Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/134

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

wah dan sebagian atas dipucuknya, dan kebiasaannya dipakai disengkelitkan di depan tidak di belakang), kulit siku Kyai Ageng Pengging dibeleknya. Berbareng terkuaknya kulit siku tadi, Kyai Ageng Pengging mati. Suara terdengar memberikan salam kepada Jeng Sunan Kudus, dibalasnya "alaikumsalam".

Di kala Kyai Ageng Pengging wafat, Nyai Ageng tidak mengetahui sama sekali sebab masih sibuk mempersiapkan jamuan makan dan minum untuk tamunya tadi. Segera Jeng Sunan Kudus meninggalkan jenazah Kyai Ageng Pengging di kobongan (ruangan atau bangunan yang di dalamnya diperuntukkan tidur, kebiasaannya kobongan itu hanya suatu tatanan kelengkapan untuk sebuah tempat peraduan atau tidur, di antaranya terdapat kasur, bantal (alas kepala) dan guling dalem, laju keluar berkumpul dengan ketujuh sakabatnya yang berada di Wujilan (kediaman Ni randa Wujil). Mereka bersepakat tak akan mundur, kalaupun teijadi peperangan nantinya.


XXX.Lagu Durma, 21 bait.
  Baris 1 dari bait ke-1, dan baris 1 dan akhir dari bait ke-21.
  Baris 1 dari bait ke-1;
  Jeng Pangeran Kudus alon ngandika,
  Baris 1 dan akhir dari bait ke-21;
  Maos donga menuwun rahaijeng lampah,
  kasmaran kang ningali.

Terjemahan

Kyai Ageng setelah berkumpul dengan ketujuh sekabatnya berkata, "Tugas sudah selesai, marilah kita meninggalkan daerah ini. Pesanku pada kalian, jika keluarga dari Kyai Ageng Kebokenanga mengejar kita, jangan sekali-kali kalian melawannya. Teguhkan imanmu dan kuatkan hatimu", ketujuh sekabat Sunan Kudus menyanggupinya dan mereka laju berjalan meninggalkan dukuh Wujilan.

Konon sepeninggal Sunan Kudus, di dalam Kapenggingan Nyai Ageng telah selesai mempersiapkan jamuan makan-minum untuk tamunya, Nyai Ageng segera melapor ke dalem ingin menemui Kyai Ageng Pengging. Di depan pintu kamar Kyai Ageng

132