Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

melesat secepat kilat, kurungan yang terpaut pada layang-layang melayang mengarungi akasa-raya. Bumi tak tampak lagi, seakan-akan terbenam menjadi satu dengan namu-namu. (= udara).

Siang dan malam tak henti-hentinya angin membawa layang-layang semakin meninggi, jauh mengayuh jumantara.

Lama-kelamaan sampailah sudah layang-layang ke tempat di mana bermukim burung-burung Raja (Kagapati, Garuda), burung Beri, burung Dewata dan sebangsanya. Raden Jaka Sungging Prabangkara dengan cepat melukisnya burung-burung tadi.

Selesai melukis burung-burung, segera seisi akasa-raya dilukisnya. Tak ada yang ketinggalan satu pun, semua telah tergambar.

Enam puluh hari sudah lewat, selesai sudahlah tugas yang dibebankan oleh Prabu Brawijaya kepadanya. Sang Anom (Raden Jaka Sungging Prabangkara), segera bertanya pada dirinya.

"Ingin sekali aku akan mengetahui, apakah gerangan yang tertulis pada surat yang dialamatkan padaku ini. Namun dalam perasaannya juga bangkit, bukankah ayahanda Prabu Brawijya melarang aku membukanya terlebih dahulu, sebelum tugasku selesai kesemuanya?" raden Jaka Sungging kepengin sekali mengetahui rahasia surat itu.

Sampul surat yang tertutup, segera dibukanya. Kata-kata yang tertulis di dalamnya, satu persatu kata demi kata dibacanya. "Dari lubuk hatiku yang suci, surat ini kutujukan padamu anakku Raden Sungging Prabangkara. Teriring pula pangestuku padamu, serta pujiku untukmu.

Kau anakku Raden Sungging Prabangkara, seorang yang telah putus akan segala makna kehidupan di dunia ini. Kau pula anakku, seorang yang telah menjalani budi-luhur bijaksana, mendalami mengenal akan hal-hal yang halus-kasar, baik maupun yang buruk. Kau, seorang yang setia dalam pengabdian. Sekarang anakku, kau sedang menjalankan tugas yang kubebankan padamu.

28