Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/71

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

atau 1608 tahun Masehi. Atas kesepakatan para Wali Agung, dipindahlah masjid lama dari tempat semula ke Suranatan. Konon mesjid lama itu hanya diperuntukkan ibadah sang ratu saja, dinamakan pula "mesjid-jero" (jero berarti di dalam). Pertemuan antara para Wali sembilan, dan para Walisor-soran, adipati-adipati, kesatria dan santana, pendeta-pendeta di seluruh Tanah Jawa dan daerah seberang telah selesai.

Syahdan pada jamannya Jeng Susunan Ampel Gading, tersebutlah seseorang berkelana dari Tanah Benggala - Deli. Konon orang tadi dikenal berasal dari Atas-angin (daerah-daerah yang terletak di atas bagian garis katulistiwa dinamakan "Atasangin"), dikenal dengan sebutannya Pangeran Atas-angin. Pada jamannya Jeng Sinuhun Ampel Gading, Pangeran Atas-angin berkedudukan sebagai mupti di negari Kaliwungu. Dia adalah menantu dari Sultan Deli yang bergelar Sultan Sarip Asnawi, raja di raja untuk seluruh dataran Benggala. Sultan Deli Sarip Asnawi berputra 2 orang lelaki, satu tetap berada di Benggala, satunya lagi berada di Kaliwungu. Dengan demikian putra Raja Sultan Deli tadi, masih ipar dengan bupatinya Kaliwungu.

Berputra empat, 1 wanita dan 3 pria. Putranya yang wanita menjadi istri dari pengganti bupati Kaliwungu, adapun ketiga putra-putra lelakinya dari Kaliwungu pindah ke Pandanarang Samarang. Putra lelaki tiga orang tadi, yang sulung berkedudukan di Pandanarang Samarang menjadi dipati terkenal kayaraya, bijaksana lagipula berbudi luhur. Adiknya jadilah seorang saudagar yang terkenal, bertempat tinggal di Gunung Pragota juga di Semarang. Adapun saudaranya yang bungsu juga berdiam di Pandanarang, kesenangannya tak ada lain kecuali bertapa dan berguru, tidak mustahil bahwa segala macam ilmu dimilikinya.

Dipati Pandanarang telah lama tidak mengadakan kunjungan ke Demak, hal itu berlangsung sesudah berdirinya masjid Demak yang baru. Masalahnya berkisar ketidak-puasannya mengenai tata-cara penerimaan dan pengaturan tempat duduk dari para adipati yang diundang dalam perembugan di Demak itu.

69