapian. Aku akan membersihkan disini."

    Lalu menoleh kearah Yo Tjie dan memerintah :„Kau boleh beristirahat dan tiduran dilantai podjok sana Perintahnja sambil mengatjungkan djari telundjuknja.

    Hudjan diluar masih terdengar dengan lebetnja, sehingga saking lelahnja tak lama kemudian mereka sudah tertidur dengan pulas. Pagi-pagi sekali Tio Liong dan Tio Hauw bangun dan membagikan 2 potong roti kering pada Yo Tjie. Selesai bersantap me reka lalu melandjutkan perdjalanannja untuk menudju ke Peiping dusun Tay Ping Hu.

    Kurang lebih 12 hari dalam perdjalanan, sampailah mereka ditempat tudjuan.

    Tie Hu di Peiping karena mengetahui bahwa Yo Tjie adalah seorang jang bertubuh tinggi, menerimanja dengan baik sekali, bahkan diberikan tempat dikantor gubernuran, sehagai pendjaga malam.

    Dan pengawal setelah mendapatkan surat balasan dari Tie Hu lalu kembali kekota Tongking.


    * * *

    Betapa sedih keluarga Yo Tjie karena ditinggalkan seorang suami jang setia dan radjin bekerdja, namun kesemuanja itu telah terdjadi dan tak dapat diusik lagi, sebab datangnja peristiwa tidak seorangpun dapat men

    duga duga, kemalangan dan keuntungan itu memang datangnja mendadak, tiba2 dan tak terkira sehingga tidak dapat mengira atau menduga duga. . . .

    Memang hidup didalam dunia ini tidak ubahnja seperti perahu jang berlajar dilaut lepas jang menudju kepulau harapan. Kalau kita takut dan djera akan ombak dan gelombang. kita akan tenggelam dan terbenam, tidak a- kan mungkin menijapai pantai tudjuan. Ombak besar2 jang bergulung gulung itu sudahlah mendjadi adat laut, batu karang jang runtjing dan bestjongol-tjongol itu mendjadi perhiasan bagi pantai pesisir lautan, djadi untuk bisa mentjapai pulau harapan. haruslah kita berdjoang, pandai mengatur kemudi dan merawat lajar djuga harus mempunjai tekad dan keberanian jang teguh, kokoh dan bulat Dengan demikian kita dapat mengemudikan biduk dengan tenang, dapat menghindari karang jang tadjam dan runjing2. lurus menunjukkan arah biduk kita kepantai harapan dan dibalik batu2 karang itulah akan kita temui matahari jang bersinar terang!

    Untunglah istri Yo Tjie adalah seorang wanita jang tabah dan berdjiwa besar, ia menjadari akan apa jang dialaminja sebagai kenjataan hidupnja.

    Pengertiannja seseorang hanja dapat hidup temang dan merasakan bahagia djika ia mau menerima situasi atau bagaimana keadaannja. Tiada kepedihan jang pedih tiada kerisauan jang amat sangat, selain orang jang terkatjau kan mata bathinnja .............................

    Maka istri Yo jie tetap dengan tabah menghadapi segala penderiteannja, dengan penuh semangat dan tekun mengasuh dan melindungi anak²nja.

    Keadaan Yo Tjie sendiri d kota Peiping sangat tenang dan tak ada ketegangan djiwa sedikitpun, karena gubernur sangat menghargai dan menjajanginja.

    Pada suatu hari Tie Hu memanggil Yo Tjie dan berbujara dengan ramah didalam kantornja :

    „Besok hari itu kami akan mengadakan pemilihan komandan benteng, sebab pedjabat jang lama sudah saatnja mengundurkan diri, ia akan tetap dapat bertahan apabila didalam Lui Tay [panggung pertandingan] dapat mempertahankan kelihayannja.

    Besok itu akan diadakan udjian pemilihan tjalon komandan baru, Yo Heng kau memiliki bugee jang lay, aku harap kau bisa ikut dalam pertandingan itu, siapa tahu bintangmu akan naik dan terpilih sebagai komandan benteng."

    Gubernur Nio Tiong Siu mengandjurkan untuk Yo Tjie ikut dalam udjian besok.

    „Tie Hu, apakah dalam udjian pemilihan komandan benteng itu boleh diikuti oleh siapapun ? Bukankah aku seorang hukuman, maka menanjakan hal ini pada Tie Hu." Yo Tjie mengutarakan isi hatinja.

    „Komandan jang lalu terlalu angkuh dan sombong, maka aku harapkan Yoheng ikut dan menjungkalkannja."

    Nio Tiong Siu berkata dengan nada sengit dan tidak senang, ia benar² telah bosan moak dan bentji kepada komandan benteng jang lama, karena terlalu keras kepala dan tjongkak.

    „Bila Tie Hu mengidjinkan besok aku akan ikut udjian komandan benteng itu. Terima kasih sekali atas kemurahan dan perkenan Taydjin." Dengan sikap merendah Yo Tjie menghaturkan terima kasihnja.

    „Hahhaaaa.... hahaa....." Sang Tie Hu tertawa dengan gelak² karena merasa puas.

    Keesokan harinja halaman gubernuran telah dihias dengan padjangan² jang sangat indah datang ber-dujun² segala lapisan penduduk, dari berbagai² dusun. mereka datang membandjiri untuk melihat keramaian, tetapi banjak pula jang datang untuk ikut dalam pertandingan mereka mengadu untung, golongan ini adalah dari orang² jang berilmu silat tinggi.

    Kira2 djam 8 pagi tambur dan ketjer telah dibunjikan dengan riuhnja, dari kantor gubernuran nampak iring2an serdadu jang mengawal djundjungan Tie Hu) untuk membuka udjian pemilihan komandan baru.

    Semua hadirin membongkokkan badan untuk memberikan penghormatan, dan sang Tie Hu setelah mengadakan pemeriksaan barisan lalu duduk dikursi kebesarannja sambil melihat lihat kesekeliling lapangan pertandingan itu. Setelah tambur dan ketjer berhenti berlalu, m(teks tidak terbaca)lah pengatjara membatjakan sjarat² pertandingan, achir kata pengatjara mengatakan supaja hadirin tidak berisik dan ribut sebab pertandingan segera akan dimulai Tepuk tangan dan sorak sorai dari para pengundjung sangat riuh, se-akan2 suara rentetan bom Napalm dimedan peperangan Vietnam Tie Hu lalu mengangkat tangannja keatas, segera suara riuh rendah itu sirap, suasana mendjadi sunji dan lengang, inilah suatu aba aba bahwa pertandingan sudah boleh dimulai.

    Muntjullah di-tengah2 gelanggang komandan jang lama jang bernama Tjiu Kin, ia mengendarai seekor kuda merah dan mengenakan pakaian kebesarannja jang berwarna kuning keemasan, ditangannia memegang sebatang tombak pandjang Setelah memberi hormar pada Tie Hu, ia lalu mendemonstrasikan permainan tombaknya diatas punggung kudanja ...........

    Djurus2 jang dipertontonkan sangat indah dan bagus, sehingga sorak sorai dari para penonton gegap gempita seperti gunung rubuh Mendengar pudjian dari hadirin ini, Tjiu Kin jang tjongkak dan kepala besar makin sombong ia melarikan kudanja memutari lapangan sambil memutarkan tombaknja dengan gentjar, inilah ilmu tombak jang sangat dandal kan jang disebut, Hay Siang Hong Poo atau angin pujuh jang menerbitkan gelombang raksasa disamodra, terdengar dengan djelas suara berkesiurnja angin dari putaran tombaknja jang menderu-deru. sampaipun Tie Hu djuga ikut mengeluarkan pudjiannja:

    "Bagus, bagus, permainan tombakmu memang bagus dan tidak tertjela, tetapi barang kali dilapangan pertandingan ini ada pula Hoo han2 (orang2 gagah) jang memiliki ilmu tinggi. Hajo siapa jang akan mempertundjukkan keachliannja boleh tampil ketengab gelanggang!"

    Tie Hu lalu melirik kearah Yo Tjie dan memberikan kode supaja Yo Tjie turun kegelanggang. Karena isiarat ini Yo Tjepun tidak sungkan² dan ragu lagi, ia segera menudju ketengah lapangan dan menjemplak kuda hitamnja, iapun setelah memberi hormat kepada Tie Hu lalu melarikan kudanja memutari lapangan sambil mendemontrasikan permainan silatnja, ia bersendjatakan tombak pula ang udjungnja bertjagak. Permainan ini tidak kala hebatnja dengan permainan Tjiu Kin, maka meledaklah sorak sarai dari para penonton jang lebih mengguntur dan memekakan telinga saking kerasnja, pudjian dari mulut orang2 jang tidak tahan lagi membendung perasaannja sangat ramai bagaikan lelang dipasaran bakau.

    Tjiu Kin sangat Kekhie ( mengkal ) menjaksikan kedjadian ini ia lalu mengeprak kudanja memapaki Yo Tjie dan mengadjukan tantangannja: "Hanja mempertundjukan keachlian sadja tidak jukup untuk memutuskan siapa jang lebih unggul dan lebih lihay, bajo ! kita Piebu (bertanding sadja untuk memastikan siapa diantara kita jang lebih kuat !"

    Yo Tjie tidak segera memberikan djawaban, ia menoleh kearah Tie Hu monon keputusan dalam hal ini. Tie Hu sendiri sudah tidak begitu senang terhadap Tjiu Kin jang perangainja kasar, tjongkak dan keras kepala. Maka tantangan ini sangat menggembirakan hatinja, segera sadja ia menjetudjui dan mengandjurkan Yo Tjie untuk melawanaja.

    Mendengar keputusan ini para penonton mendjadi makin tegang dan tertarik, sebab mereka sangat haus akan pertundjukkan setjara duel ini Pengatjara lalu memberikan keterangan tentang sjarat dalam pertarungan ini, kedua udjung tombak masing2 dibungkus dengan kain, dan sekitar tanah lapang itu ditaburi dengan kapur putih Untuk menentukan siapa merang siapa kalah, adalah dihitung dari djumlah tusukkan, kedua diago itu langsung siap berhadap2an ditengah lapangan, kelihat an mereka saling mentjari kelemahan lawan, sesaat mulailah serangan2 dilantjarkan dengan sebat dan berbahaja.

    Mereka berkotet sangat seru se - akan² Siang Tjoa Kun Hoo atau dua ekor ular jang bermain ditengah telaga. dua tiga djam kemudian nampak dengan djelas bahwa pakaian dari Tjiu Kin hampir semuanja penuh dengan petak² putih bekas tusukan2 Yo Tjie. Yo Tje sendiri hanja ada dikaki dan bebo- kongnja jang tidak berarti Pengatjara dan djuri lalu berteriak menghentikan pertandingan ini. Tie Hu lalu mengumumkan bahwa Yo Tjielah jang muntjul sebagai pemenang ! Yo Tije lalu dikenakan djubah merah sebagai kebesarannja dalam kemenangan jang diperolehnja. Tetapi pada saat itu Tjiu Kin masih belum mau minggir, ia merasa tidak puas ia masih berada di-tengah2 lapangan dan mengadjukan tantangan lagi "Aku masih ingin membuktikan kelihayanmu, hajo kita bertarung lagi dengan mempergunakan panah!" Dengan merah padam ia mengadjukan tantangan pada Yo Tje

    Yo Tjie merasa agak mengkal, bukankah ia telah dapat dirubuhkan setjara djelas dan njata, irengapa masih kurang puas. Dalam pada itu sang Tie Hu mendengar dengan djelas kata2 Tjiu Kin, karena memang sudan sangat bosan dan bentji, maka tantang an ini disetudjui: "Yo Tjie boleh kau lajani tantangan Tjiu Kin itu! serunja dengan njaring

    "Bila ada jang tjidera dan mati dalam pertarungan ini siapa jang harus menanggung?" tanja Yo Tjie kepada dj iri dan pengajara

    "Itu adalah tanggungan masing2 peserta dalam pertandingan, djadi tidak usah Tjiang-kun chawatir dalam hal ini, mati atau terluka adalah konsekwensi dari para Hoohan jang ikut dalam udjian ini"

    Karena mengetahui sjarat ini, Yo Tjie lalu mengambil 3 batang anak panah dan ditangan kananoja membawa gendewa, ia mengeprak kudanja ke-tengah2 lapangan untuk melandjutkan pertarungannja lagi.

    Tjiu Kin berputar-putar beberapa kali sambil membidik kearah Yo Tjie. lagakja seperti tentara Monggol jang berburu binatang. Sraaaat!! tiba2 panah itu dilepaskan dan tepat meluntjur kearah dada Yo Tjie. Yo Tjie dengan tenang memiringkan badannja sehingga panah itu lewat sasaran. Tepuk tangan dan sorak sorai berkumandang lagi dengan serunia.

    Panah itu meluntjur terus dan menantjap disebuah papan, Tjrat ! Melihat serangan jang pertama gagal, Tjiu Kin ijepat2 memasang anak panahnja jang kedua, tanpa buang waktu lagi lalu dibidikkan dan dilepas, Seerrrr! Tepar mengarah ketenggorokan Yo Tjie jang sedang dalam posisi miring di diatas pelana kudanja. Para penonton dan djuri mendjadi tegang pada saat ini,

    Tetapi Yo Tjie sangat lihay dan tangguh ia tidak mendjadi gugup, tjepat memelorotkan tubuhnja dan mendekam dibawah perut kuda sehingga panah kedua dari Tjiu Kin pun lolos tidak mengenai sasarannja lagi.

    Sorak sorai sangat riuh, tepuk tangan menggema seperti tangki minjak jang meledak. ....

    Tjiu Kin sangat tjemas sebab dalam pertandingan masing? banja boleh melakukan 3 kali, bila tiga kali lolos berarti tinggal menantikan serangan balasan dari lawan, bila saat itu terkena maka dianggap kalab. Tjepat2 Tjiu Kin memasang anak panahnja jang teracbir, dan menunggu sampai Yo Ijie berada dipunggung kudanja lagi, baru anak panahnja jang terachir, dilepaskan. itu dilepaskan, Seeeerrr! Yo Tjie tenang tenang diatas punggung kudanja menantikan datangnja anak panah itu, ketika sudah berada didepan matanja, lalu dengan kesehatan jang sangat tjepat, anak panah itu ditangkap nja, itulah tipu silat jang disebut Bie Lie Djay Hwa atau wanita tjantik memetik bunga, anak panah Tjiu Kin sudah berada digenggaman tangan kanan Yo Tjie.

    Tiiu Kin mendjublak diatas pelana kudanja, ia sangat kagum dan terkesima, sungguh ia tidak habis berpikir, mengapa Yo Tjie demikian lihay dan berani menangkap anak panah jang meluntjur........ sedang ia terlongong² tiba² terdengar teriakan Yo Tjie jg memberikan peringatan padanja :

    „Awas terimalah panahku!"

    Tjiu Kin sangat takut dan melarikan kudanja, ia sangat sibuk dan kelabakan sendiri.

    Tetapi Yo Tjie tertawa terbahak- bahak, sebab ia tidak melepaskan anak panah sebatangpun. hanja menarik gendewa dan mendjepretkannja

    Mengerti kalau dirinja tertipu Tjiu Kin sangat mendelu dan mengkal sekali. ia menghentikan lari kudanja dan nampak wadjahnja sebentar merah sebentar putjat pasi saking djengkelnja Baru kali ini ia dipermainkan oleh orang.... haja, tamatlah sudah riwajatnja sebagai komandan kota Peiping.

    Yo Tjie lalu memasang anak panah jang pertama dan diluntjurkan kearah Tjiu Kin, Seeerrrr! Tju Kin terkedjut dan tjepat tjepat mengegos, tetapi se-konjong² meluntjur lagi anak panah jang kedua dari Yo jie. seeerrr Tjraaat! kontan ia mendjerit dan rubuh dari atas kudanja, sebab panah kedua ini tepat menantjap dipundak kirinja .......Tjraaaat! Braaak tubuh Tjiu Kin terbanting dengan kerasnja ditanah lapangan.

    Djuri memutuskan Yo Tjielah jang memang dan diangkat sebagai komandan jang baru, dengan pangkat Tee Hak.

    Sorak sorai dari para hadirin sangat ramai dan gaduh.

    Tiba² muntjul dari antara para penonton seorang jang berperawakan djangkung dan tegap, menghadap pada Tie Hu dan minta diperkenankan untuk melawan pada Yo Tjie

    „Bila aku dapat dikalahkan, barulah Tie Hu mengangkatnja sebagai Komandan ko ta Peiping"

    Tie Hu Nio Tiong Siu melihat orang ini adalah gagah dan simpatik, lalu menjetudjui.

    Penonton terpaku ditempat lagi, ingin menjaksikan siapa jang muntjul sebagai pemenang jang terachir.

    Pertandingan dilandjutkan lagi, kali ini Yo Tjie berusaha mati²an untuk merubuhkan lawan barunja itu, tetapi bagaimanapun djuga usaha itu tidak segera berhasil.

    Kebalikannja orang baru itupan merasa sangat kagum atas kelihayan Yo Tjie, sebab hampir seluruh technik kepandaiannja telah ditjurahkan tetapi Yo Tjie masih dapat bertahan dan bahkan melantjarkan serangan jang merepotkan . ...........

    Sampai djam 3 siang hari, melihat masing2 masih berkotet dan seimbang. Gubernur lalu perintahkan djuri dan pengatjara untuk menghentikan pertarungan itu. Kedua-duanja diangkat sebagai Komandan benteng kota Peiping, sebab tidak ada jang kalah maupun menang, djadi seri. Mereka berdua diberikan pangkat jang sama pula jakni Tee Hak

    Pengajara lalu mengumumkan kepada para hadirin, bahwa tahun ini telah ada pengganti komand in jang lama, bahkan dua komandan jakni Yo Tjie dan Sauw Tjiau. Pertandingan untuk mengisi pedjabat komandan telah selesai. Dengan demikian bubarlah para penonton itu dengan hati puas.

    Bintang Yo Tie mulai menandjak, dari orang hukuman kini mendjadi Tee Hak.

    Tetapi apakah ia dapat mempertahankan kedudukannja ini ? Marilah kita ikuti kisah selandjutnja.

    LAUW TONG MENTJARI YAUW KAY
    DIDUSUN TANG KAY TJHUN
    -GUBERNUR NIO TIONG SIU MENGU-
    TIS YO TJIE SEBAGAI PENGAWAL
    PERMATA BERHARGA KEKOTA
    - - - T O N G K I N G - - - -


    „Manakala jang dijtari itu bermutu tinggi
    serta mulia, akan sulit ditjapainja, pan-
    djang djalannja dan banjak akibatnja!”

    [ MUTIARA KATA ]

    Lembaran² daun bambu
    menggerisik sangat njaring
    dari lembah dan lamping pegunungan
    jang menghidjau
    pandangku mendjangkau djauh. . . . .
    tetapi hanya Dia yang kupikir dan ku-
    rindukan.
    Dia jang tertinggal dibelakang.

    Tatkala makan malam, gubernur Nio Tiong Siu nampak sangat gairah, wadjahnja tjerah dan makannja sangat lahap.

    Istrinja membatin pasti suaminja mendjumpai bai2 jang sangat menggembirakan, sampaipun sedang makanpun terwudjudkan djuga, ia lalu mengadjukan pertanjaan dengan aleman :

    „Suamiku, hari ini adakah pemenang didalam udjian sebagai komandan jang baru?"

    Gubernur Nio tertawa puas, sambil mengunjah makanannja ia mendjawab sang isteri: Tidak hanja satu tetapi ada dua, mereka sangat gagah dan dapat kita andelkan. "

    "Hei! Djadi ada dua komandan bara untuk tahun ini ?" istrinja kurang mengerti dan menegas

    "Hehehehh. . . . heheeeh . . ja, ada dua komandan mereka sama2 kuberi pangkat Tee Hak. Nio Tiong Siu dengan riang melahap lagi santapan malamnja. Tetapi tiba2 ia menghentikan makannja dan merenung. Sang isteri mendjadi ber-tanja2 dalam hati, apakah jang sedang dipikirkan oleh suaminja itu.

    "Suamiku, adakah persoalan2 sulit jang sedang kau hadapi dalam pemerintahan tabua ini?"

    "Oh, tidak, ! Hahaaabhaha . . . . hehe eehhh.....

    Aku hanja mempunjai ingatan untuk mengirim bingkisan ulang tahun kepada Papah, Bukankah hari ini djatuh tanggal 8 bulan 6, djadi seminggu lagi adalah hari Shedjitnja (Ulang tabun) Papah. tepat Lak Gwee Tjap Go (igl. 15 bulan 6). Tetapi suamiku, telah ber-kali² kita se lalu gagal, pengiriman itu selalu dirampok ditengah djalan Aku mendengar bahwa tahun ini bahkan perampokan² dan garong² lebih mengganas, dan jang lebih menakutkan apa jang disebut gerombolan dari gunung Lang San, mereka rata memiliki ilmu silat jang tinggi, dan kalau kita berhadapan dengan mereka, tudaslah seluruhnja, baik harta maupun njawa.

    Istri Nio Tiong Siu agak berkeberatas dan mengotjeh pandjang lebar tentang keadaan djaman sekarang jang kajau dan penuh kedjahatan, dimana-mana perampok dan penggarongan meradja lela. Tetapi suaminja malahan tertawa ter-gelak² :

    „Hahahaa.. haahaahahh.. istriku memang nasehatmu jang terlalu ber-hati² ītu sa ngat baik Tetapi untuk pengiriman kali ini pasti berhasil pasti berhasil dengan baik. Kau tahu siapa Yox Tjie itu ? Ia adalah bekas komandan angkatan laut bawahan Ko Tjiung kun. Maka aku bern aksud mengangkatnja se bagai pengawal didalah pengiriman bingkisan ulang tahun Papah la berbugee tinggi dan adjudjur. Bagaimana pendapatmu?

    „Tetapi suamiku engkau harus sertakan serdadu² jang berdjum an besar untuk memperkuat pengawalan ini

    Sang istri masih djuga sangsi dan memberikan advis kepada suaminja,

    „Ja, ja, ilu nanti akan kuatur se-baik² nja, namun setudjukah kau dalam hal ini istriku ? Nio Tiong Siu bertanja lagi.

    „Akupun menjetudjui kau suamiku, barangkali pengiriman kali ini akan berhasil dan bisa sampai pada Papah."

    „Hahahaaah..... haaaahaa.....semoga semoga haaaahhaa...."

    Malam telah larut, suami istri itu lalu beristirahat dengan hati lega dan puas.

    Kira² sedjauh 300 Km dari kota Peiping. terletak seoul kota jang dahulunja tenang dan tenteram, karena menijirikan kota pedusupan jang sebagaian besar penduduk nja adalah para pedagang ketjil dan petani. Kota ini adalah SANTONG.

    Kini Kota ini tidak lagi mendjadi sebuah panorama jang mengasjikkan dan tenteram damai seperti sediakala, tetapi dimana- mana setiap malam harinja selalu diadakan operasi dari para peronda dan keamanan negeri untuk menjari apa jang disebut gerombolan dari gunung Liang Sand dan negerinja.

    Memang pada saat inilah Hohan² (Kesatria² Liang San memulai aksi²nja, mereka mulai berdjoang untuk memikirkan nasib bang sa dan negerinja Bihkan hergerak bukan karena pedjolak dari dedaunan pepot onnan didusun SANTONG jang menawan hal itu, tetapi oleh gelaran hati nurani untuk berdjuang demi tertjapanja suatu keadilan dan kebahagiaan hidup jang sebenarnja, Betapa mereka tidak berdjoang pada saat sekarang ini ??? Lihat ! dipinggiran2 perbata san negeri Song. bangsa asing telah bergerak untuk mendjamah wilajah negeri Song jang indah permai, subur dan kaja.

    Itulah memang sifat da i negeri² pendiadjah, jang ingin menguasai negeri lain dan mengeduk kekajaannja . . . . . . . . Mereka didorong oleh nafsu, keinginan, tjita usaha, ketjenderungan. tjara untuk menguasai dan mempengaruhi rumah tangga negeri tetangga, melantiarkan tjengkeraman kuku²nja keluar pagar untuk mengeruk keuntungan sebesar²nja tanpa memikirkan nasib bangsa jang ditjengkeramnja.

    Maka adalah sudah sepantasnia bila kesatria² jang tjinta negeri dan bangsanja seperti Hoonan2 gunung Liang San tiba saatnja untuk memulai perdioangannja.

    Kota SANTONG ini dibagi mendjadi dua bagian, sebelah Timur disebut Tang Kay Tjhun dan sebelah barat disebut See Kay Tjhun. Permatasan dusun2 ini ditandai dengan tanam an2 pepohonan jang ber-deret2 memagari sebagai pemisah kedua wilajah itu, Pepohonan² ini namanja pohon² Siang jang dedaunannja merah seperti darah.

    Pada saat ku gubernur kota SANTONG bernama Sie Bun Pin kantorannja terletak di kampung Tjee Tjin daerah Kun Sing kota SANTONG Gubernur Sie memerintahkan dari kepolisian setempat untuk mengadakan operasi setiap malam harinja sebabs garo holan Liangan mulai mengganas dan membahajakan keamanan negeri.

    Ada dua menteri polisi masing² bernama Tjiu Tong dan Lue. Heng berkuasa dikota SANTONG Kedua menteri itu, melaksanakan perintah sang gubernur, setiap malam Dia mengerahkan puluhan patroli untuk mengadakan operasi keliling. Dan untuk bukti bila mereka telah operasi dan mendjalankan tugas sampai diperbatasan, adalah apabila mereka telah dapat memetik daun pohon Siang Jang daunnja merah seperti darah.

    Pada malam ini menteri polisi Lue Heng mendapat giliran untuk bertugas membawa anak buahnja mengadakan ronda dan pendjagaan keamanan kota. Hawa udara malam ini sangat panas dan angin bertiup sangat keras, sebab djatuh musim Hee (musim panas), bintang jang djumlahnja takaan ber-kelip² memandjarkan sinar jang djetaka dan diracuis seakan mata dari pemuda 2 nakal jang menggoda kaum putri sebentar ber-kedip² kadang guram, kadang terang, sangat kotjak dan mengasijkan...

    Menteri polisi Lue Heng bersama 20 anak buahnja dengan pakaian tangkas dan persendjataan lengkap mengadaka operasi keliling kota Kira² djam 2 malam tibalah mereka di perbatasan dan untuk bukti pada atasan mereka memetik daun. Siang jang warnanja merah dara itu sebagai bukti kalau mereka telah mendjalankan tugas sampai diperbatasan.

    Djam 1 tengah malam, rombongan Lie Heng kembali kepusat kota untuk beristirahat. Tiba² didalam perdjalanan pulang itu mereka melihat sesuatu jang mentjurigakan Di hadapannja nampak sebuah ku tua jang hiasanja pintunja tertutup karena tak berpenghuni pintu itu terpentang lebar dan dari dalam terdengar suara orang tidur menggeros.

    Menteri poisi Lue Heng tjepat² memberi aba² anak buahnja untuk bersiap siaga dan mengadakan pengepungan setjara seksama.

    „Awas! ber-hati²lah barangkali jang berada didalam adalah anggota gunung Liang San, siapkan sendjatamu kalau tidak ingin mati konjol ! Ketahuilah bahwa gerombolan dari setiap anggota Liang San pasti memiliki ilmu silat jang tinggi, maka ber-hati²lah ! Hajo kita madju berbareng dan menjergapaja bersama-sama !"

    Lue Heng dengan berhati-hati sekali berdjingkat² madju memimpin anak buahnja mengadakan penjergapan. ia berdjalan sambil berdjindjit seperti kaki kutjing jang mengintai seekor tikus. Setelah dekat dengan jelah² dinding papan jang bengkah, Lue Heng lalu mengintip kedalam.

    Didalam ruangan kuil tua jang banjak sawang dan kotoran itu terlihat seorang anak muda jang tububnja kekar kuat, sedang tidur dibawah medja sembahjang, badju atasnja dibuka sehingga kelihatan dengan djelas dadanja jang berbulu, bidang dan kokoh kuat. Ia sedang enak² tidur beralaskan batu pegunungan jang besar. Menjaksikan keadaan sematjam ini Lue Heng mendjadi heran dan bet tanja² dalam hati:

    „Siapakah pemuda itu, rasanja orang asing diketahui.

    Ssssst! mumpung ia lagi tidur pulas hajo kita terdjang dan meringkusnja! Perintah Lue Heng kepada anak buahaja.

    Dan segera sadja anak buahnja jang berdjumlah puluhan orang itu meluruk masuk dan menubruk pemuda asing jang sedang enak² ti dur itu, tanpa tanja? merah atau biru, tubuh pemuda itu terus sadja diikat dengan tali? jang kuat.

    "Hajo kita seret dan bawa kekelurahan dulu jang terdekat, baru setelah terang tapat kita antarkan kekantor Pengadilan !" Lue memerintahkan anak buahnja membawa pemuda asing itu kekantor kelurahan.

    Kira² berdjalan satu setengah djam sampailah mereka dikelurahan. Pedjabat luran dusun Tang Kay Tjhun pada waktu itu adalah Yaw Kay, seorang jang berdjiwa bersih dan suka memberikan pertolongan kepada siapapun jang sedang didalam kesusahan. maka namanja di segani dan dihormati oleh segala lapisan masjarakat SANTONG.

    Lue Heng lalu mengetuk pintu kantor kelurahan jang pagi buta itu masih terkuniji dengan rapat.

    "Tjhun Tiang. (pak lurah)! Tolong dibukakan pintu, malam ini kami telah dapat menangkap seorang berandi ganung Liang San, harap ditahan disini dulu, tunggu sampai terang tanah baru kita bawa kepengaidilan negeri bo Lue Heng memohon pada lurah dusun itu.

    Pintu kantor kelurahan segera terbuka dan muntjullah furüh desa Yaow Kayrjang membukakan pintu dari mempersilahkan mereka masuk Ada urusan apa sampat pagi buta ini membangunkan kami? tanja Yauw Kay dengan kebingungan. Bu dusun.

    "Oh. maaf maat Tihun Tiang, malam ini kami telah dapat menangkap seorang pemuda asing, mungkin dia adalah salah seorang anggota gerombolan gunung Liang San. "

    Lue Heng memberikan keterangan dengan djelas.

    „Baik kau bawake belakang dan masukkan kedalam kamar tahanan. Dan Lue Tjiangkun kau boleh beristirahat bersama anak buahmu, aku perintahkan Lauw Liu Bapak Liu untuk memasak air dan nasi goreng, Hajo silahkan masuk, silahkan masuk!

    Yauw Kay lalu masuk, sesaat kemudian keluar lagi, katanja.

    „Lue Tjiangkun silahkan menanti, aku akan buang air kebelakang sebentar."

    Yauw Kay lalu bergegas masuk kembali. Lue Heng dan anak buahnja lalu membawa pemuda asing itu kekamar belakang, setelah mengunji kan pintunja, mereka kembali kekantoran depan duduk² sambil menantikan reagnia tanah.

    Sesaat keluarlah Lauwliu jang menghidangkan teh hangat dan nasi goreng.

    „Silahkan tjuwei makan minum dahulu, Pak luran sedang buang air dibelakang, tidak usah menunggu, menunggu, nanti makanannja mendjadi dingin. Mari mari silahkan !"

    Bapak tua Liu itu dengan ramah minta tamunnja makan minum mumpung masih panas. Lue Heng lalu memelopori anak buah nja melahap nasi goreng terlebih dahulu, sambil mengunjah ia berkata :

    „Haija, masakan pak tua itu sangat enak, Hajo kita sarap nanti dingin dan kurang lezat. "

    Anak buahnja tidak menantikan komando jang kedua kalinja, lalu menjerbu hidangannja sampai bersih.

    Yauw Kay sehabis membuang air ia mengambilkan handuk untuk mandi Kamar mandi dikelurahan itu berdekatan dengan kamar tehanan, maka tatkala Yauw Kay melewan kamar tahanan dan melihat mata pemuda asing jang memantjarkan sorot tadjam itu. la mendjadi tertegun dan merandek, tegurnja "Siapakah kau? Berasal dari mana kah kamu tjoba terangkan asal usulmu pada ku, mungkin nanti aku dapat menolongmu!

    kata Yauw Kay dengan suara jang pelan se Pemuda asing itu memandang kearah Yauw Kay dengan tadjam, sesaat barulan membentan djawabanja "Aku bernama Lauw Tong, berasal dari kota Tongking. Aku datang kedusun Tang Kao Tjhun ini untuk mentjari seseorang jang bernama Yauw Kay karena sesuatu urusan jang sangat penting.

    Tetapi ah... karena terlalu banjak minum arak sehingga aku mabuk diperdjalanan, aku sadar tatkala itu masuk kekuil tua diperbatasan dusun ini dan tidur Tahu² aku telah diringkus polisi² peronda dan dibawa kemari ini Bapak tolong berikan bantuan padaku." Pinta Lauw Tong dengan penuh harap. Yauw Kay mendjadi bertjekat hatinja. sebab pemuda ini datang kedusunnja untuk menjarinja dan ada suatu urusan jang sangat penting. Urusan apakah itu ? la menjebutkan dirinja:

    "Aku jang bernama Yauw Kay dan mendjabat sebagai lurah desa Tang Kay Tjhun ini. Aku akan menolongmu anak, nanti bila terang tanah dan Lue Heng akan membawa mu kekantor pengadilan negeri, aku akan ikut mengantar keluar, dan pada saat itulah kau boleh berteriak memanggilku paman De ngan demikian Lu: Heng pasti akan membebassumu. Nah, aku mandi dulu.

    Lauw Tong sangat girang sebab ternjata orang jang dijarinja ada dihadapannja, ia - meng-angguk²kan kepala dengan hati lega.

    Yeuw Kay lalu jepat² masuk kekamar mandi, selesai mandi ra mendapatkan Lue Heng dan anak buahnja jang saat ini sudah rampung makan minumnja. Menampak Yauw Kay keluar dan hari telah mulai terang. Lue Heng berdiri dan minta pada Yauw untuk membawa pemuda asing itu kekantor pengadilan negeri.

    Tjhun Tiang sangat berterima kasih atas segala kebaikanmu, kami telah mendahului makan minum sampai kenjang. Kini hari telah mulai terang, kami akan berangkat kekota dan membawa pemuda asing itu bersama-sama.

    „Baik, baik, silahkan" Yauw Kay dengan wadjah biasa mempersilahkan Lue Hengvdan anak buahnja membawa pemuda asing itu,

    Pintu kamar tahanan dibuka, suara seseorang jang diseret karena dipaksa berdjalanvterdengar dengan tegas, karena langkah kaki terseok-seok dan berat Setelah tiba diluar Lue Heng lalu menghatur terima kasih lagi pada Yauw Kay dan mohon din untuk segera berangkat.

    Tetapi pada saat itulah terdjadi suatu drama jang tidak di-sangka² oleh menteri polisi Lue Heng. Sebab tiba2 sadja pemuda asing itu berteriak dengan suara njaring;

    „Paman, paman Yauw Kay! Sudah lama kita tidak berdjumpa, ibu berpesan untuk menjampaikan satamnia Aku baru tadi malam tiba didusunini, dan belum sempat menemui paruan karena mabuk ditengah djalan. Kini Siauwtet (Keponakan) tidak mengerti apa2 telah ditangkap dan dibawa kemari, sungguh girang kini dapat bertemu dengan paman. Lue Heng mendjadi terheran liat sebab ternjata pemuda itu adalah keponakan Yauw Kay. Tjepat² ia turun dari kudanja dan melepaskan tali jang mengikat tubuh Lauw Tong dengan tangannja sendiri. Kemudian ia menghadap Youw Kay untuk memohon maaf :

    Sungguh aku harus didjatuhi hukuman karena sembarangan menangkap orang. Tjhun Tiang aku mohon maaf atas kesalahanku beserta anakbuahku ini. Lue Heng dengan me nundukkan kepala meminta maaf pada Yauw Kay.

    Yauw Kay sendiri seakan² begitu girang melibat keponakannja jang lama tidak ketemu kini muntjul dihadapannja setiara kebetulan,

    Ja lalu djuga menghampiri dan menepuk nepuk pundak Lauw Tong serta menanjakan ke selamatan keluargania: „ Apakah ibumu serta adik² baik²? Hiantit [keponakan ]. oh kau telah mendjadi demikian besar dan gagah. aku sampai² hampir tidak akan mengenalimu lagi, bila kau tidak memanggilku. Mengapa kau sampai ditangkap? Bagaimana peristiwanja jang sebenarnja? Apakah kau main djudi dan mengamuk sehingga mengganggu ketenteraman sampai chilaf kata? Yauw Kay seperti sang paman menghardik terhadap kepo nakannja sendiri.

    Lauw Tong lalu mentieritakan satu persatu, Achir kisahnia ia berkala dengan nada sengit serta melotot terhadap Lue Heng:

    Hendaknja kau tidak sembarangan me nangkap orang, bukankah untuk pendapat itu harus disetahui terlebih dahulu akan bukti²nja jang lengkap? Bikin katjau dan se-wenang² sadja “ Aku mohon maaf pula kepadamu Siuaw lian (anak muda ), karena keadaan sekarang ini banjak sekali gangguan² dari berandal² gunung Liang San, maka tugasku sebagai keamanan desa ini harus sangat ber-hati². Ketahuilah berandal² itu atjapkali datang kedusun ini mengadakan penghadangan terhadap pedjabat² jang lewat ataupun saudagar² jang kaja untuk dirampoknja. Maka semalam aku melihat engkau adalah orang asing didusun sini, maka telah kutangkap untuk diadakan pemeriksaan .....” Lue Heng dengan muka merah kemalu²an menerangkan pada Lauw Tong.

    “Sudah, sudahlah, jang sudah biar tidak diungkat-ungkat lagi, mari silahkan masuk Lauw Tong beristirahatlah dahulu, karena kau baru sadja menempuh perdjalanan jang djauh. Lue Tjiangkun terima kasih atas segalanja ini, kau telah mengantarkan keponakanku kemari dengan selamat, djerih pajahmu ini tak akan kulupa, hahaaa ... hahaa mari² Lue Tjiangkun kita makan minum lagi untuk menjambut Keponakanku jang bengal itu! Hahahaaa.... hahaaa.... „ Yauw Kay dengan sikap wadjar dan penuh keriangan mengadjak Lue Heng makan minum lagi.

    Tetapi Lue Heng sendiri merasa sangat malu dan serba salah, ia ingin tjepat² sadja meninggalken kantor kelurahan itu, maka cepat² ia menolak adjakan itu :

    „Terima kasih, terima kasih Tjhun Tiang, aku harus segera datang kemarkas untuk mengadakan laporan sebab hari telah ang. Nah, kami mohon diri.

    „Lue Heng lalu memberi perintah kepada semua anak buahnja untuk segera berlalu.

    Yauw Kay lalu mengangsurkan 5 tail mas kepada Lue Heng:

    Lue Tjiangkun pakailah dengan anak buahmu minum² arak untuk menghangatkan badan. terimalah djangan sedji² (malu²/ sungkan). „ Uang itu dengan paksa dimasukkan kedalam saku Lue Heng.

    Karena tjepat2 ingin angkat kaki, maka Lue Hengpun segera menghaturkan terima kasih dan ber-sama anak buahnja meninggalkan kantor kelurahan itu. Sesudah polisi? itu berlalu, tjepat2 Yauw Kay masuk kebelakang dan menemui Lau Tong untuk menanjakan urusan jang dikatakan sangat penting itu :

    “ Urusan apakah kirania jang akan kau sampaikan kepadaku saudara Lau Tong? Tjo ba Terangkan segera! “ desak Yauw Kay.

    “ Beberapa hari lagi didusun sini akan lewat iringan dari kota Peiping [Pakhia] jang membawa intan berlian kira2 1000 butir. Barang ini adalah dari gubernur Nio Tiong Siu jang akan dikirimkan kepada bapak mertuanja Tjoa Thay Su, dikota Tongking. Ketahuilah Yauw Siok² [ paman Yauw ], barang² berharga ini akan tidak berguna bila sampai ditangan Tjoa Thay Su, paling² akan disimpan sadja didalam gudangnja. Maka aku diutus kemari untuk memberi kabar pada Siok² [ paman Yauw ], barang2 itu untuk sebagian dibawa ke Liang San, sebagian lagi didjual dan di-bagikan kepada rakjat jang menderita. Hal ini baus kita lakukan, sebab barang² itu asal usulnja dari rampasan2 beslahan2, dan korupsi, barang itu harus kita rampas sebab barang2 itu harus kembali kepada rakjat, bukankah ini adil? Hahahaa... hahaaaaaaa. . . . "Lauw Tong tertawa gelak2.

    "Hiantit, djangan keras? tawamu, ingatlah semua dinding dan tembok mempunjai mata dan telinga. Dalam urusan jang penting ini hendaknja kita berlaku waspada dan berhati-hati. Baiklah kau beristirahat dahulu dikamar tengah itu. Soal ini akan kurenungkandalam².

    Nah, istirahatlah. kau boleh tidur se puas² mu. Aku akan mengadakan pemeriksaan laporan2 harian dikantor depan. "Yauw Kay lalu bergegas meninggalkan kamar tengah itu.

    Lama Lauw Tong berdiam diri, achir2nja timbul ingatannja untuk membalas sakit hati nja terhadap menteri pulisi Lue Hong jang telah berlaku kepadanja demikian kasar, sampai? bekas ikatan jang erat2 itu masih terasa ngilu dan sakit. Maka ia segera melontjat dari djendela dan menjusul Lue Heng untuk mengadakan pembalasan

    Belum ada seperempat djam Lauw Tong berlari2, sudah tersusullah rombongan Lue Heng itu tepat diperempatan djalan dusun Tang Kay Tjhun. Lauw Tong dengan suara njar.ng lalu meneriaki Lue Heng:

    "Hei, berhenti dahulu! Berhenti dahulu!" serunja dengan masih berlari.

    Lue Heng mendengar teriakan ini mendjadi bingung, ia berpikir dalam hati, ada urusan apakah sehingga pak lurah memanggilnja lagi. Setelah Lauw Tong datang dekat se gera Lue Heng madju kedepan dan bertanja :

    "Apakah Tjbun Tiang memerintahkan kau untuk memanggilku?" tanjanja dengan sopan dan ramah.

    Tetapi Lauw Tong mendelik dan menjahut dengan kasar :

    "Aku akan meminta uang pamanku jang berada dalam sakumu itu!"

    Lue Heng tahu bahwa pemuda ini akan mentjari gara2 karena sakit hati telah ditangkapnja semalam. Maka dengan sabar ia membalas kata2 ini dengan tersenjum :

    "Siauwlian, pamanmu telah memaksanja memberikan uang ini padaku sebagai hadiah. Kau tidak ada hak untuk memintanja kembali. Hahaaa . ., hahaa ......" Lue Heng nggeledek dan tertawa keras².

    Lauw Tong tahu bahwa dirinja akan di permainkan mendjadi naik pitam:

    Kau kira aku tidak dapat merubuhkanmu? Kau belum kenal siapa aku sudah mempermainkan Ha ?" Balas Lauw Tong dengan mengkal.

    "Hahaa.... hahaaa.... memang betul, sebaiknja pagi hari ini kita main 2, supaja hangat badannja... huhaa hahaa kalau dapat merubuhkan aku, baiklah uang dari pamanmu ini kukembalikan untuk uang djadjan, hahaaaaa.

    Anak buah Lue Heng meledak tertawa semua, sehingga Lauw Tong makin sengit dan tak dapat lagi membendung rasa hatinja, ia sangat beremosi dan langsung menghantam kepala Lue Heng dengan ilmu serangan Thay San Ap Ting atau gunung Thay San rubun menutupi tanah. Kedua kepalaja tepat mengarah kekepala Lue Heng. Lue Heng mengegos kesamping dan balas menjerang dengan tipu Lie Hie Thoo Tiu atau kan kutuk memuntahkan anaknja, sambil lontjat lontjat berbareng udjung djarinja tuk ( menotok) kebagian iga Lauw Tong jang terbuka.

    Lauw Tong bukannja anak kemarin sore, ia tidak mendjadi gugup, tjepat2 melambung tinggi dengan tipu Pek Hoo Tjhong Thian atau Bangau Putin menembus, kedua tangannja berbareng melakukan serangan dengan di renteng lebar 2, inilah ilmu silat jang disedut Pek Hoo Tiang St, Bangau Putih mengelar sajapnja, djari2 dari Lauw Toug tepat menjerang kebagian mata dan kakinja mendupak keuluhati Lue Heng jepat 2 menggulingkan tubuhnja dengan tipu silat jang disebut Pek Be Wan Sa atau kuda putih bergutung ditanah.

    sepasang kakinja menendang berturut-turut [Lian Hwan Iwee That] kepinggang dan da da. Lauw Tong dengan gesit dan sehat mendekkam badan, sepasang tangannja siap menerima serangan ini dengan tipu si at Pek Kauw Tauw Thoo atau Monjer putih mentjuri buah Thoo tangan jang satu menangkis sedang jang lain njelusup weselangkangan dan akan memen tjet bagian jang vital

    Lue Heng amat marah serangan ini adalah serangan jang ganas dan mematikan, suatu serangan bukan main2, tetapi kedjam.

    Ia jepat2 bergulingan untuk menghindarkan serangan ini dengan tipu silat jang disebut Toa jou Wan Sins atau ular betur nimba Bikkan tubuh. kemudian sepasang kakiaja mendjedjak dan mendugak kemuka kawan.

    Tipu serangan ini kalau dilihat orang seperti ngolet (menggehat) diterapa udur. Tetapi bagi jang mengerti, wah, technik, ini sungguh bagus dan dahsjat, kontan anak buah Lue Heng mendjadi berseru dan ber-sorak² memudjinja. Lauw Tong walaupun serangan²nja berulang kali selalu gagal, ia tidak mendjadi keder, ia melomijat tinggi dan melewati tubuh Lue Heng jang bergulingan disanah, dan dalam melonajat itu iapun membalas dengan melantjarkan serangan jang disebut Kim Ing Tjie Ie atau garuda mas mematuk ikan, tangannja menjabet dan menjengkeram bagian leher (urat besar) dari lawan. Lue Hong jepat² meledjit dengan ilmu Lie Hi Ta Ting atau ikan gabus meletik, meledjit dan siap menerima serangan dan akan membalas lagi ... sedang mereka bertarung dengan sengitnja ini, tiba² terdengar suara jang sangat berwibawa menghentikan perkelahian itu :

    "Berhenti Hentikan perkelahian itu? " Suaranja menggetar dan seketika perkelahian itu mendjadi terhenti.

    Lue Heng dan Lauw Tong menoleh datangnja suara itu. nampaklah dipinggiran djalan berdiri seorang jang sangat gagah, tinggi legap, dipinggangnia terselip sepasang rujung be si (Thie Pian) Pakaian jang dikenakan terdiri dari sutera halus jang indah dan mewah, wadjahnja diernih dan simpatik.

    Orang itu datang mendekati Lauw Tong dan memarahinja :

    "Kau anak muda jang tidak sopan, mengapa kau berani kurangadjar terhadap Lue Tjiangkun? "

    Lauw Tong tjepat² menangkis kata² itu dan menerangkan sebab musababnja. Lue Heng pun jepat² menangkis kata² itu dan menerangkan sebab musababnja. Lue Hengpun tjepat² menjeritakan hal ichwalnja Masing² mentjari kebenarannja sendiri2, djadi berlangsung lah adu mulut jang sangat riuh. Orang itu lalu mendorong keduanja kesamping.

    "Aku bernama Go Yong bergelar Tjhit Too Sing. Kalau engkau keponakan Youw Kay kebetulan sekali, aku kenal baik pada pamanmu itu, hajo hantarkan aku kerumahnja dan sudahlah perkelahian jang tidak berguna initanja dengan tenang.

    Lauw Tong tetap berdiri ditempatnja karena merasa belum puas kalau belum dapat merubuhkan seorang anak muda dinadapannja ini. Keduanja madju mendekat lagi dan ber-siap² untuk bertarung.

    Masing2 memelotorkan matanja, dan napasnja memburu karena meluap amarahnja.

    Pada saat itu dari arah barat mendatangi Yauw Kay jang berdjalan dengan tergesa², begitu sampai ia segera mendamprat kepada Lauw long :

    „Kau djangan begitu kasar dan kurang adjar kepada Lue Tjingkun, hajo minta maaf pada beliau !'

    Terpaksa Law Tong mundur dan berdiam diri.

    Yauw Kay mendekati Lue Heng dan memintakan maaf :

    „Maafkan keponakanku jang bengal dan bandel ini, sungguh nakal dia, sedjak ketji memang kegemarannja berkelahi."

    „Tak apa, tak apa, anak muda sekarang memang kuat² sampai aku hampir dirubuhkan.

    Kata Lue Heng dengan merendah.

    Yan Kay lalu berpaling kearah Go Yong dan menguapkan terima kasihnja, karena ia lah jang memisabkan pertarungan itu :

    Aku mengutjap terima kasih pada Loheng jang telah bertapai lelah memisahkan pertarungan ini Tegur Yauw Kay.

    "Oh, sudah mendjadi kewadjiban manusia jang hidup didunia ini, bila melihat persengketaan kita harus menjelesaikannia bukan? Aku melihat keponakanmu duel mati²an dengan Lue Tjiangkun, maka kupisahkan Tetapi kata2ku udak didengar, bahkan mereka ber-siap² untuk bertempur lagi. Untunglah Yaw bun Tiang datang, hahaaa ..... ahahaaa, ahaaha .... kalau tidak mereka akan tjaksi²an lagi, haaaa!..." Go Yong tertawa ter-gelak²

    Lue Heng tidak enak hati lama2 tinggal disitu, ia lalu berpamit dan meninggalkan mereka bertiga.

    "Mari. Gosian sing tuan Gomampir kegubugku, kita landjutkan omong² disana!" adjak Yauw Kay.

    "Memang aku datang ingin mentjarimu, maka kebetulan sekali Yauw Tjhun Tiang. me manggilku, hahaaa.ahahaaa ....." Kembali Go Yong tertawa ter-gelak2.

    Mereka bertiga lalu menudju kekelurahan. Sampai dikantoran Yauw Kay lalu mempersilahkan Go Yong dan Lauw Tong masuk keruang tengah. Pesta diadakan untuk mendjamu mereka, hidangan jang d sadjikan amat banjak, disamping sate kambing djuga buah²an jang ber-madjam².

    Dalam makan minum itu Go Yong membuka suara :

    "Yauw Heng kereta2 bingkisan itu memakai merek SING SIN KONG jang berisi ribuan butir mutiara, berlian dan barang barang berharga. Asal usul barang ini mungkin Yauw Heng belum mengetahui, adalah ba rang² sitaan, hasil korupsi, dan barang² rakjat jang lebur dalam penggadaian Kita harus men jegat dan merampasnja untuk kesedjahteraan rakjat jang menderita, akan tetapi ba nja kita bertiga sadja tidak mungkin akan ber hasil Sebab aku mendengar bahwa pengawal barang² berharga itu bekas seorang komandan angkatan laut jang berbugee tinggi dan amat lihay. Sedikitnja kita harus mengumpulkan orang² kuat jang berdjumlah 7 atau 8 orang

    Yauw Kay manggut² dan ikut menambah kata² Go Yong itu dengan ber-sungguh²:

    "Go Siansing, semalam antara djam 3 akupun bermimpi jang sangat aneh Didalam impianku itu aku melihat dilangit nampak 7 bintang bersiuar terang, dan tatkala kuteliti lagi masih ada satu bintang ketjil dipinggiran jang sinarnja amat tjemerlang, apakah arti impianku ini,"

    Yauw Kay meminta nasehat dan pertimbangan pada Go Yong. Lauw Tong mendengarkan pertjakapan itu dengan asjik lalu menjeletuk :

    „Memang betul memang betul Siauwtit " Kata Go Yong sambil manggut².

    „Bila demikian kita harus segera mentjari sauara² jang dapat kita adjak bekerdja sama dan tahu betul² akan djiwanja

    Sebab ini adalah usaha besar, diangan sampai 'kita nanti gagal" Kata Yauw Kay dengan suara ber-hati²

    Iring²an itu akan lewat dusun sini kira² 10 hari lagi, maka kita harus jepat² mempersiapkan diri. Yauw Heng aku akan mentjoba untuk pergi kekaki gunung Liang San, disana ada tinggal sababat' kentalku jang dapat diandalkan, mudah²an mereka mau bekerdja sama dan membantu usaha kita ini." Go Yong bersedia menijarikan tenaga jang dapat diadjak bekerdja sama. Mendengar kata2 Go Yong ini Yauw sangat girang sampai ia berdjingkrak dan berdiri dari tempat duduknja:

    "Hendaknja Go Sian sing segera mengatur rentjana im baik².

    Kita persiapkan seekor kuda untuk Go Siansing lebih tjepat lebih bagus, sehingga lebih pagi saudara² kita berkumpul disini akan lebih memudahkan uutuk kita berunding dan melaksanakan langkah selandjutnja." Yauw Kay lalu masuk keruang belakang.

    “ Lauw Hiantit, untuk kawan jang dua lagi boleh kita tjari besok.

    Aku akan segera berangkat kekaki gunung Liang San menemui sahabat2 lamaku. Mungkin perdjalananku ni akan memakan waktu 3-4 hari. Selama ini baiklah Siauwait membantu Yauw Heng dan menanti disini. Nah, aku akan berangkat !“

    Go Yong terus sadja berdiri dan masuk kebelakang menjusul Yauw Kay.

    Lauw Tongpun ikut masuk keruang belakang. Dihalaman belakang nampak Yauw Kay menuntun kudanja sendai untuk diberikan pada Go Yong.

    „ Pakailah kudaku Go Siansing. kuda ini sedjenis Tjhian Li Ma, larinja boleh djuga. “ Tali les kuda itu lalu diangsurkan pada Go Yong.

    Go Yong menerima tali les kuda itu dan menuntunnja keluar. Sampai didjalan sebelum ia mentjemplak kudaoja, ia berpesan lagi pada Yauw Kay ;

    „ Aku akan kembali kira² 3 bari, selama ini harap Yauw Heng berusaha dan memikirkan takuk² apa jang harus kita djalankan. Nau, sampai ketemu lagi !“

    Tububnja diendjot dan begitu ia berada dipunggung kuda, segera digentak tali les itu. Melesatlah kuda itu lari tjepat seperti anak panah terlepas dari busur lajaknja.


    ***

    GO YONG PERGI KEDUSUN TJIOOK
    HAP TJHUN UNTUK MENEMUI 3
    — — — SAUDARA WAN — — —

    KONG SUN SING
    SEBAGAI BINTANG JANG
    KEDELAPAN DATANG MELENG-
    -KAPI GABUNGAN YAUW KAY C.S.-

    ****



    Telaga berbuih permai ditjerah matahari.
    Gunung beruap mempesona dalam hudjan.
    Ingin kubandingkan See Auw dengan See Si (Prempuan Tjantik Djaman Tjhun Tjhiu).
    Bersolek maupun tidak, ia tetap tjantik!

    „Baik buruknja peristiwa jang menimpa diri kita tentu ada sebabnja. sedangkan sebabnja itu bersumber dalam diri kita sendiri!“

    (MUTIARA KATA)

    Siang malam Go Yong melarikan kudanja tanpa banjak beristirahat, sebab untuk mengedjar waktu. Bila sedikit terlambat maka akan gagallah usaha jang maha besar itu.

    Beberapa dusun telah dilalui. sawah ladang diterdjangnja. hutan² diterobos untuk mentjari djalan sidatan [djarak dekat] mentjapai dusun Tjiook Hap Tjhun.

    Sambil mengendarai dan nongkrong di atas pelana kudanja itu, melajanglah pikiran Go Yong kepada keadaan djaman jang katjau balau ini. Djaman keradjaan Song sekarang keadilan dan kebenaran telah dikalahkan oleh kelemahan dan keganasan . . . . . . Tetapi Tuhan tidak buta! Tuhan Jang Maha Besar Maha mengetahui dan Maha Pengasih! . . . . . oleh sebab itu sebagai rakjat ketjil harus kuatkan hati, teguhkan iman dan tetapkan pikiran kita untuk djalan didjalan jang berlandaskan kebenaran dan keadilan . . . .

    Pada saatnja, ja pada suatu masa pastilah kelaliman dan keganasan akan djatuh, akan tumpas dipermukaan bumi ini!

    Kebenaran akan tjemerlang kembali! Dengan melajangkan lamunan ini Go Yong mendjadi tambah bersemangat, kudanja kali djambuknja untuk mempertjepat ladju larinja.

    „Aih, hajo, hajo tjh.... tjh.... heerrr heerrr Husbee.

    Hajo kudaku, lari lebih tjepat lagi tjepat lagi supaja segera sampai ketempat tudjuan!“

    „Jaaak . . . jaaak jakkk hajo lari lebih tjepat lagi!“ Go Yong menggentak gentak les kudanja dan binatang tunggan itu se-akan2 terbang lajaknja . . . . . .

    Dua hari dua malam, sampailah sudah Go Yong didusun Tjiook Hap Tjhun, sebuah dusun jang letaknja tepat dipinggiran pegunungan Liang San.

    Disana tinggalah 3 saudara Wan jang hidup rukun. mereka bersaudara setiap hari kerdjanja adalah menangkap ikan sebagai mata pentjahariannja.

    Rumahnja terdiri dari dinding² bambu dan beratapkan daun2 kelaras kering, sangat sederhana dan bersahadja, namun penghuni²nja adalah orang² gagah jang berdjiwa djantan djudjur. Mereka bertiga tinggal berama ibunja jang landjut usianja tinggal dengan tenteram tenang dan damai.

    Penduduk jang tinggal didusun Tjiook Hap Tjhun itu boleh dihitung, rumahnja hanja berdiri beberapa puluh sadja.

    Rumah gubug jang di-tengah2 itulah tempat tinggal mereka saat itu sangat terkedjut dan heran. Siapakah jang mengendarai kuda dan masuk kedusunnja disendja hari ini? Tetapi begitu mereka bertiga keluar, kebingungan itu segera berubah mendjadi kegirangan jang me-luap². Sebab mereka kenal betul akan sahabat lamanja Tjhit Too Sing Go Yong seorang tjerdik tjedekiawan jang sopan ramah dan baik hati.

    Berempat lalu ber-sama² menjambut dan diadjak masuk kedalah rumah, diadakanlah djamuan sederhana sambil beromong omong kebarat dan ketimur.

    „Angin dari manakah jang meniup Go Siangsing datang kegubugku ini? Hahaaaaa . . . . . hahaaaaa . . . .“ tegur Wan Siauw Djie saudara Wan jang tertua sambil tertawa gelak-gelak.

    „Aku datang kemari bermaksud untuk menangkap ikan² besar untuk pesta penduduk didusunku. Sebab aku tahu betul bahwa didusunmu ini terdapat banjak sekali ikan² jang besar dan lezat“ Djawab Go Yong dengan sikap bergurau.

    „Sajang kami tidak dapat membantu—untuk menjari ikan² lagi,“ djawab Wan Siauw Ngo, saudara kedua dari keluarga Wan dengan agak sedih.

    „Hei, bagaimana kalian menolah usahaku ini?“ Tanja Go Yong dengan agak bingung „Bukankah ikan² disungai pegunungan Liang San ini sangat banjak?“ Go Yong menjambung kata²nja.

    „Sungai jang melewati dusunku adalah bagian udiknja, sedangkan pangkat atau muara sungai ini berpusat dipuntjak Liang San. Pantju dari Lieng San jang bernama Ong Lun telah memagari batas² antara pangkal dan udiknja. siapapun dilarang melanggar batas² jang telah ditentukan itu. Go Siansing, dengan adanja pagar² itu mana ada ikan² besar lagi jang lari keudik, oleh karenanja kami sudah lama menganggur karena tidak mau menentang Pangtju„ Wan Siauw Djie menerangkan permasalahnnja kepada Go Yong.

    “Mengapa kalian tidak melawan Ong Lun?“ Tanja Go Yong lagi.

    “Eh, mana mungkin djumlah orang² Liang San banjak dan kosen²“ Djawab Wan Siauw Tjhit saudara termuda dari 3 bersaudara itu.

    “Betul, kami sudah kurang lebih 2 bulan mengganggur sadja. Wan Siauw Djie dengan suara jang menjedihkan mendjawab

    „Bila demikian sudikah kiranja Wan Heng sekalian membantu usaha kami.

    Dikota Santong didusun Tang Kay Tjhun Kami bersama Yauw Kay dan beberapa kawan lagi sedang mengadakan suatu rentjana usaha besar Maka tenaga Wan Heng sekalian sangat kami harapkan dan butuhkan.

    Bagaimana, apakah kalian setudju dan mendukung usaha kami ini?“

    Go Yong dengan penuh harap meminta keputusan ketiga saudara Wan.

    Mendengar tawaran pekerdjaan ini, Wan Siauw Djie sebagai saudara tertua per-tama² menjanggupi tawaran Go Yong:

    „Kami akan girang sekali mendapatkan pekerdjaan dari Siansing. hanja usaha apakah itu, kiranja kami ingin djuga sedikit mengetahui. Supaja Ibu nanti merasa lega dan puas hatinja.“

    Wan Siauw Djie mohon sedikit keterangan pada Go Yong.

    Go Siansing merenung agak lama, se-akan² ia berpikir dalam² setelah agak lama ia memandang kepada ketiga saudara itu dengan wadjah sungguh2 dan dengan suara jang sangat lirih memberikan keterangan jang dimintanja :

    „ Barang2 itu adalah sebuah kiriman dari gubernur Nio Tiona Su untuk ajah mertuanja dikota Tongking. Ketahuilah karena barang2 itu adalah hasil dari sitaan, pemerasan dan korup. Maka kita anggap itu adalah barang² milik rakjat, dari rakjat dan harus kita ambil kembali untuk di bagi2kan kepada rakjat pula. Samwei Hiatee itulah tugas dan pekerdjaan kita jang harus kita laksanakan . . . . . . . . .

    Bagaimanakah pertimbanganmu ?“

    Go Yong bertanja dengan mata ber kedip².

    Wan Siauw Djie dan adik2njn saling berpandang pandangan.

    Kembali Go Yong mendjelaskan diterangkannja bahwa usahanja itu merupakan suatu perdjoangan untuk kesedjahteraan rakjat jang menderita. pan ditundjang oleh para Honan ( orang2 gagah ) sehingga kita jang mengakui sebagai Honan wadjib dan harus bertindak demikian . . . . . . . . . .

    Saudara tertua dari ketiga saudara Wan itu setelah berpikir sedjenak lalu menganggok-angguk tanda setudju diikuti oleh adik kedua. Hanja adik jang ketiga masih belum mengerti. Kakaknja mendjelaskan „ Barang2 itu hasil penipuan, harus kita rebut dan dikembalikan untuk rakjat pula.“

    Go Yong dengan landas mendjelaskan lagi, mengulang apa jang telah diutjapkan.

    „SSSSSt! Djangan terlalu sengit dan keras² Go Siangsing! Adikku ini memang kurang engerti dan kurang pengetahuhan dia belum bisa memberikan pertimbangan setjara bidjaksana. Sam Tee (adik ketiga) untuk merampas barang2 jang tidak halal itu bukanlah berdjaan didjalan Heektoo (aliran hitam), itu adalah bahkan merupakan kewadjiban kita jang harus kita laksanakan. Kalao kita membiarkan tindakan2 jang demikian dan tidak merampas barang barang itu, rakjat akan lebih menderita dan tjelaka.

    Bila kehidupan rakjat tambah parah, dan tjelaka, apakah kita sebagai Hoohan2 ini tidak bertambah dosanja ? Hajo, mengerti dan mengetan kehidupan jang makinparah tetapi tidak turun tangan untuk memberikan pertolongan, bukankah ini seperti melihat orang tenggelam dan hanjut tetapi kita berpeluk tangan sadja” Kata Wan Siauw Djie kepada adiknja.

    „Ja, ja, djelas sudah keterangan Toako (kakak terbesar), baik akupun ikut serta.“ Achirnja Wan Siauw Tjhitpun sadar dan menundjang perdjoangan jang akan didjalankan ini. Mereka bertiga lalu menemui sang ibu untuk mohon idjin: sedangkan Go Yong menanti diruang depan dengan penuh harap.

    „Ibu, sudah lama kami menganggur dan tidak punja penghasilan selama ini sehingga memberatkan ebban ibu didalam mendjalankan kewadjiban untuk mengasuh dan membesarkan anak2nja.

    Sungguh kami jang sudah berusia dewasa ini sangat malu!

    Saat ini telah datang seorang sahabat dari kota Santong jang akan mengadjak kami tiga bersaudara bekerdja disana, bila nanti usaha itu berhasil kami akan segera kembali dan membawa ibu pindah kesuatu tempat jang lebih tenang dan indah.

    Adakah ibu memperkenakan kami bertiga untuk pergi bersama Go Siansing?”

    Kata Wan Sianw Djie kepada ibunja.

    ”Oh anak2ku! Ibu merasa sangat girang akan usaha dan tjita² kalian bertiga nak. Memang sebagai orang² muda harus mempunjai semangat hidup jang bergelora dan tak knndjung padam.

    Aku mengerti bahwa kalian akan berdjoang untuk meninggikan taraf kehidupan rakjat, itu baik, baik sekali nak

    Ingat²lah! Bahwa orang pertama jang suka dan senang mau-memperhatikan kesusahan2, kesukaran2 dan penderitaan didalam dunia ini, pada achirnja akan menemukan rasa kebahagiaan hidup jang sedjati. Ibu setudju dan kalian boleh berangkat!

    Hanja pesan ibu, hiduplah dengan penuh kedjudjuran, tjinta kasih dan sederhana!”

    Kata ibu tiga bersadara Wan itu.

    Alangkah terharunja tiga bersaudara Wan itu mendengar pesan dan nasehat dari ibunja jang tertjinta. Tidak mereka duga dan kira bahwa ibunja jang tertjinta dan tidak terpeladjar itu mengerti akan falsafah kehidupan manusia. Kata² jang bersahadja dan polos ini membuat tiga bersaudara itu berlinang air mata.

    “ Selama engkau mengganggur ibu tidak akan mempersalahkanmmu nak.

    Sebab kalian menganggur bukannja kesukaanmu dan watak² mu tetapi karena terpaksa dan belum menemukan djalan keluar . . . . . . . Ketahuilah bahwa seorang ibu di dalam kehidupannja harus selalu berprihatin, sabar, ulet dan tabah didalam menghadapi kehidupan.

    Terus berdjoang tak kenal lelah dan menjerah, mempunjai keberanian dan pengorbanan demi putra putrinja dihari depan!

    Ja, dihari depan nan gemilang Inilah nak, sendjata untuk mendirikan pengharapan sesuatu semangat jang tak lekang oleh paas dan tak lapuk oleh hudjan jang bagaimana dahsjatnjapun!

    Kalian harus memiliki semangat jang sedemikian ini, berdjalanlah terus didalam kebenaran, Tuhan akan menjertai perdjoangan kalian!“

    Tiga bersaudara Wan itu terus mendeprok berlutut dihadapan ibunja Djiwa mereka bergetar dan kontan mendjadi lapang dan lega. Alagkah kata² ibunja bagaikan adjimat jang menggugah gairah semangat perdjoangan untuk membela kebenaran dan keadilan semi kebahagiaan umat manusia demi hari depan nan gemilang!

    Setelah manggut² dan mengutjapkan terimakasih, mereka lalu meninggalkan beberapa puluh tail untuk persediaan ibunja dan mohon diri Berempat mereka keluar dari dusun Tjoe Hap Tjhun. masing² mengendarai seekor kuda jang kuat² dan djempolan, sebab untuk mengedjar waktu jang makin mendesak.

    2 hari 2 malam tibalah mereka didusun Tay Kay Tjhung langsung mengetuk kantor kelurahan tempat Yauw Kay dan Lauw Tong cs berkumpul.

    Betapa gembira rasa hati mereka, tanpa menanti terbitnja sang mentari Mereka bertudjuh menudja kekebun belakang untuk bersudjut kepada Tuhan Jang Maha Besar.

    Mereka mengadakan saumpah setia dan ikrar bersama demi berhasilnja tjita-tjita dan perdjoangan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.

    * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

    GO YONG DENGAN TAKTIK JANG DJITU BERHASIL MERAMPAS BARANG2 “SING SIN KONG” JANG BERHARGA LAUW TONG DAN YAUW KAY CS MENJAMAR SEBAGAI PEDAGANG2 BUAH ANGIJOO.


    “Keberanian jang disertai pertanggung djawab adalah suatu sifat jang terpudji. Ketakutan jang disebabkan oleh sifat kurang harga diri adalah ratjun bari kemadjuan dan perkembangan djiwa.”

    (Mutiara kata)

    Kuminum dan tidak sadar akan sendja
    Sampai daun bunga memenuhi lipatan pakaianku
    Mabuk kubangkit dan menudju sungai tersiraikan bulan
    Burung sudah pergi. manusiapun sedikit.

    [Li Po]

    Ketudjuh sahabat itu bersembahjang kepada Tuhan untuk bekerdja sama, satu sama lain tidak akan berchianat.

    Keadaan dikota Pejping dusun Tay Ping Hu malam hari itu kantor gubernuran kelihatan sangat sibuk, karena gubernur Nio Tiong Siu mengumpulkan beberapa perwira untuk persiapan pengiriman barang bingkisan kebapak mertuanja, mereka berunding demi suksesnja barang² jang dikirimkan

    Didalam perundingan itu tida seorang perwirapun jang berani menerima sebagai komandan pengawalan barang² itu. Satu sama lain selalu menolak, karena mereka maklum betapa berat tanggung djawab jang harus dipikulnja, terlebih keadaan jang makin gawat karena berandal² gunung Liang San sudah mulai beraksi dan mengadakan pentjegatan dimana-mana.

    Achirnja Nio Tiong Siu menetapkan untuk Yo Tjie menerima angkatan ini.

    “Apakah engkau djuga tidak berani menerima tugas sebagai komandan pengawal Yo Heng?” Tanja gubernur Nio dengan sedih.

    “Bukannja tidak berani, Tay Djin tetapi saja hanja bingung dengan barang2 jang sedemikian banjaknja ini. Lihatlah 10 gerobak emas berlian dan mutiara² berharga ini! Bagaimana kita harus mengaturnja supaja membawanja tidak terlalu mengalami kesukaran. dan berapa djumlah serdadu jang harus ikut serta?” Kata Yo Tjie dengan kalemnja.”

    “Menurut saja, barang2 ini harus didjadikan 10 kereta. seorang kepertjajaanku ikut didepan barisan membawa bendera kebesaran dan dua menteri polisi ikut mengawal dikanan kiri kereta, sedangkan kau sebagai komendannja mengontrol depan dan belakang iring²an kereta ini jang ditarik oleh 11 serdadu, sehingga semua berdjumlah 15 orang.

    Bagaimana menurut pendapat Yo Heng?” Tanja Nio Tiong Siu dengan agak gelagapan.

    ”Tay djin kalau demikian amat berbahaja! Aku tidak sanggup untuk mendjamin keselamatan barang2 itu. Tay Djin maklum bahwa perdjalanan kita harus melewti tempat2 jang sangat berbahaja pada saat2 ini, dan bilang barang2 itu tidak diatur seringkas mungkin dan mudah untuk membawanja lari, akan sulitlah bila kita dihadang oleh berandal2.

    Dan Tjay He telah mendapat kabar bahwa berandal2 itu biasanja menghadang di 8 tempat sebagai daerah operasi.” Yo Tie menerangkan tempat tempat itu satu persatu tanpa meminta djawaban sang gubernur:

    ”Tempat itu jang terhitung gawat adalah

    1. Pegunungan Tjie Kim San
    2. Pegunungan Li Liong San
    3. Pegunungan Tho Hwa San
    4. Lembah Oei Nie Kong
    5. Telaga Pek Swa Auw
    6. Pegunungan San Kay San
    7. Hutan Ya Hun Tauw
    8. Rimba Tjhiak Siong Lim

    Delapan tempat inilah jang kita tidak akan mudah untuk melaluinja.”