Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/73

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

danarang beserta istrinya lagipula adiknya juga beserta istrinya, meninggalkan segala kenikmatan kehidupan duniawi. Sepenuh hidupnya diabdikan hanya pada agama, kepada kebajikan dan kebenaran. Akan halnya putra sang Dipati Pandanarang yang lelaki, ditugaskan untuk belajar mengenai dan menuntut ilmu pada kakeknya Sunan Majagung.

 Pada suatu malam di mana orang-orang sedang nyenyak tidur, Dipati Pandanarang beserta istrinya dan adiknya beserta istrinya pula, meninggalkan Samarang dari kehidupan semulanya sebagai seorang Dipati dan seorang saudagar. Sampailah kedua kakak-beradik tadi disebuah gunung, namanya Gunung Tembayat. Konon Pangeran Pandanarang bergelar kemudian Jeng Susuhunan Tembayat, dan adiknya bermukim tidak jauh dari Gunung Tembayat bergelar Jeng Panembahan Kajoran. Kedua-duanya sesuai dengan sabda Jeng Sunan Kalijaga menjadi Waliyullah.

 Panembahan Bintara atau Sultan Demak suatu ketika jatuh sakit, tak lama kemudian mangkatlah Sultan Demak. Jenazah dimakamkan di sebelah utara masjid Demak, ditandai sengkalan "Sirna Guna Kertaning Rat" (Hilang ilmu dan kebahagiaan dunia) atau tahun Jawa 1581, tahun Masehi 1608. Sepuluh tahun almarhum Sultan Demak menikmati hasil karyanya mendirikan sebuah masjid pusaka itu.

 Penggantinya adaiah putra sulungnya yang bernama Pangeran Sabrang-lor, penobatannya dilakukan oleh Kangjeng Sinuhun Benang dan Kangjeng Sinuhun Giri dan disaksikan oleh para olia se Tanah Jawa. Putra Sultan Demak, kecuali Pangeran Sabrang-lor yang menggantinya masih ada tiga lagi, satu putri dan dua lelaki. Adik Pangeran Sabrang-lor sebagai putri menjadi istri dari Pangeran Widagda di Cirebon. Adiknya bernama Raden Trenggana, yang bungsu bernama Pangeran Sabrang-kidul atau terkenal dengan julukannya Pangeran-kali, konon sang pangeran wafat dikali karenanya.

 Pangeran Sabrang-lor yang bergelar Sultan Demak (II) tidak

lama menduduki takhtanya, hanya dua tahun digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Trenggana bukan putra Sultan

71