Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/59

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ma hidupku ini, kau anakku jantung hatiku, agaknya Tuhan sudah menakdirkanmu untuk mendapatkan kesengsaraan ini. Kau Jaka Karewet, sejak kecil tak pernah melihat siapakah ayahmu itu. Anakku, ibu bercita-cita ingin besok mendambakanmu, ingin ibu kelak selalu dekat denganmu. Sekarang remukrendam hatiku, tersayat-sayat empeduku, seribu susah menumpu di kepalaku, bagaimana kau ini Jaka Karewet. Kau terlahir belum sempat merasakan apa yang dinamakan hidup mukti itu, sedari kecil hidupmu selalu dalam alam kemanjaan saja.

Bagaimana pula kau berani masuk di dalam istana raja Brawijaya Bukankah kau ini anak desa, ibumu seorang yang hina dina lagi melarat. Mengapa pula kau berani-berani mendekat pada Mahaprabu Brawijaya yang bijaksana, raja yang dikasihi oleh dewanya. Seluruh dunia tak ada yang menyamainya, beliau adalah rajanya raja.

Kau anak desa yang tak tahu diri, apalagi tata-cara sopan santun. Tidak mustahil kau tentu akan mendapatkan hukuman dari Prabu Brawijaya, bagaimana lagi akan nasibku ini ngger Jaka Karewet. Siapa pula yang akan menjadi tautan hatiku, siapa lagi yang kelak kuharapkan tempat pengayomanku?" semua yang hadir tak berucap sepatah kata pun. Sedu-sedan janda Pajagalan, dapat merontokkan hati mereka. Di pasewakan seakan-akan hujan tangis, apalagi mereka mengetahui bahwasanya Jaka Karewet tak lain putra Prabu Brawijaya sendiri.

Raja juga turut meruntuhkan air matanya, hatinya tersayat-sayat ingat akan kejadian masa lampau manakala ibu Jaka Karewet pernah sekali waktu menghias di kenya puri istana Majapahit, dia istrinya dan dia pula ibu Jaka Karewet.

Prabu Brawijaya segera memerintahkan pada Rekyana Patih Gajahmada, "Paman, memang benar Jaka Karewet adalah putraku. Dan apa yang dikatakan oleh janda Pajagalan benar pula, dia adalah istriku. Baiklah paman, bawalah Jaka Karewet dan ibunya ke kapatihanmu", Mahapatih Gajahmada datang bersembah, mohon diri berlalu disertai Jaka Karewet dan ibunya menuju ke kepatihan Gajahmada. Tak ketinggalan Ki

57