Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/128

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

bertindak Jeng sunan Kudus. Dilanjutkan membaca doa-doa sampai waktu Isa tiba,

Kala itu jam menunjukkan angka sembilan malam, bulan bersinar dengan terangnya apalagi purnama. Jeng Pangeran Kudus segera memerintahkan kepada para sahabatnya untuk memukul bende Kyai Macan, suara melengking memenuhi segala penjuru desa. Bahkan ada yang mengira suara bende Kyai Macan tadi seperti raungan seekor macan pula. Mendengar suara raungan yang dikira harimau yang nyatanya bunyi dari suara Kyai Macan bende Ki Amad Sapanyana, gegerlah penduduk di desa-desa sekitarnya. Di susul bunyi bertalu-talunya gendong (kentongan bunyi tanda bahaya di desa) di desa, suatu pertanda bahaya mengancam penduduk desa. Berkumpulah orangorang di desa dan menuju ke satu tujuan, tempat asal suara raungan harimau tadi. Nyatanya mereka mengitari bende Kyai Macan yang tergantung di pohon Kepundung.

Masih juga belum diketemukan asal suara harimau tadi, padang dijelajahi, pinggir-pinggir jurang, semak-semak tak luput diubresnya juga, namun singa tak diketemukan. Mereka heran juga, raungan singa yang begitu meyakinkan, tentu berasal tidak akan jauh dari desanya. Sampailah mereka dalam usaha mencari singa tadi dipinggir kali, sedikit naik ke atas kelihatan pohon Kepundung.

Di bawahnya tampak duduk seseorang yang dihadap oleh tujuh orang lainnya, penduduk desa segera memutuskan untuk menemui mereka. Penduduk yang berdatangan di tempat tadi, menanyai mereka berbarengan. Sehingga Jeng Sunan Kudus memperkarsai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

"Ki sanak, saya adalah seorang santri dari Kudus. Demikian ketujuh sakabatkü ini, mereka berasal dari daerah yang sama. Namaku Ki Amad Sapanyana, kulihat kalian datang bergerombol-gerombol. Adakah sesuatu kepentinganmu datang menemui kami di sini? Di samping itu maksud dan tujuan kami akan pergi ke Pengging, meninjau saudara. Dikarenakan kemalaman, kami berdelapan singgah di daerah ini untuk mengaso dan bermalam."

126