Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/78

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

558

aken mendengar titah ajahnja serta toeroen dari tempatnja serta meninggalken dastarnja, serta soedjoed pada kaki ajahanda baginda, katanja: ia toeankoe ampoen hambamoe kebawa doeli toeankoe, boekannja ananda tiada handak kedoadoekan itoe, tetapi hamba moehoenken ampoen aken toeankoo belonlah ananda handak doedcek keradjaan, sebab koerang sedepnja, dan lagi mendjadi hilang adat negri, kerna hamta ini seorang jang moesapir pada negri toeankoe, dan lagi kaloe kaloe mendjadi soerem wadjah derdjah segala moeka orang besar besar, dan moeka orang kaja kaja, sebab hamba seorang jang hina bangsa lagi poen belon sampe pada pikir hamba.

Maka sahoet baginda, Hai anakoe: tiada mengapa dari pada hal itoe, dengan pengarepan ajahanda bijarlah anakce doedoek keradjaan dalem negri ini, sebab ajabanda tiada mempoenjai anak laki laki, dan lagi pada penglihat ajahauda, anakoelah jang patoet doedoek keradjaan dalem negri ini, dan siapa lagi ajahanda harepken, djikaloe tiada jang seperti anakkoe.

Setelah soeltan Moedah melihat kelakoeawannja ajahanda baginda itoe, maka di ketahwinja lah jang ia sanget berkehandak kepadanja, maka laloe berkata: ia toeankoe baeklah, tetapi ananda perkehandak bernanti dehoeloe barang doewa tiga poelan. ini, kaloe kaloe ananda mentjari pikiran dahoeloe.

Setelah itoe maka senanglah hatinja baginda itoe, mendengarken kata mantoenja jang sedemikian.

Alkaisah.