Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/98

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

gingan agaknya mengandung rahasia. Ada sesuatu yang disembunyikan. Masalahnya sedemikian rupa sehingga kalau tak diperhatikan tak akan dapat memahaminya pula, kelihatannya Kepenggingan itu sepi-sepi saja. Namun kalau diperhatikan dengan seksama, di dalam kesepiannya mengandung keramaian yang luar biasa. Jelasnya, kelihatannya sepi sebab Pengging bekas suatu kerajaan yang berubah kedudukannya menjadi Kadipaten. Apalagi Kyai Ageng Pengging sekarang tak mau memakai atau menjalani kehidupan setata-caranya seorang luhur layaknya seorang Adipati apalagi putera Raja Agung Handayaningrat. Kyai Ageng Pengging hidup selayak kawula dusun, tak ubahnya dengan para putrasentana kawula Pengging keseluruhannya. Mereka hidup sebagai santri-pakir, hal itu sama saja dilakukan oleh semua warga Pengging tak ada bedanya. Mereka kesemuanya meninggalkan kehidupan setata-caranya kesatria," hanya cara solah-tingkah lagaklagu tak ubahnya orang dusun (desa), yang mereka kerjakan sehari-harinya.

 Kewibawaan, keagungan atau tanda-tanda mereka masih putera raja sama sekali tak membekas dipandang dari tata-cara kehidupannya sehari-harinya, sebab Radyan Kebokenanga tak mengadakan paseban setata-caranya kesatria-kesatria. Tak ada lain yang menjadi kesukaan Kyai Ageng Pengging, kecuali berenung diri, bersemadi, tapakur berdoa, menjalankan tapabrata, dan sering menyendiri di tempat-tempat keramat dan yang sepi-sepi. Itulah Yang Mulya kalau dilihat tata-lahirnya, suasana Pengging memang sepi.

 Namun dalam kesepiannya ada sesuatu yang ramai juga. Tak dapat diungkiri lagi keadaan Pengging sekarang ini jauh lebih ramai dari dahulunya, sebab di mana-mana terdapat tempat menjalankan ibadah. Banyak surau, langgar apalagi Pengging baru saja membangun sebuah mesjid yang besar dan megah. Tak terkecualinya mulai dari Kyai Ageng Pengging sampai kekawulanya semuanya tekun melakukan ibadah.

 Kyai Ageng Pengging tekun sekali, mendalami agama Islam, demikian pula para santri tak ketinggalan dalam kegiatan-kegiatan menyebar-luaskannya. Namun meskipun di Pengging terkenal dengan masyarakatnya yang tekun beragama, tak dilupakan peker-

96