— 1920 —
dakoe. Inilah ijang akoe djandjiken padamoe.“
„Graaf, trima kasi banjak Graaf, sebagi akoe masih idoep, akoe bilang banjak trima kasi,“ berkata Maximiliaan dengen mengambil sendok itoe dari pada tangannja Graaf. Monte Christo ambil djoega sepotong dari itoe dodol dari tjoepoek, dengen sendok laen.
„Apa toewan maoe bikin,“ berkata Maximiliaan sembari memegang tangannja Graaf, aken djangan sampe Graaf masoekin itoe dodol di dalem moeloetnja.
„Soenggoe Maximiliaan, akoe ini merasa sendiri, ijang akoe tida bisa idoep lamaan, akoe soedah bosen; sekarang ini akoe ada temen. . . . . . . . . .“
„Ach toewan Graaf djangan begitoe, ja, Graaf djangan, kaoe di tjintai, kaoe ijang begitoe tetep pertjaja, djanganlah, kaloe toewan toeroet seperti akoe poenja perboewatan, itoe ada kedjahatan besar.“
„Selamet djalan sobat ijang tertjinta nanti akoe tjeritaken semoewa sama Valentine, biar dia djoega djadi girang, sebagimana toewan soedah toeloeng sama akoe.“
Dengen pelahan-pelahan seperti orang makan barang ijang paling di soekanja, maka Maximiliaan makan itoe dodol sepotong, ijang di kasi padanja oleh Monte Christo.
Abis kadoewa-doewanja tinggal berdiam. Ali memandang semoewa, tetapi dia tinggal diam joega, dia ambil tembako dengen pipa narguillés, dia toewangin koffie abis dia pegi kaloewar.
Lama kelamaan, maka tjahaja terangnja lampoe moelai goerem, bebaoean dari dalem pendoepaan semingkin keras di rasanja oleh Maximiliaan.
Di hadepannja, di dalem bajangan, Monte Christo lagi
