Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/135

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Pengging di dalem kapenggingan tadi, Nyai Ageng menanti panggilan dari suaminya. Lama dinanti tak ada suara panggilan, diperhatikannya tiada suara berisik di dalam kamar. Masuklah ke kamar peraduan Kyai Ageng, tampak gubah (tirai) kobongan tertutup rapai. Nyai Ageng segera mendekat dan menyingkap gubah kobongan tadi, tampak olehnya tamu tiada lagi namun Kyai Ageng Pengging tergolek di atasnya di kantil Kyai Ageng.

Kecurigaan timbul dalam hatinya, segera dipegang tubuh Kyai Ageng Pengging diraba-rabanya. Namun tetap juga Kyai Ageng Pengging tergolek di atas papan kantilnya, tak bersuara ataupun tak berucap lagi. Beliau sudah muksa, kembali ke jaman kemulyaan sejati. Nyai Ageng menyadari bahwasanya suaminya telah meninggal, menjeritlah Nyai Ageng sekuat-kuatnya. Geger seluruh pura kapenggingan, laki-perempuan, kawulasantana berteriak-teriak mengatakan bahwasanya Pengging telah kemasukan mata-mata musuh.

Berkumpullah segenap rakyat Pengging, satu tekad akan mengejar tamu yang telah membunuh Kyai Ageng Pengging. Persiapan perang dimulai, bermacam-macam senjata dipergunakan, bendera perang dari Kerajaan Pengging - Pajang dikeluarkan demikian pula beraneka ragam daludag tak ketinggalan dibawanya juga.

Radyan Lembuandaka, Radyan Lembusingat, Radyan Lembukilat dan Radyan Lembutatit merupakan sesepuh trah Pengging. Pimpinan perang ada di tangan mereka, perintah dikeluarkan kepada para prajurit Pengging untuk mengejar menangkap musuh yang telah berani membunuh pepunden Pengging Kyai Ageng Kebokenanga.

Barisan menuju ke arali timur-laut, masih juga para prajurit merasa dukacita yang amat berat di hati mereka sebab kehilangan pepunden agung Kyai Kebokenanga. Sambii menantang musuh-musuhnya, mereka mengejar. Kesemuanya berseru hendak bela pati dengan Kyai Ageng Pengging, jauh sudah kapenggingan ditinggalkan oleh mereka.

Tampak oleh mereka dari kejauhan kedelapan santri yang melarikan diri dari Pengging, wadyabala Pengging segera me-

133