Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/58

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sih berada di Pajagalan, tak mau kawin lagi. Senang sudah melihat Jaka Karewet yang terlahir dari turunan istana ini. Sejak kecil oleh ibunya selalu dimanjakan saja". Ketika Prabu Brawijaya mendengar bahwasanya ibunya Jaka Karewet adalah seorang putii yang telah dikeluarkan dari istana manakala sedang mengandung, ingatlah raja yang sebenarnya. Jaka Karewet, tak lain putranya sendiri. Bukan kepalang senang raja, namun suka-citanya rapat-rapat terselubung jauh terpendam di lubuk hati sanubarinya.

Adapun ibu Jaka Karewet yang tertinggal di rumah Pajagalan, semalaman hatinya tak tentram, kawatir akan anaknya Jaka Karewet. Teringat pula pada suatu pagi, Jaka Karewet di pesannya jangan pergi-pergi meninggalkan rumah. Namun memaksa juga, dan akhirnya Jaka Karewet pergi meninggalkan ibunya.

Ni janda Pajagalan telah mendengar berita, bahwasanya Prabu Brawijaya menangkap maling yang sakti mandraguna dapat menghilang. Semakin kawatir hatinya, dalam hati bertanyatanya tentu anaknya si Jaka Karewet yang telah berulah demikian rupa sehingga tertangkap.

Tak tahan menyandang duka, segeralah janda Pajagalan pergi melesat akan menemui anaknya di istana raja. Dipasewakan terlihat Ki Jaka Karewet sedang dihadapkan Raja Brawijaya, namun janda Pajagalan terus saja menemui anaknya. Tak terpikirkan olehnya namun Prabu Brawijaya ada di depannya Ki Jaka Karewet.

Di kedua pipinya basah oleh air mata, isak-tangis yang memilukan menyeling seru janda Pajagalan, "Duhai jantung hatiku, anakku tersayang.

Bagaimana pula kau sampai begini, nak. Bukankah sudah kukatakan kepadamu, janganlah kau pergi pagi itu. Namun kau paksakan juga maksudmu itu, nah sekarang apa jadinya. Kaupun tak menurut kata ibumu, janda ini.

Lihatlah pula dirimu menjadi pesakitan raja, tali melingkarimu. Tidakkah kau pikirkan, bagaimana sedih hatiku memikirkanmu semalam-malaman? Hanya denta yang kusandang sela

56