Peng Bin Koay-hiap djadi tertegun memandangi Ho Ho sesaat lamanja. Dia tampaknja djadi ragu-ragu.
„Benar-benar kau tidak takut mukamu ku'rusak mendjadi djelek?” tegur Peng Bin Koay-hiap dengan heran.
„Hmmm — — ” Ho Ho sengadja tertawa dingin. „Sudahlah, tidak perlu kau terlalu banjak bitjara! Kalau memang mau membunuhku, kau bunuhlah ― ―!”
Tetapi Peng Bin Koay-hiap malah sebaliknja djadi menggelengkan kepalanja.
„Tidak! Tidak! Aku tidak ingin membunuhmu!” dia menggumam seorang diri dengan matanja jang terpentang lebar-lebar mengawasi Ho Ho: „Kau merupakan seorang anak jang luar biasa sekali — — kau memang benar-benar seorang botjab jang aneh dan lain kalau dibandingkan dengan botjah-botjah jang ‘sebaja dengan dirimu!”
Dan setelah berkata begitu, tahu-tahu tangan kanannja telah bergerak, pedang di tangannja itu telah meluntjur tjepat sekali, menantjap diatas penglarian ruangan tersebut, dalam sekali, dan tubuh pedang itu sampai bergojang-gojang keras. Itulah suatu keachlian menimpuk jang luar biasa sekali, karena selain tjepat, djuga bertenaga sekali.
42
L.M.Arwah—2