Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ikat layang-layang. Putus tali, melesat layang-layang jauh meninggi di langit disertai tiupan angin yang keras sekali. Masih juga kelihatan layang-layang mengarungi akasa raya bagaikan seekor naga agung melayang di akasa.

Lama-kelamaan tali layang-layang tak keliliatan lagi, terbawa jauh meninggi mengikuti ke mana layang-layang terbang. Segera Sang Raja Brawijaya menyarungkan kembali pedangnya, seraya memandang jauh ke atas melihat hilangnya layang-layang.

Hati raja tersentuh, seraya teriris-iris layaknya. bimbang dalam hati, menyesali apa yang telah diperbuatnya. Tertegun terpukau, menyaksikan hilangnya layang-layang dari pandangan mata. Seakan-akan kehilangan burung yang sangat dicintai, manakala mula kecil dipeliharanya baik-baik, asih dan sayang tertumpu, apalagi sudah menjelma bagaikan manusia saja. Namun sekarang burung itu lepas hilang dari tangan, seakan-akan raja telah kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya.

V. Lagu Mijil, 46 bait.
Baris 1 bait ke-1, dan baris 1 dan akhir, dari bait ke-46.
Baris 1 dari bait ke-1;
Mangu-mangu ma guneng nekani,
Baris 1 dan akhir, dari bait ke-46.
Titi purna pamaosing tulis,
kawimbuhan gambuh.

Terjemahan

Ragu-ragu dalam hati susah derita datang menimpanya. Seakan-akan sial dirinya, bagaikan seseorang yang sedih kehilangan jantung-hatinya (apa yang dicintainya).

Badan lemas, seakan-akan tulang uratnya lolos dari diri. Dalam benak raja tak ada lain yang terpikir, hanya pada putrandanya yang tercinta pikiran terpaut.

Didorong rasa cemburu dan menuruti hawa-nafsu raja telah bertindak keliru, suatu perbuatan yang tidak patut dijalankan oleh seorang agung. Hanya menuruti kata orang, yang belum tentu juga akan kebenarannya. Akhirnya hukuman mati, dija-

26