Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/79

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

559

Maka terseboetlah -perkataannja permaisoeri serta anaknja, toean poetri Tjindra Sari itoe, maka adalah pada soewatoe hari ia doedoek pada bale astanahnja, katanja: Hai anakoe apskah habarnja poetri Mahroem Siti?

Maka semba anaknja ia tocankoe soewatoe poen tiada di goesarinja kerna sanget kacih sajangnja.

Maka sahoet boendanja, Hai anakoe jboe dengar, habarnja, ajahanda toean handak mendjadiken radja besar aken mengyantiken keradjaannja, dan sekarang lah bitjara anakoe, kerna pekerdjaan kita nistjaja di ketahwinja, dan djikaloe ia mendjadi radja besar dalem negri ini, nistjaja segala rahsia ini terboeka olehnja, maka djikaloe di ketahwinja habislah kita ini di balesnja, dan djikaloe demikian baeklah kita mentjari tabib jang taoe mentjariken daja oepaja soepaja dia bentji dengan istrinja, dan istrinja bentji dengan dia, soepaja ia mendjadi petjah bela kedoewanja.

Setelah itoe maka toean poetri poen menjoeroehken seorang dajang dajang jang toewah lagi kepertjajaan, namanja dang Lajang Pandai.

Maka laloe di bawanja tabib itoe, kebadepan toean poetri itoe serta menjemba sambil berkata: hambanja tabib toeankoe.

Maka kata permaisoeri, Hai tabib: boeatken akoe satoe hobatan soepaja, toean poetri bentji melihat soeltan moedah, dan soeltan moedah bijarlah bentji melihat istrinja.

Maka laloe di kasinja beberapa obat, laloe di soeroenja taro pada tempat tidoernja.