Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/47

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

gal Panatus, namun bukan anaknya lelurah mantri jagal di Majapahit.

Lama kelamaan Raja Brawijaya berkenan menghamili gadis tadi, dalam kandungannya telah berumur 2,5 bulan. Manakala siparara-rara tadi sedang masanya nyidam, timbullah rasa benci kalau melihat Raja Brawijaya.

Pada suatu ketika Raja Brawijaya memanggil ni rara Pejagalan, maksud raja akan ditidurinya. Namun hati rara Pajagalan tak mau melayaninya, dipaksa-paksapun enggan. Malahan nirara Pajagalan menangis sejadi-jadinya.

Raja sangat murka kepadanya, diputuskannya bahwa ni rara Pajagalan harus dikeluarkan dari kedaton Majapahit. Segera diperintahkannya kepada punggawa praja, untuk melaksanakan tugas tadi.

Perintah menyebutkan, bahwasanya ni rara Pajagalan harus dipulangkan ke asalnya, bahwasanya Raja Brawijaya waktu ini tak memakainya lagi. Tak lama kandungan ni rara Pajagalan semakin membesar, masa telah tiba pula bayi terlahir seorang lelaki. Maksud hati ni rara Pajagalan akan melaporkannya kepada Raja Brawijaya, namun tak jadi terhalang dikarenakan raja masih murka kepadanya.

Andaikan jadi melapor, manakala Raja masih murka tentu tak akan berkenan di hati. Sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Mahaesa, bayi tadi lekas membesar lagipula tinggi badannya.

Waktu berjalan 14 tahun sudah umur anak tadi, dengan dinamai Jaka Karewet. Raut mukanya bersinar bagaikan bulan purnama, tak akan sama dengan lain-lain anak di mana pun juga.

Kesenangan Jaka Karewet tak lain menggembala kerbau di hutan, mulai kecil memang Jaka Karewet sudah terlatih masuk hutan untuk menggembala kerbau maupun sapi.

Banyak pula teman-temannya dari Pajagalan yang senang menggembala sapi maupun kerbau di hutan, namun Jaka Karewet kalau menggembala selalu menyendiri.

Sudah menjadi kelaziman para pengembala, senang bermain-main, bersenandung, mengadakan teka-teki antara teman, ber-

45