Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/53

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dibawa keliling memasuki rumah-rumah para mantri, para kawula raja tua dan muda. Setiap hari pula pekeijaannya tak lain kecuali turut menikmati makanan mereka sekenyang-kenyangnya.

XI. Lagu Sinom, 27 bait.
Baris 1 bait ke-1, dan baris 1 dan akhir dari bait ke-27.
Baris 1, bait ke-1;
Para Dipati satriya,
Baris 1 dan akhir, dari bait ke-27;
Kawula bedhol seksana,
ngangen-angen kang tutur timbuling toya.

Terjemahan

Namun sebaliknya teijadi kehebohan di antara para satria, para kawula raja, termasuk Rekyana Patih Gajahmada maupun Sang Mahaprabu Brawijaya. Mereka membicarakan hal yang sama yang dialami masing-masing, di kala mereka bersantap penganan ataupun nasi cepat dan banyak habisnya. Seakanakan ada yang turut serta memakannya, namun tak tampak orangnya. Siapa dan apakah mereka itu?

Seluruh istana geger membicarakan adanya maling-sandi yang memasuki istana, dan seorang maling yang sakti tentunya. Maling mandraguna yang pekeijaannya turut bersantap mereka, menabuhi gong pusaka Kraton Majapahit beserta bende pusaka Kyai Gerah Kapat pusaka dari Kraton Jenggala.

Lagipula maling aguna tadi sering pula minum waragang (jenis minuman keras) milik Raja Brawijaya, juga semua minuman yang tersedia di istana raja. Mapatih Gajahmada dan para kawula maupun raja sangat susah hatinya, sebab mereka merasa bertanggung jawab akan ketentraman di istana.

Sudah semestinya kesusahannya Raja Brawijaya, menjadi tanggung jawab pula dari rakyatnya. Mapatih Gajahmada menyadari, kalau hal ini terus berlangsung ialah adanya gangguan-gangguan dari siluman tadi, pada patihlah segala tumpuan kesalahan akan terlempar. Kekawatiran santer tersebar merata, mere-

51