Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/9

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Raden Alit. Konon Negara Majapahit berdiri sampai 100 taun umurnya, beliau Prabu Brawijaya ke V yang bertakhta terakhir, merupakan turun ke tujuh dari Raja-raja terdahulu yang menguasai Negara Majapahit.

Prabu Suruh sebagai awal Raja di Negara Majapahit, setelah mangkat beliau diganti oleh putranya bernama Sang Prabu Anom sebagai Raja Majapahit yang ke II, belum disebut Prabu Brawijaya. Setelah mangkat diganti putranya bergelar Sri Brawijaya ke I, kemudian putranya bergelar Brawijaya II sebagai penggantinya, setelah mangkat diganti lagi putranya.

Gelar Prabu Brawijaya III, diganti oleh putranya bergelar Brawijaya IV. Kemudian diganti oleh putranya bergelar pula Prabu Brawijaya V atau nama kecilnya Raden Alit. Beliau Prabu Brawijaya V adalah turun ke tujuh dari Raja-raja Majapahit terdahulu. Cerita yang berikut di bawah ini dimulai dari sesudah Negara Majapahit bedah, atau dimulai sesudah Prabu Brawijaya V (yang terakhir) meloloskan diri dari Kraton Majapahit (musna, muksa tak diketahui ke mana perginya, mati atau hidup).

Hilang dari manusapada (dunia) ini, beliau mempercepat dirinya kembali ke alam muksapada (muksapada lawan kata dari manusapada), tiada karena "mati", akan tetapi beliau musna beserta badannya. Beliau kembali ke jaman kesucian atau jaman kesempurnaan, sesungguhnya beliau Prabu Brawijaya V adalah manusia yang sempurna. Beliau adalah seorang yang sahid waskita tahu akan apa yang akan terjadi, tahu pula akan apa yang dinamakan mula dan akhir kehidupan di dunia ini.

Beliau tiada was-was akan kehidupan di dunia ini, beliau hidup di dunia ini maupun beliau hidup pula di jaman kelanggengan (di alam baka maupun di alam fana). Sesungguhnya pula kehidupan di dunia kelanggengan itu, segala kemulyaan yang sesungguhnya ada di situ. Kalau pun dibandingkan dengan kehidupan kemulyaan yang ada di keraton di dunia ini bukan lagi menjadi bandingannya. Sang Prabu Brawijaya (V) muksa pada waktu itu diikuti oleh para punggawa negara yang sudah tahu pula akan kemuksaan.

7