Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/31

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Kutugaskan padamu untuk menggambar seisi akasa-raya, apa yang tampak di akasa-langit jangan sampai tak kau gambar. Anakku Prabangkara, suratku ini sebagai tanda kataku yang terakhir padamu.

Suratku ini jadikanlah pemisah kasih pemutus sayang antara ayah dan anak, antara aku dan kau anakku. Putus sudah tali kesayanganku, diawali manakala kau terbang melayang tergantung jauh melaju terkait pada layang-layang, jauh mengayuh akasa-raya.

Itulah akhir pertemuanku denganmu, dan kupesan di mana saja kau nantinya berada janganlah bersusah-payah untuk kembali ke Majapahit.

Namun kuingatkan padamu, jangan pula kau sedih dan salah paham padaku. Apa lagi berpikir yang bukan-bukan, kudoakan kau selamat. Pesanku tawakallah pada Tuhan Yang Mahaesa.

Hatiku sekarang lain dengan dahulu terhadapmu, aku juga heran mengapa pula aku benci melihatmu. Jika tampak olehku, selalu marah saja padamu.

Tak ada penawar akan kebencianku dan kemarahanku padamu, hatiku menjadi tak sabaran lagi. Malah terciptalah dalam benakku untuk berbuat yang tidak-tidak padamu.

Tak kuketahui pula di mana lagi letak budi luhurku, ganas kasar dalam tindakanku, hanya benci saja yang tampak olehku padamu itu. Mengapa pula kemarahanku padamu tak reda-reda, aku pasrah kepada Tuhan Yang Mahaesa.

Bahwa sesungguhnya kau dan aku dipisahkan, lain tempat tak berkumpul lagi. Namun tetap kupesankan padamu, apapun juga jalankan dengan hati rela, jangan sampai kau anakku salah paham.

Bukan maksudku kuhendaki kau mati, namun ketahuilah aku sebenarnya menunjukkan akan jalan di mana akhirnya kau akan menemukan kemuliaan dalam hidupmu. Untuk itu haruslah kau ketahui hal-hal yang rumit, yang tidak terjangkau oleh akal manusia, hal-hal yang penuh mengundang bahaya.

29