Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/285

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

764

Maka kata Berhamana, Hai anakoe: Djangan lah toewan menoeroetken hawa den napsoe, kerna djikaloe anakoe pergi djoega, nistjaja djadi haroe biroe hati toewan sendiri, den djikaloe toewan tida djoega mendapet menahan hati anakoe, baeklah toean berboeat soewatoe soerat, den menjoeroeh ken seorang hamba toewan membawa, soepaja mendapet chabar, tetapi perdjalanan ini masi sanget djaoenja, den djikaloe toewan pergi djoega, nistjaja toewan mendapet tjidra jang lebi besar, den hilang nama toewan jang seorang anak radja jang termeshoer.

Setelah itoe maka pikir anak radja itoe, soenggoehlah seperti kata ini, tetapi hatikoe tijada boleh tertahan djoega.

Setelah itoe maka hari poen hampirken malem, maka anak radja poen kembali keremahnja Berhamaan itoe, den segala hoeloebalang poen toeroen di kaki goenoeng . . .oe, serta memberi makan koedanja masing masing, maka setelah soeda tidoerlah sekalijan, maka hingga anak radja djoega jang tida dapet beradoe, kerna hatinja terlaloe amat sanget mengenengken toean poetri itoe, maka pada malem itoe hendak keloewar seorang dirinja, serta hendak toeroen dari atas goenoeng itoe.

Maka tatkala itoe di lihatnja oleh Sahbanda, maka laloe berkata: ja toewankoe hendak kemana toewankoe ini, tidakah toewan inget tatkala binasa di dalem laoet, sebab toewan tida mendenger sekali kata orang, den pesenan orang.