Halaman:Graaf De Monte Christo 32.pdf/75

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

— 1925 —

„Kaoe poetri anak radja, akoe nanti kasihken padamoe segala harta kekajaan dengan namanja radja. kaoe poenja orang toewa.“

Haijdee mendjadi terlebih poetjet moekanja seperti moeka jang terbikin dari lilin poetih, ilang tjahjanja, maka dengen tangisnja ijang amat sedih ija berkata:

„Toewan, apa maoe tinggalin sama akoe ?“

„Haijdee! Haijdee, kaoe ini masih moeda, loepaken sama akoe, loepaken akoe poenja nama dan idoep beroentoeng.“

Haijdee moendoer setindak, seperti aken maoe kaloewar.

„Ja Allah,“ berkata Valentine sembari angkat kepalanja Maximiliaan, aken di senderin di poendaknja. „Apa Graaf tida liat ijang Haijdee djadi terlaloe poetjet, apa toewan tida mengarti, ijang dia poenja hati seperti di djepit?“

Graaf poenja hati tergerak, koetika dia dengar soewaranja Valentine.

„Goesti Allah,“ berkatalah Monte Christo, „apakah benar seperti sangkakoe? Haijdee! apa Haijdee soenggoe beroentoeng, kaloe angkau tida berpisah dari akoe?“

„Saija masih moedah, saija masih soeka aken idoep, sebagimana toewan kasi rasa pada saija manisnja idoep itoe, maka dengan sakit hati sanget, kaloe saija misti mati.“

„Apa angkau maoe bilang Haijdee, kaloe akoe tinggalin sama Haijdee, apa Haijdee. . . . . .“

„Ja toewan, Haijdee tentoe mati, tida bisa idoep lama-an.“

„Apa Haijdee tjinta sama akoe?“

„Ja Allah. ja Rabi, Valentine dengarlah, Graaf tanja apa akoe tjinta padanja, baiklah kaoe tjerita Valentine seba-