Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/129

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Penduduk yang mengejar-ngejar singa tahu sudah bahwa tamutamu mereka kemalaman di jalan, sehingga berniat bermalam di daerah dekat desa mereka. Juga diterangkan kepada Jeng Sunan Kudus, bahwa mereka bergerombol malam-malam datang dikarenakan terdengar raungan harimau yang ganas, suaranya menakutkan para penduduk desa. Mereka datang sengaja untuk menemukan harimau itu, dan akan dibunuhnya sebab dipertakutkan mengancam ketentraman penduduk desa. Jeng Sunan Kudus segera menerangkan, bahwa singa tidak ada. Selanjutnya Sunan Kudus berkenan menamakan daerah itu dengan nama "desa Sima", (sima berarti singa, harimau). Konon disebabkan pada waktu Jeng Sunan Kudus dan para sekabatnya ketika melewati daerah (dusun, desa) tadi, tak ada seekor singa yang diketemukan.

Para penduduk desa Banjar-panjang mengucapkan terimakasih, dan sekarang orang mengenalnya desa tadi dengan nama "Sima".

Menjelang pagi hari, Jeng Sunan Kudus bersama sekabatsekabatnya telah melaksanakan solat-makmuman. Sehabis subuh sekira jam tujuh pagi, Jeng Sunan Kudus bersama-sama sekabat-sekabatnya berangkat menuju Pengging. Negara Pengging yang menjadi sambungan cerita, Kyai Ageng Kebokenanga bersusah diri.

XXIX. Lagu Dandanggula, 18 bait.
   Baris 1 dari bait ke-1 dan baris 1 dan akhir dari bait ke-18
   Baris 1 dari bait ke-1;
   Kyai Ageng ing driya sru kingkin,
   Baris 1 dan akhir dari bait ke-18;
   Wusnya seda Ki Ageng ing Pengging,
   tan nedya mundur yuda.

Terjemahan

Tiada lain yang terpikirkan oleh Kyai Ageng Pengging kecuali berkehendak akan muksa, sehari-harian duduk bertafakur berdoa. Dipanjatkannya doa ke hadirat Ilahi, semoga apa yang dimohonkannya terkabul. Sehari-harian pula Kyai Ageng

127