— 327 —
dapet prenta boeat larang orang berkoempoel di sini"
„Itoe atoeran tiada boleh digoenaken pada akoe," kata d'Artagnan, „apa orang soeda kedjer itoe orang orang jang lari ?"
— „Ja, luitenant, tapi iaorang poenja koeda larinja lebi tjepet."
— „Iaorang ada brapa banjak kawannja?"
— „Ampat orang jang seger dan satoe jang loeka"
— „Ampat! kata d'Artagnan dengen awasin moekanja Porthos, „kau denger baron? Iaorang tjoema berampat!"
Moekanja Porthos keliatan djadi bertjahja trang.
Brapa lama iaorang soeda brangkat dari sini?" menanja d'Artagnan lagi.
— „Doea djem saprapat, luitenant."
— „Sembilan prapat djem? tiada sebrapa.
Kita poenja koeda toch sampe baek, Porthos?" Porthos mengela napas, ia pikir, begimana koedanja moesti lari lagi.
„Baek, dan djoeroesan mana iaorang soeda pergi ? menanja poela d'Artagnan.
— „Akoe soeda dilarang boeat kasi ketrangan dalem itoe perkara, luitenant."
D'Artagnan kasi kaloear soerat Kardinaal. „Prentanja Radja," ia kata.
— „Djikaloe begitoe boleh bitjara sadja dengen gouverneur."
— „Di mana adanja gouverneur ?"
— „Di loear."
Moekanja d'Artagnan lantes djadi mera, djidatnja mengkeroet dan bibirnja gemeter.
„Binatang!" ia kata pada itoe onderofficier: „akoe kira kau sengadja maen gila pada akoe."