Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/34

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

han Yang Mahaesa, semoga apa yang akan dialaminya nanti lekas-lekas terlaksana. Akhirnya Tuhan Yang Mahaesa merohmatinya, permintaan Raden Jaka Sungging Prabangkara terkabul.

Tiada lain hanya Tuhan Yang Mahaesalah yang selalu mengasihi umatnya, dan hanya beliaulah yang selalu menolong umatnya di kala dalam kesusahan.

Tiada tersangka-sangka, datanglah angin deras menderu menghembus layang-layang tadi. Tertiuplah bersama-sama lajunya angin, menukik mengarah ke daratan.

Tak ada angin yang menghalanginya yang datang dari bawah, kesemuanya tersisih oleh jalannya layang-layang yang menukik ke bawah.

Tak ubahnya bagaikan Kagendra (burung garuda) meniup dari akasa, melesat jauh melayang ke bawah. Apalagi dibarengi datangnya angin dari arah barat-daya kuat deras meniupnya.

Layang-layang laju melayang terdorong oleh derasnya angin-angin, angin dari segala penjuru berkumpul menjadi satu seakan-akan lekas lekas mempercepat turunnya layang-layang tadi.

Tak berapa lama, sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Mahaesa yang mengasihani pada umatnya yang sedang dalam kesengsaraan (penderitaan), menurunlah layang-layang tadi dari ketinggian.

Tampak apa yang dinamakan tanah daratan Cina, terpampang luas dari ketinggian. Kelihatan pula dengan jelas, batas-batas kota, desa-desa, tepian hutan-hutan.

Kaki gunung-gunung, hutan-hutan di lereng-lereng tampak sudah. Waktu itu hampir fajar merekah, angin berhenti bertiup, dan mendaratlah layang-layang yang ditumpangi Raden Jaka Sungging Prabangkara.

Sebuah pendaratan yang empuk dan halus, layang-layang tiba di tepian hutan tak jauh dari letak sebuah dusun. Namun waktu itu segala-galanya kelihatan sepi, tak tampak satu orang pun juga.

Konon desa itu namanya Yutwai, jauh dari ibu kota dimana

raja bersinggasana. Di desa Yutwai tadi, bermukimlah seorang

32