Halaman:Lontjeng Merenggut Arwah 01.pdf/11

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

berwarna merah itu kedalam saku si pengemis tua tersebut dan duduk disampingnja mengawasi dengan kuatir. Dia takut kalau-kalau pengemis tua ini tidak bisa tertolong dan menemui adjalnya― ― ―.

Tetapi tidak berselang lama, muka si pengemis tua jang tadinja begitu putjat, perlahan-lahan berubah mendjadi agak kemerah merahan, dan napasnja djuga telah teratur, tidak seberat dan memburu seperti tadi.

Perlahan-lahan kelopak matanja telah dibukanja dan memandang redup kepada botjah ketjil tersebut.

„Siapa namamu nak?” tegur si pengemis tua tersebut. Biarpun suaranja tidak begitu besar dan masih parau, namun kedengaranja lebih djelas kalau dibandingkan dengan keadaan tadi.

„Aku she Siangkoan dan bernama Ho” sahut si botjah. „Biasanja aku dipanggil dengan sebutan Ho Ho sadja.”

Pengemis tua itu tersenjum ketjil dengan lemah, bola matanja djuga bergerak tidak hentinja.

„Baiklah Ho Ho— — — mulai sekarang aku memanggil kau dengan sebutan Ho Ho sadja! Kau menjetudjui, bukan?”

Siangkoan Ho atau Ho Ho, lalu menganggukkan kepalanja dengan tjepat.

„Baik Lopeh!” sahut si botjah. „Me-

L.M Arwah—l

11