Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan atawa Sapoeloe Pil jang moestadjeb vol 15-21.pdf/543

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 1636 —

girang saling bertemoe satoe sama laen. Bong Loan berloetoet di kaki ajahnja dengen tangisnja jang sedi.

Ko Kong liat begitoe hatinja merasa seperti di'iris iris, ia pelok anaknja dan djoega sembari menangis.

„Oh, . . . ajah. . . . ajah . . ." meratap Bong Loan,,, kita orang sebagi soeda mati dapet bertemoe kombali. . . .

Ko Siotjia tjoema bisa berkata begitoe sadja, kerna ia poenja kasedian hati soeda bikin ia tiada bisa berkata-kata.

„Anakkoe," kata Ko Kong dengen swara serak, ,,kaloe di'inget kita orang poenja peroentoengan, haroes di bilang ajahmoe boekan itoe saorang toea jang beroentoeng, kerna sebagi ajah, akoe tiada bisa lindoengken kau poenja diri dari berbagi-bagi kamelaratan. Djoega akoe merasa teramat soekoer jang kau soeda berdiri sebagi pembela ajahmoe, kerna kaloe tiada, tentoelah akoe bakal koeboerken diri di Leng Lam, dan tiada aken kedjadian kita orang poenja pertemoean di ini hari......."

Ko Kong lantas menangis lagi.

Dengen perkata'an jang soesa kaloearnja, Bong Loan sigra toetoerken apa jang terdjadi sedari ajahnja dapet itoe tjilaka, jaitoe: begimana Hok Tjoen soeda berboeat begitoe hina, begimana itoe