Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/132

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Kyai Ageng Pengging segera memerintahkan kepada rubiyahnya (istrinya) untuk menjamu pada Jeng Sunan Kudus, Nyai Ageng Pengging kembali ke dalam untuk mempersiapkan segala sesuatunya. "Ki raka, perintah dari adinda Jeng Sultan Demak, kakangmas Kebokenanga dimohon untuk datang di Demak sekarang juga bersama-sama dengan adinda", Kyai Ageng Pengging menjawabnya, "Yayi Jeng Sunan Kudus, apa pula maksud Jeng Sultan Demak memanggilku. Hendaknya diketahui yayi, mulai dulu sampai pun sekarang saya tidak pernah mengabdikan diri pada ratu. Lagipula kakanda pun tak pernah di bawah perintah ratu, sebab bukankah asalku ini dari Gusti (Tuhan Yang Mahakuasa). Demikian sebaliknya Gusti pun dari kawula, tak ada bedanya kawula dan Gusti itu, sama. Kanda ini berdiam di dukuh Pengging tempat asalku sendiri, apalagi kehendak Jeng Sultan Demak kepadaku?"

Jeng Sunan Kudus menanggapinya dengan nada keras, "Kakang, ucapmu mengandung rahasia, salah-salah kakang kurang memahami akan celaka diri sendiri". Selanjutnya Kyai Ageng Pengging menanggapi kata-kata Sunan Kudus yang bernada keras tadi, "Bagaimana yayi Sunan Kudus ini kelihatannya matang sudah ilmunya. Namun solah-tingkah budinya tak ubahnya bagai bayi saja, menelan tanpa dipikir terlebih dahulu. Kalau demikian sikap yayi Sunan Kudus, akan sia-sia saja. Jeng Sunan Kudus menurutku, kurang memahami akan hakekat rasa dari ilmu itu".

Sunan Kudus melanjutkan menanyai Kyai Ageng Pengging, "Kyageng, saya persilakan memilih. Pilih mana, keadaan luar atau dalam. Bawah atau atas, kanan atau memilih kiri, demikian pula belakang atau di depan. Coba jelaskan, dalam kesepian terdapat keramaian yang luar biasa. Namun dalam keramaian terdapat kesepian yang teramat sangat sepi." Kyai Ageng Pengging berkata dengan lemah-lembutnya.

"Kelirulah jika saya memilih yang di luar, namun akan sesat (keliru sekali) kalaupun saya memilihnya yang di dalam. Kalau saya memilih di atas, akan ragu-ragu dalam melakukan ibadahnya (menyembah kepada Tuhan Yang Mahaesa-pangidhepe).

130