Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/303

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

782

Setelah itoe maka datenglah anak Djin itoe doewa belas orang serta menjembah kaki toean poetri.

Maka toewan poetri poen tertjengang tjengang, serta katanja: Hai kamoe sekalijan ini, den sija hamba sekalijan.

Maka toean poetri poen tersenjoem serta katanja: ja soedarakoe menerima kasi socdarakoc, bahoewa soedara toewan sekalijan ini, sijapa namanja, maka soepaja beta ketahwi namanja seorang seorang.

Maka sembanja Laila mengerna Indra, ja toeankoe inilah seorang docwa socdara ini, seorang bernama Mordjan Mordjin, di inilah docwa soedara djoega namanja Sahram den Sahrim, den ini doewa orang poela namanja Mansoer Mansir, den inilah doca orang poela namanja Moeksan den Moeksin, den inilah doea orang poela namanja Taroef den Saref, maka sekaijan ini anak Djin toeankoe, maka sekarang ini hamba serahken kepada tocankoe, mana djoega titah toeankoe patek sekalijan ini djoendjoeng.

Adapoen maka kata toean poetri, Hai soedarakoe sekalijan ini, seboet namakoe Djohan Pah lawan Nasib. Berdjaman, djangan di loepaken.

Setelah itoe maka segala raijat poen hadir dengen segala alatnja, den segala mantri hoeloebalang poen hadir bernanti dengen kelengkepannja.

Adapoen maka soeltan poen naek di atas kota negrinja, serta permaisoerinja den anaknja jang bernama toean poetri Tjindra Sari, serta segala pendita aken malihat orang jang berperang.