Halaman:Dimana Adanja Allah V. 02.pdf/117

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Dimana adanja Allah

273

„Ampoenkenlah iapoenja djiwa,“ akoe mengoelang sambil menoendjoek pada Ivan, jang djato kombali di atas goedri dengen pangsan.

„Ja, ia tida mengapa - apa,“ saoet Holbaz, „soekoer jang akoe tida keboeroe binasaken ia, trima kasih Toehan! Ia soedah bikin akoe keloepaan, akoe menjesel membales setjara nekat padanja. Sabetoelnja akoe haroes mempoenjai kasabaran lebih besar dari ia. Djangan koeatir, tida lama ia nanti sedar poela. Biar akoe serahken ia dalem kaoe poenja perlindoengan. Selagi bertengkar padanja, kerna ia terlaloe. akoe sampe djadi loepa bahoea napsoe manoesia jang zonder ditoentoen oleh rasa kabatinan, dengen gampang sekali alamken bintjana jang boleh dikata tida ada harganja. Boeat tentremken hatikoe, akoe aken pergi ka kamar sembahjang boeat bermoehoen sekali pada Zara, meminta iapoenja maaf.“

Sambil lagi sekali memanggoet padakoe ia kaloear dari itoe tempat pertempoeran menoedjoe ka kamar sembahjang dimana maitnja Zara ditaro.

Berada tjoema sama Graaf Ivan, akỏe laloe ambil saglas aer dingin dari atas medja dan kepretken di atas djidat serta tangannja itoe Graaf. Terkenak aer ia tertampak lekas sedar, kerna ia kamoedian menari napas pandjang sambil melekin matanja dan meliat padakoe. Ia berpaling ka sakiter itoe kamar, ia kombali tarik napas seraja menanja:

„Apa jang soedah terdjadi?“