— 265 —
„Djikaloe Sri Baginda ada itoe hak, baek goenaken itoe Kekwasa’an sekarang.“
„Setan !“ kata d’Artagnan dengen berbisik pada Porthos ; „liat, Kelakoeanja itoe orang akoe soeka. Kenapa ia tiada djadi minister dan akoe di bawa prentanja, djangan sebagi sekarang ada poenja chef sebagi Mazarin ? O, mordieu tentoe kita bisa berboeat banjak perkara besar!“
„Betoel,“ Kata Porthos.
Dengen satoe tanda sama tangannja Ratoe Anna prenta orangnja boeat pergi selaennja dari Mazarin.
Coadjutor manggoet dan maoe djalan kaloear djoega.
„Toenggoe, toean,“ kata Ratoe Anna.
„Baek,“ kata coadjutor dalem hatinja, „sekarang tentoe ia mengala“
„Ia orang nanti prenta boeat boenoe padanja,“ kata d'Artagnan dengen berbisik pada sobatnja : „tapi itoe perkara tiada nanti dikerdjaken oleh akoe. Sebaliknja, akoe soempa di hadepan Allah, apabila orang serang padanja akoe nanti boenoe itoe orang orang.“
„Akoe djoega,“ Kata Porthos.
Mazarin doedoek di satoe korsi dan dalem hatinja kata : „sekarang kita dapet liat satoe lelakon baroe.“
Sri Ratoe awasin orang orang jang djalan kaloear dan koetika jang paling blakang soeda toetoep pintoe, Sri Baginda baroe menengok. Dari moekanja orang bisa dapet doega jang Ratoe Anna tahan maranja ; kipasnja di beber dan ditoetoep dengen tjepet, ia tjioem ples eau de cologne dan djalan moendar mandir. Mazarin tinggal doedoek di korsinja, roepa roepanja lagi berpikir. Coadjuter moelai rasa kwatir, matanja
